Thursday, September 22, 2011

A CASEERELLA STORY (PART 2)


Samantha berlari di koridor sekolah, berusaha mengejar Casseel yang berada di depannya. Merasa seperti dikejar seseorang, Casseel mempercepat langkah kakinya. Samantha yang merasa lelah karena mengejar Casseel pun akhirnya memilih berteriak memanggil nama Casseel dengan sisa-sisa tenaganya.
“C A S S E E L !!!” teriak Sam.
Casseel tetap tidak menoleh.  Dia hanya berhenti melangkahkan kakinya dan menebak-nebak siapa yang memanggilnya. Sam yang melihat Casseel berhenti pun langsung berlari mendekati Casseel.
“Kau memang pelari yang hebat Cassa, huh.” Sindir Sam.
“Oh ya? Padahal ibuku berkata aku ini tak cocok jadi pelari. Jawab Casseel dengan polosnya.
“Sudahlah…. Oh iya, apa kau mau tinggal di rumahku? Kau bisa tidur di kamar tamu.” Ajak Sam.
“Untuk apa? Kita kan sudah punya rumah sendiri-sendiri.”
“Rumahmu kan jauh. Bisa-bisa kau terlambat.”
“Ya mau bagaimana lagi? Kalau aku tinggal di rumahmu Lauren pasti akan semakin membenciku.”
“Hei, dia sudah berusia 15 tahun. Dulu memang dia membencimu. Tetapi itu karena dia masih kecil dan tak mengerti apa-apa.”
“Kau serius adikmu telah berubah?” Pertanyaan Casseel dijawab dengan anggukan oleh Sam.
“Baiklah. Aku akan meminta ijin pada ibuku nanti.”
Sebenarnya Casseel merasa ragu-ragu untuk tinggal di rumah Samantha. Masalahnya, adik Sam yang bernama Lauren, dulu sangat membenci Casseel. Entah apa sebabnya, yang jelas dulu Lauren pernah berkata bahwa Casseel terlalu cantik untuk jadi saudaranya. Sepertinya Lauren iri padanya. Oleh karena itu, Casseel berharap kata-kata Sam bisa dipercaya.
Setibanya di rumah, Casseel langsung meminta ijin pada ibunya untuk menginap di rumah Samantha sampai ia lulus dari Astamevia. Tanpa pikir panjang Mrs. Auguste pun mengijinkan anak semata wayangnya tinggal di rumah unclenya. Setelah mendapat ijin dari ibunya, Casseel pun langsung membereskan barang-barangnya, dan memasukkannya ke dalam koper.
Kini Casseel telah selesai membereskan barang-barangnya. Ia pun memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil Mrs. Auguste. Sebenarnya Casseel tidak ingin ibunya repot-repot mengantarnya. Tapi ibunya memaksa ingin mengantarkan Casseel sampai ke rumah uncle Joe. Akhirnya, Casseel pun  pasrah ketika Mrs. Auguste mengantarnya ke rumah uncle Joe.
Sesampainya di rumah uncle Joe, Mrs. Auguste langsung membuka pintu bagasi, membantu Casseel mengeluarkan barang-barangnya dan setelah itu langsung pulang kembali. Mrs. Auguste tidak ikut masuk ke rumah uncle Joe karena ia sedang buru-buru. Saat di perjalanan ia baru ingat bahwa hari ini ia sudah ada janji dengan teman kuliahnya dulu. Oleh karena itu Mrs. Auguste hanya melambaikan tangan pada keluarga uncle Joe yang baru saja keluar dari rumahnya karena menyadari kehadiran Mrs. Auguste dan Casseel.
Keluarga uncle Joe menyambut Casseel dengan baik, begitu pula Lauren. Nampaknya Lauren benarbenar telah berubah. Tatapannya tak lagi tajam setajam pisau. Empat tahun tak bertemu keluarga uncle Joe membuat Casseel merasa aneh tinggal bersama mereka.
“Hei Casseel….” Sapa Lauren sambil mengulurkan tangannya.
“Oh…. Hai Lauren.” Jawab Casseel, dan mereka berdua pun berjabat tangan.
“Menurutmu, bagaimana penampilanku sekarang?” Tanya Lauren.
“Kau ini aneh Lauren. Kau tidak perlu bertanya seperti itu padaku. Kau cantik.”
“Tapi aku tak lebih cantik darimu.”
“Siapa yang berkata seperti itu? Lauren, kau…”
“Aku yang berkata seperti itu, bodoh !” potong Lauren.
“Lauren, cantik itu tergantung bagimanaa setiap orang menilai kita.” Jawab Casseel santai.
“OK. Terserah apa katamu.” Lauren keluar dari kamar dengan membanting pintu lagi-lagi Lauren membuat Casseel tak nyaman dengannya. Tapi Casseel berusaha bersikap lebih dewasa dengan melupakan apa yang baru saja terjadi.
