Monday, May 9, 2016

Perbedaan Cara Penyajian Tabel dalam Jurnal Penelitian

Bagi mahasiswa, udah nggak asing lagi bukan sama yang namanya jurnal? Ya, singkatnya jurnal merupakan tulisan hasil dari penelitian yang telah dipublikasikan. Jurnal merupakan kebutuhan tak terpisahkan bagi mahasiswa khususnya yang menyandang predikat sebagai mahasiswa tua atau mahasiswa tingkat akhir. Udah jangan baper, Belanda masih jauh gengs. Selama nafas masih berhembus kalian pasti akan tetap sarjana kok, yang penting semangat aja kejar-kejar dosennya hahahaha. Oke lanjut, jenis jurnal yang dipakai macem-macem. Ada jurnal Indonesia, jurnal internasional, pasti udah gak asing lagi kan sama elsevier? Kalo buat aku ada jurnal yang namanya American chemistry society.  
Di dalam jurnal, pasti sering kalian lihat yang namanya tabel. Tabel ini disajikan untuk data yang sederhana, jika data yang disajikan terlalu rumit maka dianjurkan untuk dibuat grafik. Kalo kalian perhatikan, tata cara penyajian tabel tidak semuanya sama. Kali ini aku pengen membandingkan dua jurnal, dari jurnal Indonesia dan jurnal internasional dari Elsevier. Semuanya udah aku masukin ke tabel, selamat menelaah :D

Sunday, May 1, 2016

Warung Wasabi Semarang


Pada era tahun 90-an masakan jepang tergolong masakan berkelas yang hanya dinikmati oleh kalangan atas saja. Masakan jepang hanya ada di restoran jepang ternama atau hotel-hotel berbintang, dan harganya pun cukup mahal. Akan tetapi lama-kelamaan mulai banyak muncul rumah makan atau restoran yang menyajikan masakan jepang baik di mall, restoran, ataupun yang memiliki gedung sendiri. Pada saat itu masyarakat mulai meninggalkan makanan cepat saji (junk food) karena kandungan dari bahan-bahan yang digunakan sangat membahayakan tubuh manusia.
Masakan jepang yang banyak digemari oleh masyarakat adalah jenis bento, shabu-shabu, serta yakiniku. Seiring dengan banyaknya restoran atau tempat makan yang menawarkan masakan jepang, sushi, sashimi, dan ramen kini juga menjadi pilihan utama penikmat masakan jepang.
Meskipun sudah banyak tempat makan yang menyajikan masakan jepang, kebanyakan penikmatnya adalah orang-orang yang sudah berpenghasilan atau dengan kata lain yang kondisi finansialnya tinggi. Mahasiswa dan pelajar cenderung lebih menyukai masakan cepat saji karena harganya yang relatif lebih murah. Padahal masakan jepang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan masakan cepat saji. Sayuran, daging, dan ikan yang disajikan dengan mengandalkan keaslian rasa dan kesegaran (freshness) adalah sumber gizi tinggi bagi penikmatnya.
Sayangnya kebanyakan masakan jepang masih menggunakan bahan-bahan yang tidak halal bagi umat muslim. Seperti sushi misalnya, terdiri atas beberapa komponen, yaitu sushi-meshi campuran japanese rice dan rice vinegar, ditambah gula, garam, terkadang ditambah kombu (sejenis rumput laut) dan sake. Ada juga tambahan nori, yakni produk olahan rumput laut. Variasi lainnya berupa neta, yaitu aneka seafood mentah, sayuran, dan daging mentah. Untuk bumbu-bumbu yang diramu bersama sushi, ada beberapa nama yang digunakan. Di antaranya, produk fermentasi kedelai (shoyu, soy sauce), wasabi, Japanese style mayonnaise yang mengandung rice vinegar, serta MSG. Bagian yang perlu dicermati adalah pemakaian mirin dan sake. Keduanya adalah minuman beralkohol khas Jepang. Sake dan mirin tergolong minuman keras (khamar) yang hukumnya jelas diharamkan penggunaannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, ibu Enday Nugroho memanfaatkan peluang tersebut untuk membuka sebuah warung masakan jepang dengan nama Warung Wasabi (Japanese fusion food). Warung Wasabi didirikan pada tahun 2013 oleh Ibu Enday dan suaminya. Wanita asal Solo yang sudah berpengalaman di bidang Public Relation hotel ini awalnya merasa bosan dengan rutinitasnya sehari-hari. Keinginannya untuk membuka usaha membuatnya mengambil keputusan untuk keluar dari pekerjaannya saat itu.
Berawal dari kecintaan terhadap masakan jepang serta melihat dua fenomena mahalnya masakan jepang dan mengenai kehalalannya yang diragukan, ibu Enday lantas mengemas Warung Wasabi agar dapat masuk ke kalangan pelajar dan mahasiswa. Ibu Enday juga mengganti mirin dan sake dengan bahan-bahan lain yang halal jadi masakan jepang di Warung Wasabi bisa dinikmati oleh semua kalangan. 

