Friday, April 24, 2020

PENDAHULUAN NANOPARTIKEL OKSIDA LOGAM

Nanopartikel adalah partikel yang berukuran 1 hingga 100 nanometer. Dalam nanoteknologi, sebuah partikel didefinisikan sebagai objek kecil yang berperilaku sebagai satu kesatuan penuh sehubungan dengan transportasi dan sifatnya[1,2]. Berdasarkan sumber yang digunakan, ada terutama empat jenis nanopartikel yang terdiri dari[1] :
  1. Nanopartikel Logam
  2. Nanopartikel Oksida Logam
  3. Nanopartikel Berbasis Karbon
  4. Nanopartikel Polimer
Oksida logam memainkan peran yang sangat penting dalam banyak bidang ilmu kimia, fisika, dan material. Berbagai jenis senyawa oksida logam dapat dibentuk dari unsur-unsur logam. Senyawa ini memiliki geometri struktural dengan stifat elektronik yang dapat menunjukkan karakter logam, semikonduktor atau isolator.
Dalam aplikasi di bidang teknologi, oksida logam digunakan untuk pembuatan sirkuit mikroelektronika, sensor, perangkat piezoelektrik, sel bahan bakar, pelapis untuk melindungi permukaan terhadap korosi, dan sebagai katalis. 

REAKSI HECK

Dalam bidang kimia organik, dikenal banyak reaksi kopling (pembentukan ikatan C-C), antara lain Reaksi Heck, Reaksi Suzuki, Reaksi Sonogoshira, Reaksi Negishi, Kumada, Tsuji-Trost, dan lain-lain. Reaksi-reaksi tersebut telah memainkan peran yang sangat menentukan dan penting dalam sintesis kimia serta telah merevolusi cara orang berpikir tentang kimia organik.
Reaksi Heck digunakan secara luas dalam banyak sintesis, termasuk agrokimia, bahan kimia, farmasi, dan lain-lain. Reaksi ini diperkenalkan oleh Mizoroki dan Heck lebih dari empat dekade lalu. Ini telah menarik banyak perhatian karena efisiensi tinggi dan kemudahannya. Metodologi sih menarik dari sudut pandang sintetis karena kemoselektivitasnya tinggi, kondisi reaksi ringan, toksisitas rendah dan biaya reagen murah, khususnya jika katalis didaur ulang.  
Reaksi Heck merupakan reaksi kopling C-C dengan katalis Palladium (Pd) antara Aril Halida atau Vinil Halida dan Alkena atau Olefin yang teraktivasi dengan adanya basa. Reaksi Heck disebut juga reaksi vinilasi atau arilasi olefin di mana berbagai macam olefin dapat digunakan, seperti turunan dari akrilat, stirena atau ikatan rangkap intramolekul. Varian aril halida yang dikembangkan selain aril bromida dan iodida adalah triflat aromatik, aroil klorida, aril sulfonil klorida, garam diazonium aromatik, aroil anhidrida, aril klorida dan aril silanol.

Thursday, April 23, 2020

Studi Kasus Pencemaran Minyak


Kasus :
Ledakan pada anjungan pengeboran minyak lepas pantai di Deepwater Horizon di Teluk Meksiko menewaskan 11 orang dan memuntahkan hampir lima juta barel minyak ke Teluk dan mengakibatkan pencemaran di daerah sekitar teluk.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI

Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai pencemaran air, biasanya yang terlintas dipikiran kita adalah limbah cair dari industri pabrik saja. Padahal dari rumah tangga, pasar, sawah, rumah sakit, dsb juga berperan banyak dalam tercemarnya air. Air yang mengandung detergen, tinja dan sisa makanan yang masuk kesaluran pembuangan air setiap harinya dapat mempengaruhi keseimbangan fisika dan kimiawi air. Pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, dimana proses perjalanan air tanah membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga jika pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan maka lama kelamaan air tanah akan habis.
Berdasarkan sumber aktivitasnya, limbah cair dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair yang berasal dari kegiatan industri dan limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Sebelum dikembalikan ke lingkungan, limbah cair harus melalui tahap pengolahan untuk mencegah terjadinya pencemaran di lingkungan yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Karena limbah cair memiliki karakteristik tertentu yang sifatnya spesifik, jenis pengolahannya juga menyesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya.

STUDI KASUS PENCEMARAN PADA LAHAN TAMBANG

Kasus 1
  • Proyek pertambangan emas yang telah beberapa tahun ditinggalkan, menyisakan mineral arsenopirit yang dapat memicu timbulnya permasalahan berkaitan dengan acid mine drainage. Bagaimana cara mengatasinya?
Solusi
  • Pada proses pertambangan emas dengan lahan mengandung mineral arsenopirit, reaksi total yang terjadi adalah sebagai berikut.

2 FeAsS[Au] + 7O2 + 2H2O + H2SO4 → Fe(SO4)3 + 2H3AsO4 + [Au]

  • Mineral arsenopirit yang ditinggalkan terbuka di area tambang, akan mudah bereaksi dengan udara (oksigen) dan air. Jika dibiarkan terus-menerus, maka senyawa arsenopirit akan mengalami oksidasi membentuk senyawa asam yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Pembentukan senyawa asam pada area tambang ini dipercepat dengan adanya bakteri pengoksidasi logam seperti  Sulfolobus metallicus. 
  • Pertama-tama, mineral arsenopirit akan mengalami oksidasi yang ditandai dengan berubahnya muatan ferro menjadi ferri. Pada tahapan ini oksidatornya adalah oksigen yang berasal dari udara. Ketika pH masih di atas 4,5 proses oksidasi dibantu oleh oksigen yang ada di udara, namun proses oksidasi yang berjalan terus-menerus akan membuat pH tanah menjadi turun. Maka senyawa ferri hasil dari proses oksidasi sebelumnya lah yang akan membantu proses oksidasi. Ferri yang membantu proses oksidasi lama kelamaan akan habis hanya tersisa senyawa ferro. Pada tahapan inilah bakteri Sulfolobus metallicus ikut mempercepat proses terjadinya reaksi oksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Proses ini berlangsung terus menerus, jika tidak diatasi maka akan mengganggu kestabilan lingkungan.
  • Untuk itu perlu dilakukan pencegahan, antara lain dengan menghilangkan kontak antara senyawa arsenopirit, air, dan oksigen. Bisa dengan penambahan lapisan plastik,  bisa juga dengan cara penanggulangan yaitu penambahan kapur untuk menghilangkan asam atau penambahan zat pengkelat besi.