***
Tak terasa, seminggu cepat sekali berlalu. Itu berarti Casseel sudah tinggal di rumah Sam selama seminggu. Meskipun tinggal satu rumah dengan Sam, Casseel tidak pernah berangkat bersama Sam. Casseel merasa tidak enak pada keluarga uncle Joe. Ia merasa sudah banyak merepotkan. Jadi ia tidak mau membuat keluarga uncle Joe semakin kerepotan.
Uncle Joe sendiri merasa tidak enak membiarkan Casseel berangkat sendiri. Selama ini ia terpaksa membiarkan Casseel berangkat sendiri menggunakan bus karena Casseel yang memaksanya. Lama-lama uncle Joe semakin merasa tidak enak pada Casseel. Oleh karena itu, ia memutuskan mulai hari ini Casseel harus berangkat bersama Sam dan Lauren. Semula Casseel menolaknya. Tapi setelah uncle Joe meyakinkan Casseel bahwa ia sama sekali tidak kerepotan mengantar Casseel, Casseel pun bersedia berangkat bersama Sam dan Lauren.
Setibanya di sekolah….
“Hei Sam, Hei Casseel, sejak kapan kalian mulai berangkat bersama?” Tanya Anderson.
“Dasar orang aneh.” Kata Casseel tanpa menghiraukan pertanyaan Anderson. Sam yang mendengar perkataan Casseel pun menyenggol bahu Casseel. “OhmiGod, Sam.” Kata Casseel. Sam tidak merespon. Ia hanya melirik Casseel.
“Maafkan sepupuku ini Anderson.” Kata Sam.
“Sepupu?” Tanya Anderson. Keningnya berkerut.
“Ya, kau baru tau ya? Dan sejak seminggu yang lalu dia menginap di rumahku.” Jelas Sam.
Casseel hanya diam dan mendengarkan percakapan Samantha dengan Anderson. Ia sama sekali tak ingin mencampuri urusan mereka berdua. Bukan! sebenarnya bukan itu alasannya. Casseel hanya diam mematung karena tak ingin berurusan dengan Anderson yang, cukup, aneh –menurutnya-. Selesai mengobrol dengan Sam, Anderson langsung mencengkeram erat tangan Casseel dan menarik Casseel menuju ke bangkunya.   
“Duduklah sebangku denganku.” Pinta Anderson.
“Anderson, lepas tanganku! Apa yang kau inginkan sebenarnya? Dapatkah kau berhenti menggangguku?” Tanya Casseel.
“Apa kau benar-benar tak ingin berkawab denganku?” Andesron balik bertanya.
“Ya. Selama seminggu ini, setiap pagi, Kau selalu menyapaku. Sebenarnya itu hal wajar. Yang tak wajar adalah Kau selalu mengajakku bercanda dengan gurauanmu yang menurutku aneh. Maaf Aku tak bermaksud menyakiti hatimu.”
“OK. No Problem.” Seketika Anderson pergi meninggalkan Casseel. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti Casseel. Casseel tau Anderson tak bermaksud buruk. Tetapi entah kenapa Casseel tak suka dengan tipe pria seperti Anderson. Casseel merasa, dia belum kenal Anderson. Casseel takut kalau Anderson jatuh cinta padanya. Casseel merasa belum siap untuk sakit hati. Maka dari itu, sampai usianya 16 tahun seperti sekarang ini, dia masih ragu untuk membuka hatinya pada siapapun.
Casseel tak menyangka, perkataannya pada Anderson akan berkibat fatal. Tunggu dulu? Ini tak berakibat fatal. Aku harusnya senang. Anderson tak menggangguku lagi. Casseel bertanya-tanya dalam hatinya. Apa yang sedang terjadi? Kenapa sekarang setiap ia melamun yang teringat hanyalah Anderson, Anderson, dan Anderson. Apa mungkin?
***
Setiap hari Minggu Anderson selalu berlatih pacuan kuda bersama sahabat lamanya, Fredy. Dia telah mengenal Fredy sejak duduk di bangku SD. Mereka memang bukan teman satu sekolah sejak SMP. Tetapi mereka bisa menjaga persahabatan mereka sampai detik ini.
Disela-sela latihan, mereka tak jarang saling bertukar cerita. Masalah apapun selalu mereka pecahkan bersama. Persahabatan yang erat bukan berarti bebas dari masalah. Mereka pernah terlibat cinta segitiga bersama Valleri. Karena Anderson tak ingin masalah menjadi semakin rumit, Anderson merelakan Valleri menjadi milik Fredy. Setali tiga uang dengan Anderson, Fredy lebih memilih persahabatan mereka. Merasa dipermainkan, Valleri pergi dan menjadi kekasih James, sahabatnya. Sampai saat ini Valleri sepertinya masih berharap pada Anderson. Di sekolah, Valleri masih sering berkunjung ke kelas Anderson. Tetapi, seperti menggarami air laut, semuanya sia-sia. Anderson tak lagi tertarik padanya.
