Thursday, May 21, 2020

Peran Niacinamide pada Pengobatan Jerawat

Jerawat (sumber: freepik.com)

Jerawat adalah permasalahan yang cukup mengganggu bagi setiap orang, terutama perempuan karena perempuan identik dengan keindahan. Semua pasti setuju jika benjolan merah yang tak jarang bernanah di wajah tentu tidak bisa dikatakan suatu keindahan. Di kehidupan sehari-hari, kecantikan disebut relatif namun perempuan dengan kulit putih dan bersih, serta menarik dari segi penampilan biasanya lebih disukai oleh lawan jenisnya. Tak heran orang-orang berlomba untuk menjaga dan memperbaiki penampilan fisiknya agar masuk dalam kriteria “cantik” atau “menarik”. Tentu saja tidak semua orang seperti ini, tapi sebagian besar itulah yang terjadi. Buktinya, produk-produk skincare dan klinik kecantikan nyatanya tidak pernah sepi peminat.

Berbagai produk pencegah dan penyembuh jerawat dengan beragam bahan aktif pun menjamur di mana-mana sebagai konsekuensinya. Salah satu yang sedang banyak dibicarakan adalah produk dengan bahan aktif niacinamide. Menurut penelitian, bahan aktif ini dikatakan bisa mengobati jerawat bahkan menghilangkan bekas jerawat yang ada. Niacinamide juga dikatakan tidak hanya digunakan untuk mengatasi permasalahan jerawat, namun juga dikatakan memiliki efek pencerah kulit melalui mekanisme penghambatan transfer melanosome dari melanosit menjadi keratinosit. 

Apa itu Niacinamide?

Niacinamide alias Vitamin B3 (nicotinamide, nicotinic acid amide) adalah senyawa piridin dengan gugus amida di posisi 3. Niacinamide dikatakan juga sebagai bentuk aktif dari vitamin B3. Senyawa ini termasuk jenis vitamin larut dalam air yang tidak disimpan dalam tubuh. Sumber utama vitamin dalam makanan tersedia dalam bentuk nicotinamide, asam nikotinat, dan triptofan. Sumber utama niacin biasanya adalah daging, hati, sayuran berdaun hijau, gandum, oat, minyak inti sawit, kacang-kacangan, ragi, jamur, kacang-kacangan, susu, ikan, teh, dan kopi.

Niacinamide mempunyai sifat anti-inflamasi yang kuat tanpa risiko resistensi bakteri dan efek samping sistemik dan merupakan modal utama pengobatan jerawat. Niacinamide merupakan bentuk amida dari niacin. Kedua senyawa tersebut memberikan efek yang sama sebagai fungsi vitamin, namun dua senyawa tersebut tidak memberikan efek vasodilatori, hipolipidemik, dan gastrointestinal yang sama. Selain itu, niacinamide telah menunjukkan rendahnya efek samping dan toksisitas pada dosis oral hingga 3 g per hari selama pemakaian hingga 5 tahun. Niacinamide adalah prekursor untuk Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan turunan terfosforilasi NADP. NAD menyediakan substrat untuk inti enzim poly-DP-ribose polimerase (PARP-1), yang memperbaiki kerusakan dari tekanan genotoksik, seperti radiasi UV. Memiliki energi seluler yang memadai dan PARP-1 yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk sejumlah kondisi kulit, yang mana niacinamide dapat memiliki efek yang menguntungkan.

Niacinamide tampaknya memainkan sejumlah peran potensial dalam pengobatan jerawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2% niacinamide topikal menghasilkan penurunan yang signifikan dalam tingkat ekskresi sebum pada kelompok studi Jepang dan menurunkan kadar sebum kasual (sebum pada permukaan kulit) dalam kelompok studi Kaukasia selama 4 minggu. Selain itu, niacinamide topikal membantu melindungi skin barrier terhadap infeksi dan mungkin memiliki efek bakteriostatik pada P. acnes. Dengan demkian, niacinamide dapat mengurangi sekresi interleukin-8 in vitro, sebuah sitokin yang disekresikan oleh keratinosit sebagai respons terhadap patogen (termasuk P. acnes), sehingga memberikan efek anti-inflamasi melalui penghambatan leukosit kemotaksis. Efek anti-inflamasi tambahan dapat terjadi melalui penghambatan pelepasan enzim lisosom dan degranulasi sel. 

Dari penjelasan di atas, niacinamide terlihat seperti sebuah keajaiban dan produk yang menjanjikan bagi para orang-orang yang memiliki permasalahan jerawat. Namun perlu diketahui, dari penelitian yang telah dipublikasi ternyata sebagian besar pengguna produk yang dijadikan objek penelitian, tidak menggunakan niacinamide sebagai satu-satunya obat jerawat. Empat dari sepuluh penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa niacinamide dapat dijadikan obat jerawat alternatif dari clindamycin. Namun, dua dari delapan studi lain yang telah dilakukan menunjukkan bahwa niacinamide tidak memberikan efek pengurangan jerawat juga digunakan bersamaan dengan clindamycin. Karena itulah, niacinamide belum dapat dijadikan pilihan pengobatan standar mengingat pengaruh penggunaan niacinamide pada jerawat terutama untuk efek sampingnya, masih dikatakan belum jelas dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut. 

Referensi:
Bains, P., Kaur, M., Kaur, J., and Sharma, S. (2018). Nicotinamide: Mechanism of action and indications in dermatology. Indian Journal of Dermatology, Venerologi and Leprologi, 84(2) : 234-237. DOI: 10.4103/ijdvl.IJDVL_286_17
Walocko, F. M., Eber, A. E., Keri, J. E., AL-Harbi, M. A., & Nouri, K. (2017). The role of nicotinamide in acne treatment. Dermatologic Therapy, 30(5): e12481. DOI:10.1111/dth.12481

4 comments:

  1. sepertinya penanganan masalah jerawat ini makin kompleks ya, banyak banget bahan2 yg digunakan untuk merawat kulit berjerawat, hhh
    dulu wkt SMP aku juga pernah jerawatan parah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banyak banget, dan setiap kulit bisa menunjukkan respon yang berbeda terhadap suatu bahan. Alhamdulillah ya kalo sekarang udah engga, aku malah baru mulai jerawatan waktu kuliah :(

      Delete
  2. sepakat sih mbak kl skin care yg mengandung niacnamide berpengaruh merawat kulit wajah yang berjerawat, sm yg ada kandungan salicylic acid, di aku cocok buat ngurangin jerawat yg meradang, ehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama tea tree juga ya mba wkwkwk yang masih penasaran efeknya itu centella asiatica, baru mau nyobain ehehe

      Delete