Kasus 2
  • Lahan bekas pertambangan tembaga menyisakan lapisan mineral kalkopirit yang jika ditinggalkan terlalu lama akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Bagaimana cara mengambil logam tembaga dari lapisan mineral yang ada pada lahan pertambangan?


Solusi
  • Tahapan pertama untuk mengambil logam tembaga dari lapisan tanah adalah dengan mengumpulkan mineral pada satu tempat yang sama, cara yang paling efektif dan efisien digunakan adalah dengan mengalirkan air menuju satu bak penampungan yang besar. Logam Cu pada kalkopirit berasal dari Cu+. Karena dalam mineral kalkopirit terdapat logam lain yaitu Fe2+,  dengan adanya mikroba litotrofik. Setelah terbentuk atom Cu, proses pengambilan logam pun bisa dilakukan. Fe3+ yang terbentuk, kemudian masuk ke proses kembali untuk memperbanyak hasil recovery logam Cu. Seperti Thiobacillus ferrooxidant, senyawa logam tersebut masing-masing saling mengoksidasi dan mereduksi hingga reaksi sederhana yang terjadi adalah:


Fe2+ +Cu+ Fe3+ +  Cu0

Studi Kasus Pencemaran Ammonia pada Sungai

Kasus :
“Pencemaran air pada sungai karena mengandung ammonia yang berasal dari limbah cair industri pertanian.”

Solusi :
Beberapa metode yang sering ditawarkan :


Prinsip pengolahan limbah :
Bagaimana mengubah ammonia agar menjadi bentuk gasnya (N2)

Proses perubahan ammonia menjadi gas nitrogen terdapat 2 tahapan : Nitrifikasi dan Denitrifikasi

Nitrifikasi mengubah ammonia menjadi nitrit melalui proses oksidasi ammonia. Selanjutnya nitrit diubah menjadi nitrat juga melalui proses oksidasi. Bakteri pada proses oksidasi ammonia dan oksidasi nitrit ini menggunakan ammonia dan nitrit sebagai sumber akseptor electron (sumber energi) dan menggunakan CO2 sebagai sumber karbonnya. Bakteri pada proses ini bersifat aerob dank arena sumber energinya berasal dari material anorganik maka bakterinya adalah bakteri litotrof. Bakteri yang digunakan pada oksidasi ammonia adalah bakteri Nitrosomonas sp. Sedangkan pada oksidasi nitrit menjadi nitrat adalah Nitrospina, Nitrospina, Nitrococcus, and Nitrocystis.


Tahapan yang kedua adalah  Denitrifikasi (reduksi) nitrat menjadi gas nitrogen (N2), tujuannya adalah mengembalikan nitrogen menjadi bentuk awalnya di alam yaitu berupa gas. Nitrat digunakan sebagai agen oksidator yang mengalami proses reduksi.  Bakteri pada proses denitrifikasi menggunakan material organik seperti glukosa sebagai sumber karbon dan sumber energi. Bakteri ini bersifat anaerob dan termasuk bakteri heterotrof.  Bakteri yang digunakan pada proses ini contohnya adalah Pseudomonas, Alcaligenes, Paracoccus and Thiobacillus. 

Secara alamiah, sungai dapat mengalami self purificationSelf purification akan mampu dilakukan jika jumlah limbah dan mikroorganisme memungkinkan (memadai).  Agar self purification dapat terjadi, dan untuk mencegah pencemaran yang lebih parah, perlu dibuat suatu instalasi pengolahan limbah yang terdiri dari dua batch reactor. Hal ini karena proses nitrifikasi dan denitrifikasi memiliki kondisi yang berbeda yakni aerob dan anaerob. 

Beberapa instalasi pengolahan limbah cair juga telah mengadopsi proses self purification di dalam sungai yaitu dengan menumbuhkan suatu bakteri yang menempel pada permukaan batuan dan bakteri yang tersuspensi dalam air. Berikut ini adalah ilustrasinya :



Sunday, May 12, 2019

BELAJAR KROMATOGRAFI KOLOM CEPAT Part 2

Setelah terlupakan hampir dua tahun, aku mulai berurusan lagi dengan metode pemurnian kromatografi kolom. Dulu aku sempet nulis di blog ini sekilas tentang kromatografi kolom. Niatnya ngejelasin tentang kromatografi kolom cepat, tapi belom kelar udah mager nulisnya. Buat flashback, sila klik link di sini.

Monday, October 1, 2018

SINTESIS ASAM SALISILAT (Pendekatan Diskoneksi)

Bagi kalian mahasiswa jurusan kimia murni yang sudah belajar kimia organik, baik kimia organik 1, 2, bahkan 3, tahap selanjutnya adalah kalian harus memahami bagaimana suatu senyawa organik itu dibuat atau disintesis. Oleh karena itu biasanya di semester selanjutnya akan ada mata kuliah “Sintesis Organik” atau di beberapa universitas diberi nama “Sintesis Kimia Organik”. Umumnya, hampir semua kampus mewajibkan mata kuliah ini, tapi ada beberapa kampus yang tidak mewajibkan mata kuliah ini. Jadi di beberapa universitas tersebut, mata kuliah Sintesis Kimia Organik hanya diwajibkan untuk mahasiswa dengan peminatan kimia organik.
Metode belajar yang paling sering digunakan adalah pendekatan diskoneksi. Apa itu pendekatan diskoneksi? Pendekatan diskoneksi adalah pemutusan ikatan secara imaginer yang digunakan untuk memahami bagaimana suatu senyawa dihasilkan dari bahan awalnya. Jadi dalam mempelajari sintesis kimia organik, kita diajari untuk mendesain suatu senyawa. Biasanya kita hanya diberi tau bagaimana struktur senyawa targetnya, lalu kita ditugaskan untuk mendesain kira-kira senyawa tersebut disintesis dari senyawa apa, dan bagaimana jalurnya.