“Hei…” sapa Fredy.
“Ah Kau… mengagetkan saja.” Balas Anderson.
“Wow, gadis itu memang hebat. Seorang Anderson bisa dibuatnya jatuh hati.” Kata Fredy sambil menggoda.
“Hahaha… Tapi aku sedang menjauhinya.”
“Kenapa harus Kau jauhi?”
“Pertama, berteman saja dia tak mau.”
“Kau baru satu bulan kenal dengannya. Kau belum tau sifat aslinya bukan? Mungkin saja dia alergi dengan orang baru.”
“Kau yakin?”
“Sangat yakin.”
“Sempurna. Terimakasih Bung.” Kata Anderson dan disambut tawa oleh Fredy.
Beragam ide seketika muncul dalam benak Anderson. Sungguh, dalam hatinya yang paling dalam dia merasa sangat rindu pada sosok gadis bernama Casseel. Sudah dua minggu dia menjauhi Casseel. Anderson berharap, masih ada celah di hati Casseel untuk sekedar berteman dengannya.
Setelah selesai latihan, Fredy mengantarkan Anderson untuk membeli kado sebagai permintaan maaf. Anderson memesan sebuah kotak music, yang jika dibuka akan ada suara music dan ada tulisan Casseel di dalamnya. Anderson berharap Casseel tak langsung membanting kotak music ini. Paling tidak Casseel akan meletakkannya di dalam lemari agar tidak rusak.
***
“Hai Anderson… lama tak ngobrol denganmu.” Sapa Casseel tiba-tiba. Anderson yang melihat langsung kejadian tersebut merasa kaget dan tak bisa berkata apa-apa.
“Anderson? Hey, what’s going on?” Tanya Casseel bingung. “A N D E R S O N!!!” kesabaran Casseel mulai hilang.
“Hah? Iya?” jawab Andersoon dengan gugup.
“Haruskah Aku meminta maaf padamu atas apa yang terjadi selama ini?”
“Kau? Harusnya Aku yang meminta maaf padamu.”
“Tidak. Aku yang mengawali pertengkaran ini.”
“Casseel, Aku yang harus minta maaf.”
“Sudahlah, anggap saja semua masalah selesai.” Kata Casseel dengan bijak. Ia pun pergi meninggalkan Anderson tanpa berkata apa-apa. Dia hanya berharap Anderson memanggilnya dan mengajaknya bercanda. Akan tetapi, Anderson yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi malah duduk sambil tersipu malu.
Siang harinya, setelah semua kegiatan di Astamevia selesai, Anderson langsung menuju ke tempat parkir di mana mobil Ferrarinya beristirahat sepanjang pagi hari ini. Anderson mengambil sebuah kotak berwarna pink dengan pita berwarna merah dan langsung menuju ke pintu gerbang.
Di pintu gerbang, Nampak Casseel dan Samantha sedang bergurau sambil menunggu jemputan. Anderson tak mau kehilangan banyak waktu, oleh karena itu dia langusng berjalan ke arah Casseel dan berbicara kepadanya.
“Casseel, Aku tau semua masalah kita sudah selesai. Akan tetapi Aku merasa masih ada yang kurang. Tolong, terimalah kado ini sebagai tanda permintaan maafku.” Kata Anderson sambil menyerahkan kotak berwarna pink itu.
“OK. Aku harap kau tak bertingkah aneh lagi setelah ini.” Jawab Casseel dengan suara lantang.
“Sure. Akan kuusahakan. Oh iya, apa kalian bersedia ku antar?” tawar Anderson.
“Sam, lelaki ini menawarkan tumpangan menuju ke rumahmu. Apa Kau bersedia?” Tanya Casseel kepada Samantha.
“OK. Boleh juga. Rumahku ada di Oxford Street.” Jawab Samantha.
“Baiklah. Kalian tunggu di sini sebentar. Akan ku ambil mobilku.”
Setelah mengantarkan Samanthya dan Casseel, Anderson menelepon seseorang yang sepertinya penting. Mereka terlibat dalam percakapan yang cukup serius. Setelah Anderson menutup teleponnya, lima menit kemudian ada seorang lelaki dengan pakaian rapi dating menemui Anderson. Lelaki itu memperlihatkan tiga pucuk surat pada Anderson. Setelah itu Anderson pergi dan lelaki itu menyerahkan surat-surat tersebut pada Mrs Joe.

No comments:

Post a Comment