Bagi para wanita, khususnya yang punya
masalah dengan jerawat atau bekas jerawat, pasti tidak asing dengan niacinamide.
Bahan ini biasanya ditambahkan pada produk skin care dan digadang-gadang dapat
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan jerawat. Ternyata, niacinamide tidak
hanya berkaitan dengan jerawat saja, melainkan beberapa penyakit kulit lainnya.
Tulisan di bawah ini akan menjelaskan pengaruh niacinamide pada beberapa
penyakit kulit. Tulisan ini diterjemahkan dari Journal of Cosmetic and
Dermatology 13(4) halaman 324-328 dengan judul asli “A review of nicotinamide:
treatment of skin diseases and potential side effects”.
(a.) Nikotinamid/ niacinamid; (b.) Asam nikotinat |
Nikotinamid, juga dikenal sebagai niacinamid, adalah
bentuk amida dari vitamin B3. Senyawa ini adalah prekursor dari koenzim
esensial untuk berbagai reaksi dalam tubuh termasuk produksi adenosin trifosfat
(ATP). Asam nikotinat, juga dikenal sebagai niacin, diubah menjadi nikotinamid
di dalam tubuh. Penggunaan nikotinamid topikal dalam pengobatan jerawat
vulgaris; melasma; dermatitis atopik; rosacea; dan nikotinamid oral dalam
mencegah kanker kulit nonmelanoma telah dibahas dalam review ini. Kemungkinan
efek samping dan konsekuensi dari paparan nikotinamid yang berlebihan ditinjau,
termasuk saran bahwa nikotinamid mungkin memiliki peran dalam meningkatkan
resiko diabetes, penyakit Parkinson, dan kerusakan hati.
Pendahuluan
Nikotinamid (juga dikenal sebagai niacinamid) adalah
bentuk aktif vitamin B3 yang larut dalam air. Asam nikotinat (juga dikenal
sebagai niacin) diubah menjadi nikotinamid di dalam tubuh. Nikotinamid sangat
penting untuk koenzim NADH dan NADPH dan untuk lebih dari 200 reaksi enzimatik
dalam tubuh termasuk pembentukan ATP. Niacin dan nikotinamid dianggap identik
dalam peran mereka sebagai vitamin tetapi mereka memiliki efek farmakologis
yang berbeda. Tidak seperti nikotinamid, niacin menurunkan kolesterol,
menyebabkan vasodilatasi, kemerahan pada kulit, sakit kepala, dan hipotensi.
Daging, ikan, dan gandum merupakan sumber nikotinamid
yang besar, sedangkan sayuran lebih sedikit. Kekurangan niacin/ nikotinamid dapat
menyebabkan pellagra, yaitu penyakit yang berkaitan dengan dermatitis
fotosensitif, diare, dan demensia. Jaringan yang berbeda memiliki batas yang
berbeda untuk kekurangan vitamin B3, dan kulit menjadi jaringan yang sangat
rentan. Pellagra yang diinduksi isoniazid telah terbukti dapat disembuhkan
dengan aplikasi topical (lokal) nikotinamid dengan cara diserap melalui kulit karena
memiliki efek sistemik. Nikotinamid yang dioleskan secara topikal memperbaiki
banyak kondisi kulit dan telah terbukti mengurangi perkembangan kanker kulit
nonmelanoma ketika dikonsumsi secara oral.
Nikotinamid digolongkan sebagai aditif makanan, bukan
obat-obatan dan karenanya belum diuji secara ketat. Nicdotinamide memiliki
fungsi neuroprotektif dan antioksidan. Senyawa ini juga mengurangi pigmentasi,
keriput, imunosupresi yang diinduksi ultra-violet dan produksi sebum.
Topikal nikotinamid
Acne vulgaris (Jerawat)
Nikotinamid topikal telah terbukti bermanfaat dalam
pengobatan jerawat karena sifatnya yang sebo-supresif, anti-inflamasi, dan menyembuhkan.
50 orang Jepang yang diobati dengan 2% nikotinamid menunjukkan tingkat ekskresi
sebum yang menurun secara signifikan setelah 2 dan 4 minggu aplikasi. Pada 30 orang
dengan ras kaukasia, setelah 6 minggu pengobatan, casual sebum level (jumlah
lipid yang ada pada kesetimbangan ketika permukaan kulit tidak tersentuh selama
beberapa jam) berkurang secara signifikan, tetapi tingkat ekskresi sebum tidak.
Secara statistik, penurunan signifikan jumlah
pustula, komedo, dan papula ditemukan ketika 4% nikotinamid gel diaplikasikan
selama 8 minggu. Satu pasien dari 38 penderita pruritus (gatal) dan tiga
mengalami luka bakar ringan. Efek samping nikotinamid jauh lebih aman daripada
antibiotik dan nikotinamid tidak membuat patogen yang resisten terhadap
antibiotik. Peningkatan ini sebanding dengan pengobatan antibiotik topikal
dengan gel clindamycin. Sebuah uji coba double-blind terhadap 76 orang dengan
jerawat radang sedang, diobati dengan 4% gel nikotinamid atau 1% gel clindamycin,
memberikan hasil bahwa kedua perawatan tersebut menghasilkan penurunan gejala
jerawat yang serupa secara statistik selama periode percobaan 8 minggu. Sejumlah
82% dari mereka yang dirawat menunjukkan peningkatan. Nikotinamid juga
meningkatkan penyembuhan luka bila diberikan secara intravena dibandingkan
dengan plasebo.