Tuesday, September 18, 2018

KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION

Kromatografi pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography) merupakan teknik analisis yang penting untuk pemisahan senyawa ionik. Teknik ini merupakan bagian dari kromatografi ion. Kromatografi pertukaran ion juga merupakan bagian dari kromatografi cair karena fase gerak yang digunakan berupa cairan atau larutan, melibatkan kolom pemisahan dan detektor untuk menganalisis senyawa yang dielusi dari kolom. Kromatografi pertukaran ion dapat diterapkan untuk penentuan analit yang bersifat ionik, seperti anion anorganik, kation, logam transisi, dan asam organik dengan berat molekul rendah dan bersifat basa. Metode ini dapat digunakan untuk hampir semua jenis molekul bermuatan termasuk protein besar, nukleotida kecil dan asam amino. Metode ini juga sering digunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi ion dalam berbagai matriks1.
Kromatografi penukar ion merupakan teknik yang dirancang khusus untuk pemisahan senyawa bermuatan berbeda atau senyawa yang dapat terionisasi, terdiri dari fase gerak dan stasioner/ fasa diam yang serupa dengan teknik kromatografi cair lainnya yang berbasis kolom3-5. Fasa gerak terdiri dari sistem buffer atau penyangga yang berperan untuk memisahkan senyawa campuran. Fase diam biasanya dibuat dari matriks organik yang bersifat inert dengan gugus fungsi terionisasi yang membawa ion bermuatan berlawanan yang dapat dipindahkan5. Analit yang mengandung kation dipisahkan pada kolom  berisi resin penukar kation sedangkan analit yang mengandung anion dipisahkan pada kolom berisi resin penukar anion4.

Tuesday, October 3, 2017

Kuliah di Jurusan Kimia Murni, Why Not?

Alasan kuat mengapa kali ini aku memilih untuk menulis postingan tentang jurusanku adalah karena hadirnya rasa rindu pada almamater tercinta yang selama empat tahun ini menampung dan membesarkanku hingga sampai pada titik ini. Kalo diinget-inget, dulu aku sama sekali gak pernah membayangkan akan terjun ke dunia semacam ini. Dunia yang menurut sebagian besar orang berisi manusia-manusia cupu yang cuma bisa pegang buku, yang kerjaannya setelah lulus cuma bisa jadi guru. Well, setelah berhasil lulus dari jurusan ini, aku ingin mengatakan, TIDAK SEMUA hal yang orang-orang pikirkan tentang jurusanku ini benar adanya. Yang benar adanya pun, tidak seburuk yang ada di dalam benak kalian. Sorry to say, i'm talking to people who always underestimate on my major. 
Sebentar sebentar, akan kuceritakan satu per satu. Kalian yang udah pernah buka blogku ini, pasti tau banget aku adalah mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro majoring in Chemistry. Tentunya sebelum aku menerima ijazah dan transkrip akademik bulan Agustus lalu. Yay, sekarang aku diperbolehkan menyebut diriku sebagai alumni. 
Aku juga bingung kenapa sekarang aku ngerasa cocok banget sama jurusan satu ini. Padahal perjalanan kuliahku juga gak semulus betisnya princess Syahrini. Jangan dikira aku gak pernah ngerasain gimana galaunya dapet nilai D, gimana galaunya duduk di dalem ruang kelas ngeliatin dosen ngomong tapi sepatah kata pun ga ada materi kuliah yang nyangkut di otak. Gimana galaunya gagal percobaan campur aduk dengan perasaan bersalah mecahin alat yang harganya setara uang jajanku selama 5 bulan, hiks. Tapi tenang, badai itu sudah berlalu. 
Buat kalian yang sedang mempertimbangkan jurusan kimia murni sebagai jurusan pengantar masa depan kalian, aku bener-bener salut. Karena selama ini jarang ada yang menjadikan jurusan kimia murni sebagai pilihan pertamanya. Entah karena mata kuliahnya yang dianggap sulit atau lapangan pekerjaannya yang dianggap sempit.

Wednesday, July 12, 2017

BELAJAR KROMATOGRAFI KOLOM CEPAT? Part 1

Biar postingan kali ini sedikit lebih berfaedah, aku mau sedikit menjelaskan tentang metode pemisahan atau pemurnian senyawa yang biasa dilakukan orang-orang kimia terutama kimia organik. Aku rasa sih orang farmasi juga ngelakuin ini. Pokoknya siapa aja yang butuh, semoga postingan kali ini bermanfaat. 
Selama aku kuliah, permasalahan yang paling sering aku hadapi adalah susah mencari referensi yang menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang suatu teori atau eksperimen di laboratorium. Banyak sih materi dalam bentuk ppt, word, pdf yang bertebaran kaya meses di atas donat. Tapi ga semuanya bisa kumengerti dengan jelas. Dan setiap kali aku browsing buat cari maksud dari tulisan itu, I found nothing.

Gambar : Parade kolom kala itu 

Saturday, May 21, 2016

Menghitung Jumlah Atom Fe dalam 1 Molekul Hemoglobin

·       Diketahui koefisien difusi hemoglobin adalah 6,9 x 10-11 m2s-1. Koefisien sedimentasi adalah 4,6 x 10-13 s. Hitung berat molekul hemoglobin pada 20Oc. Bila terdapat 1 mol besi per 17000 gram hemoglobin, berapa jumlah atom besi dalam tiap molekul hemoglobin (1 J = 1 kg.m2.s-2) bila v = 0,749 cm3/g dan 𝜌 = 0,9982 g/cm3.
Diketahui :
D     = 6,9 x 10-11 m2s-1
S      = 4,6 x 10-13 s
Ditanya :
a.       Berat molekul Hb?
b.      Jumlah atom Fe dalam tiap molekul Hb?

