Sunday, May 1, 2016

Warung Wasabi Semarang


Pada era tahun 90-an masakan jepang tergolong masakan berkelas yang hanya dinikmati oleh kalangan atas saja. Masakan jepang hanya ada di restoran jepang ternama atau hotel-hotel berbintang, dan harganya pun cukup mahal. Akan tetapi lama-kelamaan mulai banyak muncul rumah makan atau restoran yang menyajikan masakan jepang baik di mall, restoran, ataupun yang memiliki gedung sendiri. Pada saat itu masyarakat mulai meninggalkan makanan cepat saji (junk food) karena kandungan dari bahan-bahan yang digunakan sangat membahayakan tubuh manusia.
Masakan jepang yang banyak digemari oleh masyarakat adalah jenis bento, shabu-shabu, serta yakiniku. Seiring dengan banyaknya restoran atau tempat makan yang menawarkan masakan jepang, sushi, sashimi, dan ramen kini juga menjadi pilihan utama penikmat masakan jepang.
Meskipun sudah banyak tempat makan yang menyajikan masakan jepang, kebanyakan penikmatnya adalah orang-orang yang sudah berpenghasilan atau dengan kata lain yang kondisi finansialnya tinggi. Mahasiswa dan pelajar cenderung lebih menyukai masakan cepat saji karena harganya yang relatif lebih murah. Padahal masakan jepang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan masakan cepat saji. Sayuran, daging, dan ikan yang disajikan dengan mengandalkan keaslian rasa dan kesegaran (freshness) adalah sumber gizi tinggi bagi penikmatnya.
Sayangnya kebanyakan masakan jepang masih menggunakan bahan-bahan yang tidak halal bagi umat muslim. Seperti sushi misalnya, terdiri atas beberapa komponen, yaitu sushi-meshi campuran japanese rice dan rice vinegar, ditambah gula, garam, terkadang ditambah kombu (sejenis rumput laut) dan sake. Ada juga tambahan nori, yakni produk olahan rumput laut. Variasi lainnya berupa neta, yaitu aneka seafood mentah, sayuran, dan daging mentah. Untuk bumbu-bumbu yang diramu bersama sushi, ada beberapa nama yang digunakan. Di antaranya, produk fermentasi kedelai (shoyu, soy sauce), wasabi, Japanese style mayonnaise yang mengandung rice vinegar, serta MSG. Bagian yang perlu dicermati adalah pemakaian mirin dan sake. Keduanya adalah minuman beralkohol khas Jepang. Sake dan mirin tergolong minuman keras (khamar) yang hukumnya jelas diharamkan penggunaannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, ibu Enday Nugroho memanfaatkan peluang tersebut untuk membuka sebuah warung masakan jepang dengan nama Warung Wasabi (Japanese fusion food). Warung Wasabi didirikan pada tahun 2013 oleh Ibu Enday dan suaminya. Wanita asal Solo yang sudah berpengalaman di bidang Public Relation hotel ini awalnya merasa bosan dengan rutinitasnya sehari-hari. Keinginannya untuk membuka usaha membuatnya mengambil keputusan untuk keluar dari pekerjaannya saat itu.
Berawal dari kecintaan terhadap masakan jepang serta melihat dua fenomena mahalnya masakan jepang dan mengenai kehalalannya yang diragukan, ibu Enday lantas mengemas Warung Wasabi agar dapat masuk ke kalangan pelajar dan mahasiswa. Ibu Enday juga mengganti mirin dan sake dengan bahan-bahan lain yang halal jadi masakan jepang di Warung Wasabi bisa dinikmati oleh semua kalangan. 

Pada saat pertama kali didirikan, Warung Wasabi berada di Jalan Hanoman, Krapyak, Semarang. Namun karena meja yang tersedia hanya empat, jelas tidak mencukupi untuk melayani semua pelanggan. Kondisi lingkungan sekitar Warung Wasabi Krapyak pada saat itu tidak memungkinkan untuk memperluas wilayah. Oleh karena itu Ibu Enday membuka Warung Wasabi baru di daerah Tembalang Semarang sebelum akhirnya membuka outlet baru di daerah Bulu dekat Tugu Muda. 
Warung Wasabi dibuka oleh ibu Enday dengan uang hasil tabungannya sendiri. Dalam mempersiapkan usahanya, ibu Enday juga berdiskusi dengan teman-temannya saat bekerja di hotel. Persiapan pertama yang dilakukan ibu Enday adalah penentuan segmen pasar Warung Wasabi, cara pemasaran, kemudian pencarian lokasi yang tepat untuk mendirikan Warung Wasabi, seberapa besar bangunan yang akan dibangun, sesuaikah dengan jumlah pelanggan yang akan datang setiap harinya. Untuk dekorasi ruangan, ibu Enday dan suaminya sendiri yang merancangnya.
Sejak pertama kali dibuka, ibu Enday melakukan promosi melalui media sosial seperti twitter, kemudian ketika instagram mulai banyak digunakan orang, ibu Enday juga melakukan promosi melalui instagram. Karyawan yang bekerja di Warung Wasabi adalah mahasiswa/ mahasiswi yang bekerja part time. Sementara untuk juru masaknya, Ibu Enday mengambil juru masak biasa kemudian mengajari sendiri cara memasak masakan jepang.
Untuk bahan masakan seperti ikan salmon, ibu Enday mengimpornya dari luar negeri. Namun selain menggunakan bahan-bahan impor, ibu Enday juga menggunakan bahan-bahan lokal dan ibu Enday memenuhi semua bahan masakan dengan mencari supplier bahan-bahan yang dibutuhkan.
Selama menjalankan usaha Warung Wasabi, ibu Enday mendapat banyak kendala mulai dari sumber daya manusia, bahan-bahan masakan, pasang surut pengunjung, dan sebagainya. Saat karyawannya keluar misalnya, ibu Enday harus mencari karyawan baru dan mengajari dari awal lagi baik cara memasak ataupun menyajikan masakan kepada pelanggan. Padahal untuk ahli membuat masakan jepang butuh waktu yang tidak sebentar.
Agar usahanya semakin maju, ibu Enday tak henti-hentinya melakukan promosi baik melalui media sosial maupun leaflet. Bentuk promosi lainnya dari ibu Enday adalah kerjasama dengan GO-JEK. Dengan menjadi merchant resmi GO-JEK, pelanggan Warung Wasabi cukup mengeluarkan uang Rp 5000,- untuk ongkos pesan antar. Hal ini tentu sangat disukai oleh pelanggan karena tarif normal pesan antar dengan GO-JEK adalah Rp 15000,-. Dan tak lupa ada free ice tea setiap hari jum'at.

xoxo Muti xoxo


Instagram : warungwasabismg
Jalan Tirto Agung 77A, Tembalang
Jalan MGR Soegiyopranoto 23, Bulu 

Daftar Pustaka

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/119955-T%2025391-Analisis%20kelayakan-Pendahuluan.pdf
http://iraones.blogspot.co.id/2011/01/contoh-proposal-usaha.html
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/01/24/mh3sfu-waspada-sushi-rentan-haram