Melasma (Kelainan pigmentasi, adanya bercak cokelat
pada wajah)
Sebuah penelitian double-blind terhadap 27 pasien
yang menggunakan 4% nikotinamid untuk setengah dari wajah mereka dan 4%
hidrokuinon untuk setengah lainnya selama 8 minggu menemukan bahwa kedua
perawatan meningkatkan melasma pada semua pasien. Ada pengurangan pigmentasi
yang baik hingga sangat baik pada 44% area yang diobati dengan nikotinamid
dibandingkan dengan 55% dengan hidrokuinon. Efek samping dari eritema, pruritus,
dan luka bakar lebih jarang dan lebih ringan dengan nikotinamid dibandingkan
dengan hidrokuinon (18% banding 29%). Nikotinamid mengurangi pigmentasi kulit
dengan menekan transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit.
Dermatitis atopik dan rosacea (Bercak atau benjolan
merah pada wajah)
2% nikotinamid topikal yang diaplikasikan dua kali
sehari untuk dermatitis atopik selama 4 dan 8 minggu secara signifikan
mengurangi kehilangan air dan meningkatkan hidrasi stratum korneum. Nikotinamid
mengarah pada peningkatan sintesis ceramide, asam lemak bebas, dan kolesterol
yang terkandung dalam ruang antar sel lapisan stratum corneum.
Metabolit nikotinamid, N-metil-nikotinamid, terbukti
memiliki sifat anti-inflamasi. Sebanyak 34 pasien dengan rosacea diobati dengan
gel yang mengandung 0,25% N-metil-nikotinamid selama 4 minggu dan ada
peningkatan baik sampai sedang pada 76% kasus. NADH (pengurangan bentuk
nikotinamid adenin dinukleotida) yang dioleskan efektif pada pasien dengan
rosacea dan dermatitis atopik. Sebagian besar pasien dengan rosacea menemukan bahwa
2 minggu aplikasi menurunkan eritema dan papula sebesar 50-75%. Nikotinamid
meningkatkan sintesis kolagen dan protein yang terlibat dalam pembentukan
keratin, filaggrin, dan involucrin dalam sel yang dikultur, sehingga
meningkatkan keseluruhan struktur, kelembaban, dan elastisitas kulit.
Kanker kulit nonmelanoma
Kanker kulit nonmelanoma dikaitkan dengan radiasi
ultraviolet (UV) yang merusak DNA dan secara sementara menekan fungsi perbaikan
kekebalan kulit. Penekanan kekebalan meningkatkan kecepatan penyebaran kanker
kulit, seperti yang terlihat pada pasien transplantasi organ pada imunosupresan
dosis tinggi. Pasien transplantasi imunosupresi juga memiliki kanker kulit yang
menunjukkan sifat agresif. SCCs (squamous cell carcinoma) dan AKs (actinic
keratosis) beresiko ganda pada mereka yang merokok karena penekanan kekebalan
kulit.
Radiasi UV menekan fungsi perbaikan kekebalan melalui
sejumlah mekanisme termasuk penurunan regulasi dari jalur komplemen, apoptosis,
dan metabolisme energi. Nikotinamid yang dioleskan tampaknya mengurangi efek
imunosupresif dari radiasi UV karena penurunan regulasi ini tidak terlihat pada
kulit yang diobati dengan nikotinamid.
Nikotinamid telah terbukti melindungi glikolisis dan
kadar ATP seluler dari penurunan signifikan yang biasanya disebabkan oleh stres
oksidatif pada fibroblast kulit manusia. Efek perlindungan nikotinamid pada
stres oksidatif tampaknya bekerja tergantung pada dosis.
Keratinosit yang diiradiasi dengan UVB dengan adanya
nikotinamid menunjukkan perbedaan ekspresi sitokin yang terlibat dalam
peradangan dan cedera jaringan. Ada penurunan regulasi yang signifikan dari
ekspresi banyak sitokin yang diproduksi oleh keratinosit (yaitu IL-6, IL-10,
MCP-1, dan TNF-α mRNA).
Referensi:
Farage, M.A., Miller, K.W., and Maibach, H.I. (2009). Textbook of Aging
Skin. USA: Springer.
Rolfe, H.M. (2014). A review of nicotinamide: treatment of skin diseases
and potential side effects. Journal of Cosmetic and Dermatology, 13(4): 324-328.
DOI: 10.1111/jocd.12119.
Baca juga : "Niacinamide dan Kesehatan Kulit (Part 2)"
No comments:
Post a Comment