Monday, May 9, 2016

Perbedaan Cara Penyajian Tabel dalam Jurnal Penelitian

Bagi mahasiswa, udah nggak asing lagi bukan sama yang namanya jurnal? Ya, singkatnya jurnal merupakan tulisan hasil dari penelitian yang telah dipublikasikan. Jurnal merupakan kebutuhan tak terpisahkan bagi mahasiswa khususnya yang menyandang predikat sebagai mahasiswa tua atau mahasiswa tingkat akhir. Udah jangan baper, Belanda masih jauh gengs. Selama nafas masih berhembus kalian pasti akan tetap sarjana kok, yang penting semangat aja kejar-kejar dosennya hahahaha. Oke lanjut, jenis jurnal yang dipakai macem-macem. Ada jurnal Indonesia, jurnal internasional, pasti udah gak asing lagi kan sama elsevier? Kalo buat aku ada jurnal yang namanya American chemistry society.  
Di dalam jurnal, pasti sering kalian lihat yang namanya tabel. Tabel ini disajikan untuk data yang sederhana, jika data yang disajikan terlalu rumit maka dianjurkan untuk dibuat grafik. Kalo kalian perhatikan, tata cara penyajian tabel tidak semuanya sama. Kali ini aku pengen membandingkan dua jurnal, dari jurnal Indonesia dan jurnal internasional dari Elsevier. Semuanya udah aku masukin ke tabel, selamat menelaah :D

