Setelah terlupakan hampir dua tahun, aku mulai
berurusan lagi dengan metode pemurnian kromatografi kolom. Dulu aku sempet
nulis di blog ini sekilas tentang kromatografi kolom. Niatnya ngejelasin
tentang kromatografi kolom cepat, tapi belom kelar udah mager nulisnya. Buat
flashback, sila klik link di sini.
Sekedar cerita, saat ini aku sedang melakukan
penelitian untuk menyelesaikan tesisku. Topik penelitiannya sama, yaitu
sintesis senyawa organik bahan alam. Karena topiknya sama, jadi metode
penelitiannya juga sedikit banyak sama kaya waktu kuliah sebelumnya. Berhubung
judulnya adalah belajar kromatografi kolom cepat, jadi yang akan aku bahas cuma
seputar kromatografi kolom aja ya.
Di tulisanku yang sebelumnya, aku melakukan
kromatografi kolom untuk memisahkan hasil reaksi senyawa-senyawa organik. Nah, di
penelitianku kali ini, aku bakal melakukan hal yang sama, tapi ada tambahannya.
Di awal masa penelitianku ini, kromatografi kolom yang aku lakukan tujuannya
adalah untuk mengisolasi senyawa kurkumin. Isolasi? Apasih maksudnya?
(sumber: researchgate.com)
Kalian tau senyawa kurkumin kan? Kurkumin
adalah senyawa utama yang terkandung dalam tanaman kunyit dan temulawak.
Senyawa ini berwarna kuning, dikenal berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Jadi, munculnya jamu kunyit asam ini salah satunya karena
adanya si kurkumin dalam kunyit. Sayangnya, kurkumin dalam tanaman kunyit
memiliki 3 bentuk struktur yang berbeda. Bedanya ada di substituen metoksinya.
Senyawa yang punya dua gugus metoksi dan dua gugus hidroksi, namanya kurkumin.
Sedangkan dua yang lain namanya demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin.
Nah, di penelitian aku ini, yang dibutuhkan adalah senyawa kurkumin aja. Proses
pengambilan/pemurnian senyawa kurkumin dari demetoksi kurkumin dan
bis-demetoksi kurkumin ini namanya isolasi.
Sama seperti waktu itu, kalo kita mau melakukan
kromatografi kolom, yang harus kita siapkan tentunya adalah kolom yang terbuat
dari kaca, silika gel sebagai fasa diam, dan pelarut organik sebagai fasa
gerak. Kalau dulu aku pakai silika gel 60G, sekarang aku pakai silika gel 60.
Bedanya di mana? Kalo dari wujud atau fisiknya, silika gel 60G bener-bener kaya
tepung. Sementara silika gel 60 terlihat seolah-olah lebih kecil ukuran
partikelnya dan lebih mengkilat. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya,
silika gel 60G menurutku pemisahannya lebih bagus, tapi konsekuensinya turunnya
juga lebih lama. Satu menit cuma beberapa kali netes aja, ga sampe 10 kali
netes. Makanya harus sabar kalo pake silika gel 60G. Kebalikan dari itu, silika
gel 60 lebih cepet turunnya, udah kaya kran air aja kalo dipake.
Konsekuensinya, pemisahannya juga ga bagus-bagus amat.
Untuk pelarut organik yang digunakan, kali ini
aku pakai kloroform, N-heksana, dan metanol. Untuk penggunaannya, kalian harus
cek dulu pakai kromatografi lapis tipis sebelum menggunakannya di kromatografi
kolom. Kalau hasil KLT menunjukkan pemisahan yang baik, kemungkinan di
kromatografi kolom hasilnya juga baik. Asalkan, memenuhi aturan 1:30 s.d. 40
gram dan panjang kolom silikanya minimal 15 cm. Baiknya sih silika gel yang
digunakan memenuhi 2/3 bagian kolom kaca nya.
Ketika kalian sudah menyiapkan bahan dan alat
yang dibutuhkan, saatnya membuat kolom silika nya. Caranya :
1. Siapkan
gelas beaker
2. Masukkan
silika gel yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker
3. Buat fasa gerak atau eluen yang akan digunakan
4. Masukkan
eluen ke dalam gelas beaker yang telah berisi silika gel, aduk hingga
tercampur. Jangan biarkan silika gel mengendap dan berpisah dengan eluen
(bentuknya seperti bubur silika cair).
5. Tuang
bubur silika ke dalam kolom kaca sampai habis.
6. Jangan
maksa! Kalo pelarutnya udah abis, tapi silika gel nya masih ada, plis tambahin
aja lagi pelarutnya. Ketika menuang harus benar-benar-benar seperti menuang
cairan silika.
7. Jangan
lupa membuka kran kolom selama menuang bubur silikanya.
8. Selamat mencoba! hehehe
Setelah semua silika masuk ke dalam kolom kaca,
jangan buru-buru masukkin sampel ya teman-teman. Biarkan kolomnya memadat
terlebih dahulu. Waktu yang baik sih semalam katanya. Tapi itu juga tergantung
kolomnya. Kalau kolomnya kecil, mungkin setengah hari juga udah cukup. Selama
menunggu kolom siap, kita bisa menyiapkan sampel terlebih dahulu. Ada dua cara
memasukkan sampel ke dalam kolom. Yang pertama, dalam keadaan kering dan
terimpregnasi dengan silika gel, sementara itu yang kedua dalam keadaan cair
terlarut dalam pelarut organik. Waktu skripsi dulu aku pakai cara yang kedua,
karena saran dari dosen. Tapi sekarang aku lebih suka dengan cara pertama.
Gimana tuh kak cara yang pertama?
Caranya gampang! Ambil sampel kalian dan
campurkan dengan silika gel yang kalian gunakan. Mencampurkannya di mana? Bisa
pakai mortar dengan cara grinding biasa. Kalian harus bisa memastikan kalua
sampel kalian benar-benar telah tercampur dengan silika, dan dalam keadaan
kering sebelum dimasukkan dalam kolom. Kenapa sekarang lebih suka cara pertama?
Karena kalua pakai cara kedua, pelarut organik yang kita gunakan bisa jadi
mengganggu fasa gerak yang sudah kita atur sebelumnya. Terkadang sampel yang
telah dilarutkan ke pelarut organik, ketika dimasukkan dalam kolom, bisa
bereaksi dan malah membuat kolom kita cracking. Jangan lupa siapin botol vial
kecil atau tabung reaksi buat nampung hasilnya ya.
(kolom cracking karena pelarut bereaksi dengan eluen)
Hmmmm…. ternyata setelah menjelaskan panjang
lebar gini, belum ngejelasin tentang kromatografi kolom cepat-nya gais.
Berhubung masih banyak yang harus kujelaskan, mungkin next postingan lagi yaaaa
(pede aja dulu bakal ada yang baca hahahaha). Semoga penjelasan selanjutnya ga
sampe dua tahun lagi dipublishnya hehehe, semoga membantu ya gais!
kak kalau silika gel 60 H strukturnya spt apa? apakah bisa digunakan untuk kromatografi kolom juga?
ReplyDeleteBisa dooong, cuma nanti yang perlu dipikirkan adalah cocok apa engga sama sampelnya. Dicoba dikit dulu aja
Delete