Pada saat pertama kali didirikan, Warung Wasabi berada di Jalan Hanoman, Krapyak, Semarang. Namun karena meja yang tersedia hanya empat, jelas tidak mencukupi untuk melayani semua pelanggan. Kondisi lingkungan sekitar Warung Wasabi Krapyak pada saat itu tidak memungkinkan untuk memperluas wilayah. Oleh karena itu Ibu Enday membuka Warung Wasabi baru di daerah Tembalang Semarang sebelum akhirnya membuka outlet baru di daerah Bulu dekat Tugu Muda. 
Warung Wasabi dibuka oleh ibu Enday dengan uang hasil tabungannya sendiri. Dalam mempersiapkan usahanya, ibu Enday juga berdiskusi dengan teman-temannya saat bekerja di hotel. Persiapan pertama yang dilakukan ibu Enday adalah penentuan segmen pasar Warung Wasabi, cara pemasaran, kemudian pencarian lokasi yang tepat untuk mendirikan Warung Wasabi, seberapa besar bangunan yang akan dibangun, sesuaikah dengan jumlah pelanggan yang akan datang setiap harinya. Untuk dekorasi ruangan, ibu Enday dan suaminya sendiri yang merancangnya.
Sejak pertama kali dibuka, ibu Enday melakukan promosi melalui media sosial seperti twitter, kemudian ketika instagram mulai banyak digunakan orang, ibu Enday juga melakukan promosi melalui instagram. Karyawan yang bekerja di Warung Wasabi adalah mahasiswa/ mahasiswi yang bekerja part time. Sementara untuk juru masaknya, Ibu Enday mengambil juru masak biasa kemudian mengajari sendiri cara memasak masakan jepang.
Untuk bahan masakan seperti ikan salmon, ibu Enday mengimpornya dari luar negeri. Namun selain menggunakan bahan-bahan impor, ibu Enday juga menggunakan bahan-bahan lokal dan ibu Enday memenuhi semua bahan masakan dengan mencari supplier bahan-bahan yang dibutuhkan.
Selama menjalankan usaha Warung Wasabi, ibu Enday mendapat banyak kendala mulai dari sumber daya manusia, bahan-bahan masakan, pasang surut pengunjung, dan sebagainya. Saat karyawannya keluar misalnya, ibu Enday harus mencari karyawan baru dan mengajari dari awal lagi baik cara memasak ataupun menyajikan masakan kepada pelanggan. Padahal untuk ahli membuat masakan jepang butuh waktu yang tidak sebentar.
Agar usahanya semakin maju, ibu Enday tak henti-hentinya melakukan promosi baik melalui media sosial maupun leaflet. Bentuk promosi lainnya dari ibu Enday adalah kerjasama dengan GO-JEK. Dengan menjadi merchant resmi GO-JEK, pelanggan Warung Wasabi cukup mengeluarkan uang Rp 5000,- untuk ongkos pesan antar. Hal ini tentu sangat disukai oleh pelanggan karena tarif normal pesan antar dengan GO-JEK adalah Rp 15000,-. Dan tak lupa ada free ice tea setiap hari jum'at.

xoxo Muti xoxo


Instagram : warungwasabismg
Jalan Tirto Agung 77A, Tembalang
Jalan MGR Soegiyopranoto 23, Bulu 