Sunday, April 3, 2016

SERAT NANOSELULOSA, SUMBER DAN BERBAGAI APLIKASINYA

Nanoteknologi adalah salah satu faktor paling penting dalam pertumbuhan ekonomi global dan kesejahteraan di abad ini serta menjadi keahlian baru dalam bidang material, alat, dan sistem yang akan menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi dan industri (Rezanezhad, Nazanezhad, & Asadpur, 2013) 
Salah satu industri nanomaterial yang paling unik adalah nanoselulosa. Nanoselulosa secara luas digunakan dalam pengobatan dan farmasi, elektronik, membran, bahan berpori, kertas, dan makanan karena ketersediaan, biokompatibilitas, penguraian hayati, dan keberlanjutannya (Rezanezhad et al., 2013). 
Selulosa merupakan polimer yang paling berlimpah di Bumi yang merupakan material terbarukan, dapat didegradasi alam, serta tidak beracun. Selulosa terdapat pada kayu, kapas, rami, Jerami, ampas tebu dan bahan nabati lainnya. Pemurnian selulosa dari serat tanaman melibatkan treatment kimia yang terdiri dari ekstraksi alkali dan pemutihan/ bleaching. (Dufresne, 2013 dan Liu, 2012).
 (Lin & Dufresne, 2014) 
Partikel Nanoselulosa pada dasarnya terdiri dari nanokristal selulosa, nanofibril selulosa, bakterial selulosa. Ada beberapa cara untuk membuat nanopartikel selulosa, antara lain homogenisasi, mikrofluidisasi, micro-grinding, cryocrushing, hidrolisis asam, oksidasi TEMPO ((2,2,6,6,-tetramethylpiperidin-1- yl)oxydanyl), atau kombinasinya (Beck-Candaneo et al dan Chen et al dalam Nanofibers, 2014). 
Cara lain untuk memperoleh nanopartikel selulosa dengan rendemen tinggi adalah dengan prosedur mekanik. Pretreatment mekanikal, kimiawi, dan enzimatik digunakan untuk memecah serat dengan tujuan mengurangi penggunaan energi (Lee, Hamid, & Zain, 2014). Isolasi nanoselulosa dimulai dengan pemutihan residu padat dengan NaOH, kemudian dicuci dengan air dan ditambahkan NaOCl2 untuk proses delignifikasi atau menghilangkan hemiselulosa, lignin, dan pektin. Prosedur berikutnya adalah defibrilasi selulosa menjadi nanoselulosa menggunakan sonifikasi (Microorganisms, 2013).
Banyak sekali sumber selulosa di alam. Berikut ini adalah beberapa contoh tanaman yang mengandung serat selulosa.
(Kopania & Wietecha, 2012)
Kayu dan tanaman adalah biokomposit hirarkis selular yang diproduksi oleh alam, dan pada dasarnya merupakan semikristal selulosa mikrofibril dengan matriks amorf yang terbuat dari hemiselulosa, lignin, lilin, ekstraktif dan traces elemen (Fengel dalam Dufresne, 2013) 
Sekam padi adalah kulit luar padi yang dianggap sampah. Sekam padi menyumbang 20-25% dari berat butir beras dan sekam padi dibuang selama penggilingan padi (Bhardwaj dalam Rezanezhad et al., 2013). Jerami padi terdiri dari 43.30% selulosa, 26,40% hemiselulosa, 16,29% lignin, abu 12,26% dan 2,18% lilin. Oleh karena itu, jerami padi berpotensi untuk digunakan sebagai nilai tambah bahan baku industri (Haghi, Mottaghitalab, & Farjad, 2012).
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat dari berbagai industri material dari tanaman terbarukan. Metode yang paling umum diusulkan untuk pengelolaan limbah biomassa hanya sebagai sumber energi terbarukan. (Kopania & Wietecha, 2012) 
Linter adalah hasil produk yang penting dari industri tekstil. Kapas linter adalah serat pendek yang tidak dapat digunakan dalam proses tekstil namun kapas linter merupakan sumber potensial dari kristal nanoselulosa, terutama dalam pembuatan nanokomposit hidrofilik (Paulo et al., 2013). 
Pada negara-negara tropis, nanas merupakan tanaman yang jumlahnya melimpah. Bagian daun tanaman nanas mengandung serat yang menunjukkan kekuatan spesifik tinggi dan kekakuan. Sifat mekanik unggul dari serat daun nanas berhubungan dengan kadar selulosanya yang tinggi dan sudut microfibrillar yang relatif rendah (14o ). Karena sifat unik yang ditunjukkan, serat daun nanas berpotensi digunakan sebagai penguat yang sangat baik dalam matriks komposit (Cherian, 2010). 
Limbah jeruk merupakan limbah pertanian yang menarik yang telah diproses untuk mendapatkan serat nano dari selulosa mikrokristalin dengan sifat yang meningkat dibandingkan dengan selulosa. Limbah jeruk mengandung sekitar selulosa 15,2%, hemiselulosa 18,2% dan pektin 24,6% dalam biomassa kering dan umumnya dimanfaatkan sebagai makanan suplemen untuk ternak. Dengan bantuan bakteri Xanthomonas axonopodis, limbah jeruk dapat digunakan sebagai sumber terbarukan material nanoselulosa (Mariño, Lopes, Durán, & Tasic, 2015). 
Hasil penelitian lain menunjukkan kulit Pomelo (Citrus grandis) adalah salah satu limbah yang kurang dimanfaatkan namun memiliki potensi dalam produksi bahan fungsional, karena kandungan serat yang tinggi. Pomelo albedo merupakan sumber besar untuk ekstraksi selulosa dibandingkan dengan jeruk jenis lain (Fazelin, Zain, Yusop, & Ahmad, 2014), 
Selulosa Pamelo dibuat melalui perlakuan alkali diikuti dengan proses pemutihan/ bleaching, sementara nanoselulosa dibuat dengan hidrolisis menggunakan asam sulfat. Data karakterisasi fisikokimia bahan selulosa ini menunjukkan tingkat kemurnian tinggi, kristalinitas rendah dan kapasitas waterholding tinggi. Temuan ini membuktikan bahwa pomelo albedo dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan selulosa dan nanocellulose yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi makanan dan industry (Fazelin et al., 2014). 
Ganggang hijau Cladophora juga dapat dijadikan sumber terbarukan bahan selulosa yang memiliki kristalinitas tinggi, memiliki sifat sangat bermanfaat yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi industri. Produk Cladophora selulosa jelas akan meningkatkan kesadaran tentang sifat unik dari bahan ini dan dapat mengurangi masalah lingkungan yang serius terkait dengan ganggang musiman (Mihranyan, 2010). 
Bakteri nanosellulose (BNC, juga disebut bakteri selulosa, BC) adalah sejenis polimer selulosa alami disintesis oleh beberapa mikroorganisme, misalnya, Acetobacter xylinum (sekarang menjadi Gluconacetobacter xylinus, milik Gram bakteri negatif) dan Kombucha (juga disebut "jamur teh hitam," yang terdiri dari jenis komunitas mikroba simbiotik terutama yang mengandung bakteri asam asetat dan khamir). Sifat mekanik BNC tube sebanding dengan nilai yang dilaporkan dalam literatur, yang menunjukkan potensi besar dalam implan vaskular atau pengganti fungsional dalam biomedis (Hong, Wei, & Chen, 2015). 
Di antara bakteri yang ada, salah satu jenis bakteri yang paling maju dari bakteri berwarna ungu adalah bakteri cuka, Acetobacter. Organisme non fotosintesis ini bisa menghasilkan glukosa, gula, gliserol atau substrat organik lainnya dan mengubahnya menjadi selulosa murni. Berbeda dengan selulosa dari pulp kayu, selulosa yang dihasilkan oleh strain Acetobacter tidak terkontaminasi polisakarida jenis lain dan isolasi serta pemurniannya relatif sederhana, tidak memerlukan energi atau proses kimia yang rumit (Keshk, 2014). 
Bakteri selulosa (BC) memiliki struktur kimia yang sama seperti selulosa tanaman, namun memiliki struktur jaringan nanofiber yang halus dan sifat yang unik, termasuk kristalinitas tinggi, kapasitas water-holding tinggi, kekuatan tarik, dan kemurnian tinggi serta fleksibilitas (Taokaew, Seetabhawang, Siripong, & Phisalaphong, 2013). 
Suplementasi gelatin dalam medium kultur selama biosintesis BC bisa memodifikasi morfologi dan sifat dari film tersebut. Gelatin telah dimasukkan ke dalam jaringan fibril selulosa dan mengisi pori-pori. Komposit atau film BCG (Bakteri selulosa gelatin) ini lebih padat daripada film BC. Film ini memperlihatkan urutan kristalin yang lebih rendah pada suplementasi dengan gelatin (Taokaew et al., 2013). 
Bakterial nanoselulosa dalam bentuk gel juga dapat diaplikasikan untuk masker wajah. Silk sericin (protein yang dihasilkan oleh ulat sutera) diadsorbsi ke dalam bakterial nanoselulosa gel agar memiliki aktifitas antioksidan, bioadhesif, dan bioaktif (Aramwit & Bang, 2014). 
Serat pulp kayu dapat digunakan sebagai penguat pada komposit biodegradable dan sebagai sumber sumber raw material untuk bioenergi dan pembuatan bahan kimia. Serat pulp kayu telah dimanfaatkan dalam pembuatan Microfibrilated Cellulose (MFC). MFC bukan nama lain dari serat nano, serat mikro, atau nanoselulosa yang lain, akan tetapi pembuatan MFC mengandung bahan utama yaitu nanofibril (Chinga-carrasco, 2011). 
Saat ini, permintaan bahan plastik meningkat cepat, terutama dalam aplikasi kemasan makanan. Kemasan digunakan untuk mempertahankan kualitas makanan tersebut. Akan tetapi bahan kemasan yang selama ini digunakan masih beresiko membahayakan kesehatan konsumen. Nanoselulosa dapat digunakan untuk memperkuat PVA/ Starch yang merupakan bahan kemasan yang selama ini digunakan. Nanokomposit ini diketahui memiliki kekuatan tarik sekitar 5,694 MPa dan perpanjangan saat putus adalah 481,85%. Selain sifat mekanik yang baik, nanokomposit ini memiliki ketahanan air dan biodegradasi yang baik (Lani, Ngadi, Johari, & Jusoh, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
Aramwit, P., & Bang, N. (2014). The characteristics of bacterial nanocellulose gel releasing silk sericin for facial treatment, 1–11.
Cherian, B. M. (2010). Isolation of nanocellulose from pineapple leaf fibres by steam explosion . Carbohyd Polym, (April 2016). http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2010.03.046
Chinga-carrasco, G. (2011). Cellulose fibres , nanofibrils and microfibrils : The morphological sequence of MFC components from a plant physiology and fibre technology point of view, 1–7.
Dufresne, A. (2013). Nanocellulose : a new ageless bionanomaterial. Materials Today, 16(6), 220–227. http://doi.org/10.1016/j.mattod.2013.06.004
Fazelin, N., Zain, M., Yusop, S. M., & Ahmad, I. (2014). Preparation and Characterization of Cellulose and Nanocellulose From Pomelo ( Citrus grandis ) Albedo, 5(1), 10–13. http://doi.org/10.4172/2155-9600.1000334
Haghi, K. A., Mottaghitalab, V., & Farjad, M. (2012). Preparation of Rice Straw Cellulose Nanofiber via Electrospinning, 12–14.
Hong, F., Wei, B., & Chen, L. (2015). Preliminary Study on Biosynthesis of Bacterial Nanocellulose Tubes in a Novel Double-Silicone-Tube Bioreactor for Potential Vascular Prosthesis, 2015.
Keshk, S. M. A. S. (2014). Bioprocessing & Biotechniques, 4(2). http://doi.org/10.4172/2155-9821.1000150
Kopania, E., & Wietecha, J. (2012). Studies on Isolation of Cellulose Fibres from Waste Plant Biomass, (96), 167–172.
Lani, N. S., Ngadi, N., Johari, A., & Jusoh, M. (2014). Isolation , Characterization , and Application of Nanocellulose from Oil Palm Empty Fruit Bunch Fiber as Nanocomposites, 2014.
Lee, H. V, Hamid, S. B. A., & Zain, S. K. (2014). Conversion of Lignocellulosic Biomass to Nanocellulose : Structure and Chemical Process, 2014.
Lin, N., & Dufresne, A. (2014). Nanocellulose in biomedicine : Current status and future prospect. EUROPEAN POLYMER JOURNAL, 59, 302–325. http://doi.org/10.1016/j.eurpolymj.2014.07.025
Liu, Y. (2012). Homogeneous isolation of nanocellulose from sugarcane bagasse by high pressure homogenization, (April 2016). http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2012.07.038
Mariño, M., Lopes, L., Durán, N., & Tasic, L. (2015). Enhanced Materials from Nature: Nanocellulose from Citrus Waste, (Ci), 5908–5923. http://doi.org/10.3390/molecules20045908
Microorganisms, I. (2013). Nanocellulose and Bioethanol Production from Orange Waste using Isolated Microorganisms, 24(9), 1537–1543.
Mihranyan, A. (2010). Cellulose from Cladophorales Green Algae : From Environmental Problem to High-Tech Composite Materials. http://doi.org/10.1002/app
Nanofibers, C. (2014). com High Yield Preparation Method of Thermally Stable Cellulose Nanofibers, 9(2011), 1986–1997.
Paulo, J., Morais, S., Freitas, M. De, De, M., Souza, M. De, Dias, L., … Ribeiro, A. (2013). Extraction and characterization of nanocellulose structures from raw cotton linter. Carbohydrate Polymers, 91(1), 229–235. http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2012.08.010
Rezanezhad, S., Nazanezhad, N., & Asadpur, G. (2013). Isolation of Nanocellulose from Rice Waste via Ultrasonication, 2(Bharadwaj 2004), 282–291.
Taokaew, S., Seetabhawang, S., Siripong, P., & Phisalaphong, M. (2013). Biosynthesis and Characterization of Nanocellulose-Gelatin Films, 782–794. http://doi.org/10.3390/ma6030782

