Limbah
cair merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai pencemaran air, biasanya yang
terlintas dipikiran kita adalah limbah cair dari industri pabrik saja. Padahal
dari rumah tangga, pasar, sawah, rumah sakit, dsb juga berperan banyak dalam
tercemarnya air. Air yang mengandung detergen, tinja dan sisa makanan yang
masuk kesaluran pembuangan air setiap harinya dapat mempengaruhi keseimbangan
fisika dan kimiawi air. Pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan,
dimana proses perjalanan air tanah membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga
jika pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan maka lama kelamaan air
tanah akan habis.
Berdasarkan
sumber aktivitasnya, limbah cair dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair
yang berasal dari kegiatan industri dan limbah cair domestik yang berasal dari
kegiatan rumah tangga. Sebelum dikembalikan ke lingkungan, limbah cair harus
melalui tahap pengolahan untuk mencegah terjadinya pencemaran di lingkungan
yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Karena limbah cair memiliki
karakteristik tertentu yang sifatnya spesifik, jenis pengolahannya juga menyesuaikan
dengan karakteristik yang dimilikinya.
Pengolahan
air limbah dilakukan untuk memperbaiki kualitas air limbah, mengurangi BOD, COD
dan partikel tercampur menghilangkan bahan nutrisi dan komponen beracun,
menghilangkan zat tersuspensi, mendekomposisi zat organik, dan menghilangkan
mikroorganisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya tujuan pengolahan
air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan.
Pengolahan
limbah cair dibagi menjadi 3 metode, yaitu :
1.
Metode primer
Tahap
pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah. Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki
atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi
lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga
partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus
dialirkan untuk proses selanjutnya.
Setelah
melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling
banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel –
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Enadapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan
dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Sementara
itu, untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak, biasanya dilakukan
metode pengap. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (±30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel–partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila
limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui
proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan
ke proses pengolahan selanjutnya.
2.
Metode sekunder
Tahap
pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Metode ini merupakan penerapan dari bioteknologi. Mikroorganisme yang digunakan
umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis
yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter),
metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment
ponds / lagoons).
Pada
metode trickling filter, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah
cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam
tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.
Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut,
sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
Pada
metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri
aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya,
limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan,
sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi.
Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini
dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
Metode
treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun
prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan
dalam kolam-kolam terbuka. Alga yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri aerob untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah.
Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di
kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah
terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka
untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3.
Metode tersier
Pengolahan
tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.
Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan
tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh
metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir,
saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
No comments:
Post a Comment