Daftar Pustaka

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/119955-T%2025391-Analisis%20kelayakan-Pendahuluan.pdf
http://iraones.blogspot.co.id/2011/01/contoh-proposal-usaha.html
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/01/24/mh3sfu-waspada-sushi-rentan-haram 

Sunday, April 24, 2016

WORKSHOP PAPER QUILLING

Helaw night all :3
Malem ini aku pengen share tentang workshop paper quilling yang aku ikutin tanggal 20 Maret 2016 kemaren. Ceritanya waktu itu ga sengaja nemu gambar pamflet di instagramnya @diy.id. Berhubung aku emang suka sama yang begituan tanpa pikir panjang langsung hubungin contact person yang ada di gambar deh hehehe.
Oiya sebelumnya ada yang belum tau tentang paper quilling? ciyus? macaci? huum? okeoke, sebenernya kalo disuruh mendefinisikan apa itu paper quilling aku rada bingung juga sih, tapi aku baik kok mau nyariin definisinya di blog lain wkwkwkwk. Menurut blog inipaper quilling adalah seni menggulung kertas, hasil gulungan tersebut dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang menawan. Di Indonesia sendiri paper quilling sudah cukup populer, tetapi belum sepenuhnya menyebar.
Gimana udah ngerti kan? Contoh hasil paper quilling udah banyak pake banget kalo kita mau cari-cari di internet. Sekarang aku cuma pengen penuh-penuhin gugel aja sih biar kece gitu. Aku sendiri udah tau tentang paper quilling ini sejak SMA. Kalo sekarang aku udah jadi mahasiswi tingkat tiga, paling engga udah 4 tahun lah. Dulu juga sempet coba buat sih, coba cek aja hasil scrapbook akuh di blog ini. Tapi cuma paper quilling ala kadarnya dan ga bener-bener ngeh gimana tekniknya, asal gulung-gulung kertas ga jelas gitu. 
Kayanya waktu itu aku juga udah jelasin gimana cara buat paper quilling, tapi karena judulnya scrapbook, jadi aku jelasinnya ga secara khusus alat dan bahan apa aja yang dibutuhin buat paper quilling ini. Langsung aja deh, alat bahan yang dibutuhin :