By: Mutiara Hapsari xoxo 

Sunday, December 27, 2015

REAKSI PEMBENTUKAN OKSIM

Oksim, setiap kelas senyawa organik yang mengandung nitrogen biasanya dibuat dari hidroklorida dan aldehida, keton, atau kuinon a. Oxime memiliki struktur X \ Y / C = N-OH, dimana X dan Y adalah atom hidrogen atau gugus organik yang diperoleh penghapusan atom hidrogen dari senyawa organik. Karena kebanyakan Oksim adalah padatan dengan titik leleh karakteristik, mereka berguna dalam mengidentifikasi aldehid cair dan keton.

Oksim juga dapat dibuat dengan reagen hidrogen-donor pada senyawa nitro tertentu atau dengan isomerisasi senyawa nitroso. Oksim yang diperoleh dari aldehida (aldoksim) dapat mengalami dehidrasi untuk membentuk nitril. Reaksi kimia yang berguna lainnya dari Oxime termasuk konversi ke amina (oleh pengobatan dengan hidrogen atau bahan pereduksi lainnya) dan untuk amida (oleh aksi asam kuat atau fosfor pentaklorida). Sebuah aplikasi skala besar konversi menjadi amida ini adalah untuk transformasi sikloheksanon oksim menjadi kaprolaktam, yang merupakan bahan awal untuk nilon 6.
(translated from: http://www.britannica.com/science/oxime)

Berikut ini mekanisme reaksi pembentukan oksim dari aldehid:

Reaksi aldehid dan keton dengan hidroksilamin menghasilkan Oksim. Nukleofilisitas dari nitrogen pada hidroksilamin meningkat dengan kehadiran oksigen. Transfer proton beruntun memungkinkan terjadinya eliminasi air. Oksim umumnya membentuk campuran isomer geometrik.
(Source: http://www.chemtube3d.com/oxime_formation.html)

Tuesday, June 2, 2015

REAKSI PERISIKLIK (2,4,6-OKTATRIENA)

Makalah lagi mut? Iyaaaaa! Iya banget malah. Minggu ini ada tugas buat 4 makalah. Curhat dikit boleh kan ya kan? Jadi ceritanya minggu ini ada tugas dari dosen kimia organik, pemisahan kimia, kimia fisik, sama kimia pestisida. Padahal minggu ini ada monev, terus hari minggu nya aku ada kunjungan industri gitu. Mau ga mau kita cuma bisa ngerjain tugas seadanya kan ya...(krik) oke aku mulai ngeles. Yaudah lah ya langsung aja. Kemaren tugas organik kelompokku dapet materi tentang reaksi perisiklik gitu.Tapi senyawa yang dipake ga boleh sama antara kelompok yang satu sama yang lain. Sialnya kelompokku telat gitu, kelompok lain udah pada nge-tap senyawa yang di buku ada. Ya mau gimana lagi kita cari senyawa lain. Dan akhirnya... voilaaaa kita menemukan senyawa 2,4,6-oktatriena. 
Perjuangan buanget buat cari materi tentang dia. Bahkan ternyata senyawa ini jarang ada, soalnya waktu cari MSDS nya aku ga nemu sama sekali. Kan harusnya minimal ada lah, ga perlu lengkap-lengkap informasinya, tapi itu ga ada loh cyin sedih gak sih jadi eike~ adanya cuma 2,6-dimetil-2,4,6-oktatriena. Mungkin senyawa ini susah dibikinnya, atau mungkin senyawa ini terlalu berbahaya? Nah gara-gara ini senyawa susah dicari aku sampe gambar reaksi sendiri pake chemdraw. Engga kok ga ngarang, itu dipikir dengan hati yang jernih dan suasana hati riang gembira. Tapi kalo masih salah yamaap :(

Wednesday, May 20, 2015

Electrowinning? Emmm... Kata Dosen Sihhhh....

