Sunday, May 12, 2019

BELAJAR KROMATOGRAFI KOLOM CEPAT Part 2

Setelah terlupakan hampir dua tahun, aku mulai berurusan lagi dengan metode pemurnian kromatografi kolom. Dulu aku sempet nulis di blog ini sekilas tentang kromatografi kolom. Niatnya ngejelasin tentang kromatografi kolom cepat, tapi belom kelar udah mager nulisnya. Buat flashback, sila klik link di sini.


Sekedar cerita, saat ini aku sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan tesisku. Topik penelitiannya sama, yaitu sintesis senyawa organik bahan alam. Karena topiknya sama, jadi metode penelitiannya juga sedikit banyak sama kaya waktu kuliah sebelumnya. Berhubung judulnya adalah belajar kromatografi kolom cepat, jadi yang akan aku bahas cuma seputar kromatografi kolom aja ya.
Di tulisanku yang sebelumnya, aku melakukan kromatografi kolom untuk memisahkan hasil reaksi senyawa-senyawa organik. Nah, di penelitianku kali ini, aku bakal melakukan hal yang sama, tapi ada tambahannya. Di awal masa penelitianku ini, kromatografi kolom yang aku lakukan tujuannya adalah untuk mengisolasi senyawa kurkumin. Isolasi? Apasih maksudnya?

 (sumber: researchgate.com)

Kalian tau senyawa kurkumin kan? Kurkumin adalah senyawa utama yang terkandung dalam tanaman kunyit dan temulawak. Senyawa ini berwarna kuning, dikenal berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jadi, munculnya jamu kunyit asam ini salah satunya karena adanya si kurkumin dalam kunyit. Sayangnya, kurkumin dalam tanaman kunyit memiliki 3 bentuk struktur yang berbeda. Bedanya ada di substituen metoksinya. Senyawa yang punya dua gugus metoksi dan dua gugus hidroksi, namanya kurkumin. Sedangkan dua yang lain namanya demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin. Nah, di penelitian aku ini, yang dibutuhkan adalah senyawa kurkumin aja. Proses pengambilan/pemurnian senyawa kurkumin dari demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin ini namanya isolasi.


Sama seperti waktu itu, kalo kita mau melakukan kromatografi kolom, yang harus kita siapkan tentunya adalah kolom yang terbuat dari kaca, silika gel sebagai fasa diam, dan pelarut organik sebagai fasa gerak. Kalau dulu aku pakai silika gel 60G, sekarang aku pakai silika gel 60. Bedanya di mana? Kalo dari wujud atau fisiknya, silika gel 60G bener-bener kaya tepung. Sementara silika gel 60 terlihat seolah-olah lebih kecil ukuran partikelnya dan lebih mengkilat. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya, silika gel 60G menurutku pemisahannya lebih bagus, tapi konsekuensinya turunnya juga lebih lama. Satu menit cuma beberapa kali netes aja, ga sampe 10 kali netes. Makanya harus sabar kalo pake silika gel 60G. Kebalikan dari itu, silika gel 60 lebih cepet turunnya, udah kaya kran air aja kalo dipake. Konsekuensinya, pemisahannya juga ga bagus-bagus amat.


Untuk pelarut organik yang digunakan, kali ini aku pakai kloroform, N-heksana, dan metanol. Untuk penggunaannya, kalian harus cek dulu pakai kromatografi lapis tipis sebelum menggunakannya di kromatografi kolom. Kalau hasil KLT menunjukkan pemisahan yang baik, kemungkinan di kromatografi kolom hasilnya juga baik. Asalkan, memenuhi aturan 1:30 s.d. 40 gram dan panjang kolom silikanya minimal 15 cm. Baiknya sih silika gel yang digunakan memenuhi 2/3 bagian kolom kaca nya.
Ketika kalian sudah menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, saatnya membuat kolom silika nya. Caranya :
1. Siapkan gelas beaker
2. Masukkan silika gel yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker
3. Buat fasa gerak atau eluen yang akan digunakan
4. Masukkan eluen ke dalam gelas beaker yang telah berisi silika gel, aduk hingga tercampur. Jangan biarkan silika gel mengendap dan berpisah dengan eluen (bentuknya seperti bubur silika cair).
5. Tuang bubur silika ke dalam kolom kaca sampai habis.
6. Jangan maksa! Kalo pelarutnya udah abis, tapi silika gel nya masih ada, plis tambahin aja lagi pelarutnya. Ketika menuang harus benar-benar-benar seperti menuang cairan silika.
7. Jangan lupa membuka kran kolom selama menuang bubur silikanya.
8. Selamat mencoba! hehehe
Setelah semua silika masuk ke dalam kolom kaca, jangan buru-buru masukkin sampel ya teman-teman. Biarkan kolomnya memadat terlebih dahulu. Waktu yang baik sih semalam katanya. Tapi itu juga tergantung kolomnya. Kalau kolomnya kecil, mungkin setengah hari juga udah cukup. Selama menunggu kolom siap, kita bisa menyiapkan sampel terlebih dahulu. Ada dua cara memasukkan sampel ke dalam kolom. Yang pertama, dalam keadaan kering dan terimpregnasi dengan silika gel, sementara itu yang kedua dalam keadaan cair terlarut dalam pelarut organik. Waktu skripsi dulu aku pakai cara yang kedua, karena saran dari dosen. Tapi sekarang aku lebih suka dengan cara pertama.

Gimana tuh kak cara yang pertama?

Caranya gampang! Ambil sampel kalian dan campurkan dengan silika gel yang kalian gunakan. Mencampurkannya di mana? Bisa pakai mortar dengan cara grinding biasa. Kalian harus bisa memastikan kalua sampel kalian benar-benar telah tercampur dengan silika, dan dalam keadaan kering sebelum dimasukkan dalam kolom. Kenapa sekarang lebih suka cara pertama? Karena kalua pakai cara kedua, pelarut organik yang kita gunakan bisa jadi mengganggu fasa gerak yang sudah kita atur sebelumnya. Terkadang sampel yang telah dilarutkan ke pelarut organik, ketika dimasukkan dalam kolom, bisa bereaksi dan malah membuat kolom kita cracking. Jangan lupa siapin botol vial kecil atau tabung reaksi buat nampung hasilnya ya.

(kolom cracking karena pelarut bereaksi dengan eluen)

Hmmmm…. ternyata setelah menjelaskan panjang lebar gini, belum ngejelasin tentang kromatografi kolom cepat-nya gais. Berhubung masih banyak yang harus kujelaskan, mungkin next postingan lagi yaaaa (pede aja dulu bakal ada yang baca hahahaha). Semoga penjelasan selanjutnya ga sampe dua tahun lagi dipublishnya hehehe, semoga membantu ya gais!

2 comments:

  1. kak kalau silika gel 60 H strukturnya spt apa? apakah bisa digunakan untuk kromatografi kolom juga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa dooong, cuma nanti yang perlu dipikirkan adalah cocok apa engga sama sampelnya. Dicoba dikit dulu aja

      Delete