Tuesday, May 5, 2020

Trip to Bali: Puri Ubud

Bali memang terkenal dengan tempat wisata alam, sejarah, dan budayanya yang banyak. Dari sekian banyak tempat wisata sejarah, aku dan teman-temanku berkesempatan untuk mengunjungi suatu tempat di daerah Ubud, yaitu Puri Saren Ubud. Tempat ini terletak persis di depan Pasar Seni Ubud. Kita berangkat dari penginapan di daerah Nusa Dua, melewati toll Bali Mandara dan Jalan By Pass Ngurah Rai. By the way, pemandangan di jalan tol itu cukup bagus, gak cuma satu dua orang yang kulihat sengaja turun dari kendaraannya cuma buat foto aja. Karena jauh dan macet (kebetulan Hari Sabtu), kita menghabiskan waktu lebih dari 2 jam demi sampe ke Ubud.
Puri Saren Ubud
Menurut cerita yang dirangkum dari beberapa sumber, nama Ubud berasal dari kata “Ubad” yang artinya obat. Hal ini berawal dari kedatangan Rsi Markandeya yang merupakan seorang tokoh hindu yang berasal dari India. Rsi Markandeya datang ke Bali pada abad ke-8 setelah bertapa di Gunung Dieng dan Rawung di Pulau Jawa serta mendapat pewisik atau wangsit untuk datang ke Bali. Di Bali, Rsi Markandeya sempat membangun beberapa pura, dan singgah di kawasan Campuhan Ubud karena beliau merasakan energi yang besar di sana.
Di kawasan Ubud, Rsi Markandeya mengenalkan banyak hal berkaitan dengan sistem pertanian seperti sistem pengairan, persawahan berundak (sistem terasering), sampai dengan sistem banjar, yaitu sistem organisasi kemasyarakatan yang mengurus urusan agama dan kegiatan adat istiadat di sana. Wilayah tersebut selanjutnya dikembangkan sebagai wilayah pertanian yang ditanami bahan-bahan untuk obat tradisional, oleh karena itu selanjutnya wilayah ini dikenal dengan nama Ubud = Ubad (Obat).

Cerita tentang Puri Saren Ubud ini sendiri dimulai dari runtuhnya Kerajaan Majapahit di abad ke-15 yang menyebabkan banyak bangsawan Jawa bermigrasi ke Bali. Bangsawan Jawa ini kemudian mendirikan Kerajaan Gelgel di Kabupaten Klungkung. Bangsawan Jawa inilah yang membawa sistem kasta di Bali. 

Hingga abad ke-17, semakin banyak kerajaan baru yang berdiri di Bali, tidak terkecuali Ubud. Seorang pangeran dari Kerajaan Gelgel kemudian dikirim ke Desa Sukawati untuk membangun sebuah istana dengan tujuan membawahi wilayah Gianyar. Istana yang dibangun pangeran Kerajaan Gelgel tersebut selanjutnya diberi nama Istana Sukawati.

Singkat cerita, ketika daerah Ubud terjadi konflik, Raja Sukawati mengirimkan prajurit dan saudara raja untuk mengamankan wilayah tersebut. Perkembangan selanjutnya setelah kedatangan bangsa Belanda dan terjadi banyak peperangan, Raja Sukawati menjadikan Ubud sebagai cabang dari Sukawati. Raja Ubud saat itu Tjokorde Gede Agung Sukawati (abad 20) pun merupakan adik dari Raja Sukawati (Tjokorde Gede Raka Sukawati). Raja Ubud tinggal di sebuah istana, nah tempat tinggal Raja Ubud inilah yang dikenal dengan nama Puri Saren Agung. Lama kelamaan Ubud berkembang menjadi sebuah tempat wisata. Ubud yang terkenal dengan pusat seninya, ternyata tidak luput dari peran Raja Sukawati yang merupakan seorang pecinta seni. 
Puri Saren Ubud
Karena banyak larangan di Puri ini, kita gak bisa ambil foto banyak-banyak. Ditambah suasana yang panas banget, kita akhirnya memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan di Pasar Seni Ubud. Di sana banyak dijual pakaian, tas, kerajinan khas Bali. Berhubung aku gak hobi belanja, pada akhirnya aku cuma nunggu temen-temen belanja sambil makan eskrim gelato sampe ubanan karena gak kelar-kelar ╥﹏╥
Pasar Seni Ubud
Sebenernya setelah dari Puri ini, kita pengen liat gimana sih suasana di Tegalalang, Ubud yang terkenal dengan sawah teraseringnya. Hmm walaupun di Jawa juga ada tapi kan pengen juga liat yang ada di Bali yakan? Sayangnya temen-temen kelamaan belanja, kelamaan nyari tempat sholat, dan makan, jadi gak keburu buat ke sana. Gak keburunya sih karena kita udah berencana nonton Tari Kecak di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (TB GWK). Jarak Ubud ke TB GWK itu cukup jauh, dan posisi kita ke Tegalalang juga lumayan, jadi akan benar-benar take times untuk mendapatkan keduanya.

Ohyaaa, di sana kita gak bayar tiket apapun, cuma bayar parkir aja yang jumlahnya entah berapa, tapi seingatku Rp 5000. Tempat parkirnya agak jauh dari Puri, jadi kita harus jalan kaki dulu buat sampe ke Puri-nya. Jadi begitu gais kisahku dan teman-temanku datang ke Puri Saren Ubud. Semoga membantu hehe...

2 comments:

  1. Ah, baca tulisan ini aku jadi kepengen jalan2 lagi ke Ubud. Beberapa tahun lalu aku ke sini bareng anak ketika mereka masih kecil. Kepengen sebenernya masuk ke istananya ya tapi kan memang ga diperbolehkan. Kangen pakai kainnya dan pose cantiknya juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku aja belum main ke banyak tempat waktu di sini, waktunya abis buat belanja temen-temen :(

      Delete