SELAMAT PAGI!
Berhubung kemaren abis kuliah elektrokimia dan dapet jatah presentasi, boleh kan ya transfer ilmu dikit. Kan katanya sampaikanlah walau satu ayat wkwkw. Emm ga gitu juga sih aku cuma takut lupa aja kemaren dosen ngomong apa jadi aku nyatetnya di sini aja lah ya. Abis kalo di catetan suka gitu, suka ilang maksudnya. Soalnya sering lupa nyimpen catetan di mana hehe. Kemaren kan udah ya aku post materi tentang electrowinning yang aku copy dari tugasku. Sekarang mau post penjelasannya, se-penangkapan aku aja sih kalo salah tangkep maapin ya :( hiks

Sunday, April 12, 2015

HERBISIDA PARAQUAT

HAI LAGIII :D
Tadi udah kan bahas soal Aspirin, sekarang aku pengen bahas tentang herbisida jenis Paraquat. Jadi ceritanya ini juga tugas kuliah gicuuu, tugas kimia pestisida. Barengan sama tugas IKO tadi. Minggu kemaren mereka bener-bener nyaris bikin aku bunuh diri wakakak gak deng kan aku setrong. Aku belum nikah masa udah bunuh diri *eh wkwk langsung aja deh yaaa
Secara istilah, herbisida adalah suatu senyawa kimia baik senyawa oganik maupun anorganik yang dapat digunakan untuk mengendalikan atau menekan pertumbuhan gulma. Gulma adalah tumbuh - tumbuhan (tidak temasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Herbisida dapat digolongkan berdasarkan beberapa faktor yang diantaranya selektivitas, waktu aplikasi, formulasi, daya kerjanya, cara penggunaan, dan golongan bahan aktifnya.

Sunday, June 10, 2012

PRAKTIKUM PEMBUATAN KOLOID

Tujuan  : 
Mempelajari cara pembuatan koloid menurut cara dispersi dan kondensasi

Alat dan Bahan :
Alat
  • Gelas Kimia
  • Bunsen, Kaki Tiga dan Kawat Kasa
  • Tabung Reaksi
  • Gelas Ukur
  • Mortar dan Lumpang
  • Pipet
  • Sendok
  • Batang Pengaduk
Bahan
  • Larutan FeCl3 jenuh
  • Air suling
  • Belerang
  • Gula Pasir
  • Minyak Goreng
  • Detergen/Sabun
  • Bubuk Agar-agar
Langkah Kerja   :
Cara Kondensasi
  1. Pembuatan Sol Fe(OH)3
  • Panaskan 50 mL air suling di dalam gelas kimia 100 mL sampai mendidih. 
  • Tambahkan 25 tetes larutan FeCl3 jenuh dan aduk sambil meneruskan pemanasan sampai campuran berwarna coklat merah.

      2. Pembuatan Gel Kalsium Asetat-Alkohol

  • Masukkan 10 mL larutan kalsium asetat jenuh ke dalam gelas kimia 250 mL dan masukkan 60 mL alkohol 95% ke dalam gelas kimia 100 mL. Tuangkan sekaligus alkohol itu kedalam larutan kalsium asetat jenuh. Hasil pencampuran merupakan gel. Masukkan sedikit gel itu ke dalam cawan porselen, kemudian bakar gel itu.
Cara Dispersi
  1. Pembuatan Sol Belerang

  • Campurkan 1 sendok gula dan 1 sendok belerang ke dalam lumpang. Gerus campuran itu sampai halus. Ambil 1 sendok campuran itu (yang lainnya di buang) dan campurkan dengan 1sendok gula lalu gerus sampai halus. 
  • Lanjutkan pekerjaan itusampai 3 kali. Tuangkan sedikit dari campuran terakhir ke dalam gelas kimia berisi 50 mL air suling dan aduk. Saring jika masih terjadi endapan.
      2. Pembuatan Sol/ Gel Agar-agar

  • Isilah gelas kimia dengan air kira-kira setengah gelas. Panaskan air, lalu tambahkan 1-2 sendok bubuk agar-agar dan aduk. Panaskan gelas kimia beserta isinya sampai mendidih, dan itu berarti kita telah membuat sol agar-agar. Dinginkan campuran itu untuk memperoleh gel agar-agar.

      3. Pembuatan Emulsi Minyak dalam Air

  • Masukkan kira-kira 5 mL air dan 1 mL minyak tanah kedalam tabung reaksi. Guncangkan tabung reaksi dengan keras. Kemudian letakkan tabung itu pada rak tabung. Perhatikan apa yang terjadi.
  • Masukkan kira-kira 5 mL air dan 1 mL minyak tanah dan 1 mL larutan detergen ke dalam tabung lain. Guncangkan tabung dengan keras, kemudian letakkan tabung itu pada rak tabung. Perhatikan apa yang terjadi. Kita telah membuat emulsi minyak dalam air dengan detergen sebagai pengemulsinya.

Hasil dan Pembahasan    : 
Cara Kondensasi
  1. Pembuatan Sol Fe(OH)3

  • Sol Fe(OH)3 berwarna coklat merah. Pada pembuatan sol Fe(OH)3 dilakukan dengan cara kondensasi yaitu dengan penggabungan partikel larutan sejati yaitu air dan FeCl3 menjadi partikel koloid yaitu Fe(OH)3 melalui reaksi hidrolisis.
  • Reaksinya : FeCl3 + H2O(mendidih) --> Fe(OH)3(sol) + 3HCl
  • Untuk membuktikan bahwa Fe(OH)3 adalah suatu koloid kita dapat memanfaatkan salah satu sifat koloid yaitu Efek Tyndall dengan cara memberikan berkas cahaya pada Fe(OH)­3. Hasil pengamatan, terjadi penghamburan cahaya pada Fe(OH)3 maka Fe(OH)­3 merupakan sistem koloid.