Sunday, April 3, 2016

SERAT NANOSELULOSA, SUMBER DAN BERBAGAI APLIKASINYA

Nanoteknologi adalah salah satu faktor paling penting dalam pertumbuhan ekonomi global dan kesejahteraan di abad ini serta menjadi keahlian baru dalam bidang material, alat, dan sistem yang akan menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi dan industri (Rezanezhad, Nazanezhad, & Asadpur, 2013) 
Salah satu industri nanomaterial yang paling unik adalah nanoselulosa. Nanoselulosa secara luas digunakan dalam pengobatan dan farmasi, elektronik, membran, bahan berpori, kertas, dan makanan karena ketersediaan, biokompatibilitas, penguraian hayati, dan keberlanjutannya (Rezanezhad et al., 2013). 
Selulosa merupakan polimer yang paling berlimpah di Bumi yang merupakan material terbarukan, dapat didegradasi alam, serta tidak beracun. Selulosa terdapat pada kayu, kapas, rami, Jerami, ampas tebu dan bahan nabati lainnya. Pemurnian selulosa dari serat tanaman melibatkan treatment kimia yang terdiri dari ekstraksi alkali dan pemutihan/ bleaching. (Dufresne, 2013 dan Liu, 2012).
 (Lin & Dufresne, 2014) 
Partikel Nanoselulosa pada dasarnya terdiri dari nanokristal selulosa, nanofibril selulosa, bakterial selulosa. Ada beberapa cara untuk membuat nanopartikel selulosa, antara lain homogenisasi, mikrofluidisasi, micro-grinding, cryocrushing, hidrolisis asam, oksidasi TEMPO ((2,2,6,6,-tetramethylpiperidin-1- yl)oxydanyl), atau kombinasinya (Beck-Candaneo et al dan Chen et al dalam Nanofibers, 2014). 
Cara lain untuk memperoleh nanopartikel selulosa dengan rendemen tinggi adalah dengan prosedur mekanik. Pretreatment mekanikal, kimiawi, dan enzimatik digunakan untuk memecah serat dengan tujuan mengurangi penggunaan energi (Lee, Hamid, & Zain, 2014). Isolasi nanoselulosa dimulai dengan pemutihan residu padat dengan NaOH, kemudian dicuci dengan air dan ditambahkan NaOCl2 untuk proses delignifikasi atau menghilangkan hemiselulosa, lignin, dan pektin. Prosedur berikutnya adalah defibrilasi selulosa menjadi nanoselulosa menggunakan sonifikasi (Microorganisms, 2013).
Banyak sekali sumber selulosa di alam. Berikut ini adalah beberapa contoh tanaman yang mengandung serat selulosa.
(Kopania & Wietecha, 2012)
Kayu dan tanaman adalah biokomposit hirarkis selular yang diproduksi oleh alam, dan pada dasarnya merupakan semikristal selulosa mikrofibril dengan matriks amorf yang terbuat dari hemiselulosa, lignin, lilin, ekstraktif dan traces elemen (Fengel dalam Dufresne, 2013) 
Sekam padi adalah kulit luar padi yang dianggap sampah. Sekam padi menyumbang 20-25% dari berat butir beras dan sekam padi dibuang selama penggilingan padi (Bhardwaj dalam Rezanezhad et al., 2013). Jerami padi terdiri dari 43.30% selulosa, 26,40% hemiselulosa, 16,29% lignin, abu 12,26% dan 2,18% lilin. Oleh karena itu, jerami padi berpotensi untuk digunakan sebagai nilai tambah bahan baku industri (Haghi, Mottaghitalab, & Farjad, 2012).
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat dari berbagai industri material dari tanaman terbarukan. Metode yang paling umum diusulkan untuk pengelolaan limbah biomassa hanya sebagai sumber energi terbarukan. (Kopania & Wietecha, 2012) 
Linter adalah hasil produk yang penting dari industri tekstil. Kapas linter adalah serat pendek yang tidak dapat digunakan dalam proses tekstil namun kapas linter merupakan sumber potensial dari kristal nanoselulosa, terutama dalam pembuatan nanokomposit hidrofilik (Paulo et al., 2013). 
Pada negara-negara tropis, nanas merupakan tanaman yang jumlahnya melimpah. Bagian daun tanaman nanas mengandung serat yang menunjukkan kekuatan spesifik tinggi dan kekakuan. Sifat mekanik unggul dari serat daun nanas berhubungan dengan kadar selulosanya yang tinggi dan sudut microfibrillar yang relatif rendah (14o ). Karena sifat unik yang ditunjukkan, serat daun nanas berpotensi digunakan sebagai penguat yang sangat baik dalam matriks komposit (Cherian, 2010). 
Limbah jeruk merupakan limbah pertanian yang menarik yang telah diproses untuk mendapatkan serat nano dari selulosa mikrokristalin dengan sifat yang meningkat dibandingkan dengan selulosa. Limbah jeruk mengandung sekitar selulosa 15,2%, hemiselulosa 18,2% dan pektin 24,6% dalam biomassa kering dan umumnya dimanfaatkan sebagai makanan suplemen untuk ternak. Dengan bantuan bakteri Xanthomonas axonopodis, limbah jeruk dapat digunakan sebagai sumber terbarukan material nanoselulosa (Mariño, Lopes, Durán, & Tasic, 2015). 
Hasil penelitian lain menunjukkan kulit Pomelo (Citrus grandis) adalah salah satu limbah yang kurang dimanfaatkan namun memiliki potensi dalam produksi bahan fungsional, karena kandungan serat yang tinggi. Pomelo albedo merupakan sumber besar untuk ekstraksi selulosa dibandingkan dengan jeruk jenis lain (Fazelin, Zain, Yusop, & Ahmad, 2014), 
Selulosa Pamelo dibuat melalui perlakuan alkali diikuti dengan proses pemutihan/ bleaching, sementara nanoselulosa dibuat dengan hidrolisis menggunakan asam sulfat. Data karakterisasi fisikokimia bahan selulosa ini menunjukkan tingkat kemurnian tinggi, kristalinitas rendah dan kapasitas waterholding tinggi. Temuan ini membuktikan bahwa pomelo albedo dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan selulosa dan nanocellulose yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi makanan dan industry (Fazelin et al., 2014). 
Ganggang hijau Cladophora juga dapat dijadikan sumber terbarukan bahan selulosa yang memiliki kristalinitas tinggi, memiliki sifat sangat bermanfaat yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi industri. Produk Cladophora selulosa jelas akan meningkatkan kesadaran tentang sifat unik dari bahan ini dan dapat mengurangi masalah lingkungan yang serius terkait dengan ganggang musiman (Mihranyan, 2010). 
Bakteri nanosellulose (BNC, juga disebut bakteri selulosa, BC) adalah sejenis polimer selulosa alami disintesis oleh beberapa mikroorganisme, misalnya, Acetobacter xylinum (sekarang menjadi Gluconacetobacter xylinus, milik Gram bakteri negatif) dan Kombucha (juga disebut "jamur teh hitam," yang terdiri dari jenis komunitas mikroba simbiotik terutama yang mengandung bakteri asam asetat dan khamir). Sifat mekanik BNC tube sebanding dengan nilai yang dilaporkan dalam literatur, yang menunjukkan potensi besar dalam implan vaskular atau pengganti fungsional dalam biomedis (Hong, Wei, & Chen, 2015). 
Di antara bakteri yang ada, salah satu jenis bakteri yang paling maju dari bakteri berwarna ungu adalah bakteri cuka, Acetobacter. Organisme non fotosintesis ini bisa menghasilkan glukosa, gula, gliserol atau substrat organik lainnya dan mengubahnya menjadi selulosa murni. Berbeda dengan selulosa dari pulp kayu, selulosa yang dihasilkan oleh strain Acetobacter tidak terkontaminasi polisakarida jenis lain dan isolasi serta pemurniannya relatif sederhana, tidak memerlukan energi atau proses kimia yang rumit (Keshk, 2014). 
Bakteri selulosa (BC) memiliki struktur kimia yang sama seperti selulosa tanaman, namun memiliki struktur jaringan nanofiber yang halus dan sifat yang unik, termasuk kristalinitas tinggi, kapasitas water-holding tinggi, kekuatan tarik, dan kemurnian tinggi serta fleksibilitas (Taokaew, Seetabhawang, Siripong, & Phisalaphong, 2013). 
Suplementasi gelatin dalam medium kultur selama biosintesis BC bisa memodifikasi morfologi dan sifat dari film tersebut. Gelatin telah dimasukkan ke dalam jaringan fibril selulosa dan mengisi pori-pori. Komposit atau film BCG (Bakteri selulosa gelatin) ini lebih padat daripada film BC. Film ini memperlihatkan urutan kristalin yang lebih rendah pada suplementasi dengan gelatin (Taokaew et al., 2013). 
Bakterial nanoselulosa dalam bentuk gel juga dapat diaplikasikan untuk masker wajah. Silk sericin (protein yang dihasilkan oleh ulat sutera) diadsorbsi ke dalam bakterial nanoselulosa gel agar memiliki aktifitas antioksidan, bioadhesif, dan bioaktif (Aramwit & Bang, 2014). 
Serat pulp kayu dapat digunakan sebagai penguat pada komposit biodegradable dan sebagai sumber sumber raw material untuk bioenergi dan pembuatan bahan kimia. Serat pulp kayu telah dimanfaatkan dalam pembuatan Microfibrilated Cellulose (MFC). MFC bukan nama lain dari serat nano, serat mikro, atau nanoselulosa yang lain, akan tetapi pembuatan MFC mengandung bahan utama yaitu nanofibril (Chinga-carrasco, 2011). 