      2. Pembuatan Gel Kalsium Asetat-Alkohol


  • Pencampuran larutan kalsium asetat jenuh dengan alkohol 95% : menghasilkan gel yang pekat. Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol, tetapi mudah larut dalam air. Oleh karena itu, gel kalsium asetat dibuat dengan cara melarutkan kalsium asetat dalam air sehingga membentuk larutan jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh tersebut ditambahkan ke dalam alkohol hingga terbentuk gel.
  • Pembakaran gel : menghasilkan api berwarna biru yang sangat baik untuk digunakan sebagai pengganti paraffin dan sisa pembakarannya dapat digunakan lagi sebagai kalsium asetat padat.

Cara Dispersi
  1. Pembuatan Sol Belerang
  • Belerang memiliki sifat hidrofob sehingga belerang tidak dapat larut dalam air. Pada pembuatan sol belerang kita lakukan dengan cara dispersi yaitu dengan pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid melalui cara penghalusan dengan gula dan mengaduknya dalam air. Fungsi gula adalah sebagai stabilitator. Pembuktian percobaan ini sama dengan pembuktian pada sol Fe(OH)3 yaitu dengan memanfaatkan Efek Tyndall. Hasilnya, terjadi penghamburan cahaya pada larutan tersebut, sehingga larutan tersebut merupakan sistem koloid yang dikenal dengan sol belerang.

      3. Pembuatan Sol/ Gel Agar-agar
  • Setelah gelas kimia yang berisi air dan bubuk agar-agar dipanaskan, maka bubuk agar-agar akan larut dalam air. Ini merupakan bentuk sol agar-agar. Tujuan dipanaskan memang supaya bubuk agar-agar larut dalam air karena agar-agar tidak bisa larut dalam suhu dingin, tetapi dapat larut dalam suhu panas. Setelah didinginkan, agar-agar akan mengeras. Agar-agar yang mengeras ini yang disebut gel agar-agar.

      4. Pembuatan Emulsi Minyak dalam Air
  • Pada pencampuran air dan minyak, minyak dan air tidak dapat bersatu meskipun telah diguncangkan dengan kuat. Molekul air dan minyak terlihat terpisah menjadi bagian yang bening (air) dan bagian yang berwarna putih pucat (minyak).
  • Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Jika kita hendak mencampurkan keduanya,maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara dua zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. 
  • Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar,sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
  • Air dan minyak dapat bersatu asalkan ada substansi yang berfungsi sebagai pelindung atau emulgator. Larutan detergen merupakan emulgator dari air dan minyak karena dapat membentuk emulsi dari air dan minyak.

Kesimpulan  :
  • Cara pembuatan koloid dibagi menjadi 2, yaitu cara disperse dan kondensasi. Cara dispersi merupakan cara pembuatan koloid dari partikel besar (suspensi) menjadi koloid.sedangkan cara kondensasi yaitu cara pembuatan koloid dari partikel berukuran kecil/sejati menjadi koloid.

Wednesday, February 1, 2012

Uji Asam Basa

Tujuan : 
Menentukan sifat asam basa larutan dengan menggunakan indikator lakmus, dan menentukan bahan alami yang dapat digunakan sebagai indikator.

Alat dan Bahan :
  1. Tabung reaksi
  2. Pipet tetes
  3. Air
  4. Kertas lakmus merah dan biru
  5. Mahkota bunga warna kuning, merah, biru, ungu
  6. Kunyit
  7. Larutan HCl, H2SO4, CH3COOH, BA(OH)2, NaOH
  8. Alu dan lumpang
  9. Plat tetes
Cara kerja :
(A.)                 
  1. Siapkan alat dan bahan
  2. Ambil kertas lakmus, letakkan pada plat tetes
  3. Tetesi kertas lakmus merah pertama dengan larutan HCl, kedua dengan H2SO4, ketiga dengan CH3COOH, keempat dengan BA(OH)2, dan yang terakhir dengan NaOH.
  4. Tetesi kertas lakmus biru pertama dengan larutan HCl, kedua dengan H2SO4, ketiga dengan CH3COOH, keempat dengan BA(OH)2, dan yang terakhir dengan NaOH.
  5. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
(B.)                 
  1. Buatlah ekstrak kunyit dengan cara menumbuk kunyit tersebut dengan alu dan lumpang.
  2. Beri sedikit air, ambil ekstraknya kemudian letakkan pada dua tabung reaksi.
  3. Beri beberapa tetes larutan sebagai sampel larutan basa dan beberapa tetes lagi sebagai sampel larutan asam.
  4. Lakukan langkah yang sama untuk mahkota bunga warna merah, kuning, biru, dan ungu.
  5. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada ekstrak mahkota bunga dan kunyit tersebut.
Hasil Pengujian :
(A.)

(B.)

Analisis Data :
(A.)     
  • Dari tabel hasil pengujian, sesuai dengan sifat asam yaitu merubah lakmus biru menjadi merah dan sifat basa yaitu merubah lakmus merah menjadi biru dapat diketahui bahwa larutan yang bersifat asam adalah HCl, H2SO4, dan CH3COOH. Sedangkan larutan BA(OH)2 dan NaOH bersifat basa.
(B.) 
  • Dari tabel hasil pengujian, diketahui bahwa semua sampel bunga dan kunyit yang dibuat ekstrak dapat memberikan warna yang berbeda apabila ditetesi larutan NaOH dan HCl. Hal ini menunjukkan bahwa mahkota bunga berwarna merah, biru, ungu, dan kuning serta kunyit dapat dijadikan indikator alami dalam pengujian asam basa.
Kesimpulan :
  • Setelah melakukan pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa larutan yang bersifat asam adalah HCl, H2SO4, dan CH3COOH, sedangkan larutan BA(OH)2 dan NaOH bersifat basa. Selain itu mahkota bunga berwarna merah, biru, ungu, dan kuning serta kunyit dapat dijadikan indikator alami dalam pengujian asam basa.