Saat ini, permintaan bahan plastik meningkat cepat, terutama dalam aplikasi kemasan makanan. Kemasan digunakan untuk mempertahankan kualitas makanan tersebut. Akan tetapi bahan kemasan yang selama ini digunakan masih beresiko membahayakan kesehatan konsumen. Nanoselulosa dapat digunakan untuk memperkuat PVA/ Starch yang merupakan bahan kemasan yang selama ini digunakan. Nanokomposit ini diketahui memiliki kekuatan tarik sekitar 5,694 MPa dan perpanjangan saat putus adalah 481,85%. Selain sifat mekanik yang baik, nanokomposit ini memiliki ketahanan air dan biodegradasi yang baik (Lani, Ngadi, Johari, & Jusoh, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
Aramwit, P., & Bang, N. (2014). The characteristics of bacterial nanocellulose gel releasing silk sericin for facial treatment, 1–11.
Cherian, B. M. (2010). Isolation of nanocellulose from pineapple leaf fibres by steam explosion . Carbohyd Polym, (April 2016). http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2010.03.046
Chinga-carrasco, G. (2011). Cellulose fibres , nanofibrils and microfibrils : The morphological sequence of MFC components from a plant physiology and fibre technology point of view, 1–7.
Dufresne, A. (2013). Nanocellulose : a new ageless bionanomaterial. Materials Today, 16(6), 220–227. http://doi.org/10.1016/j.mattod.2013.06.004
Fazelin, N., Zain, M., Yusop, S. M., & Ahmad, I. (2014). Preparation and Characterization of Cellulose and Nanocellulose From Pomelo ( Citrus grandis ) Albedo, 5(1), 10–13. http://doi.org/10.4172/2155-9600.1000334
Haghi, K. A., Mottaghitalab, V., & Farjad, M. (2012). Preparation of Rice Straw Cellulose Nanofiber via Electrospinning, 12–14.
Hong, F., Wei, B., & Chen, L. (2015). Preliminary Study on Biosynthesis of Bacterial Nanocellulose Tubes in a Novel Double-Silicone-Tube Bioreactor for Potential Vascular Prosthesis, 2015.
Keshk, S. M. A. S. (2014). Bioprocessing & Biotechniques, 4(2). http://doi.org/10.4172/2155-9821.1000150
Kopania, E., & Wietecha, J. (2012). Studies on Isolation of Cellulose Fibres from Waste Plant Biomass, (96), 167–172.
Lani, N. S., Ngadi, N., Johari, A., & Jusoh, M. (2014). Isolation , Characterization , and Application of Nanocellulose from Oil Palm Empty Fruit Bunch Fiber as Nanocomposites, 2014.
Lee, H. V, Hamid, S. B. A., & Zain, S. K. (2014). Conversion of Lignocellulosic Biomass to Nanocellulose : Structure and Chemical Process, 2014.
Lin, N., & Dufresne, A. (2014). Nanocellulose in biomedicine : Current status and future prospect. EUROPEAN POLYMER JOURNAL, 59, 302–325. http://doi.org/10.1016/j.eurpolymj.2014.07.025
Liu, Y. (2012). Homogeneous isolation of nanocellulose from sugarcane bagasse by high pressure homogenization, (April 2016). http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2012.07.038
Mariño, M., Lopes, L., Durán, N., & Tasic, L. (2015). Enhanced Materials from Nature: Nanocellulose from Citrus Waste, (Ci), 5908–5923. http://doi.org/10.3390/molecules20045908
Microorganisms, I. (2013). Nanocellulose and Bioethanol Production from Orange Waste using Isolated Microorganisms, 24(9), 1537–1543.
Mihranyan, A. (2010). Cellulose from Cladophorales Green Algae : From Environmental Problem to High-Tech Composite Materials. http://doi.org/10.1002/app
Nanofibers, C. (2014). com High Yield Preparation Method of Thermally Stable Cellulose Nanofibers, 9(2011), 1986–1997.
Paulo, J., Morais, S., Freitas, M. De, De, M., Souza, M. De, Dias, L., … Ribeiro, A. (2013). Extraction and characterization of nanocellulose structures from raw cotton linter. Carbohydrate Polymers, 91(1), 229–235. http://doi.org/10.1016/j.carbpol.2012.08.010
Rezanezhad, S., Nazanezhad, N., & Asadpur, G. (2013). Isolation of Nanocellulose from Rice Waste via Ultrasonication, 2(Bharadwaj 2004), 282–291.
Taokaew, S., Seetabhawang, S., Siripong, P., & Phisalaphong, M. (2013). Biosynthesis and Characterization of Nanocellulose-Gelatin Films, 782–794. http://doi.org/10.3390/ma6030782

By: Mutiara Hapsari xoxo