THE SECRET HABITS TO MASTER YOUR ART OF SPEAKING
(RAHASIA
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF)
Pengarang : Oh Su Hyang
Penerjemah : Asti Ningsih
Penerbit : Bhuana Ilmu
Populer
Tahun terbit : 2018 (Cetakan
ketiga belas, Januari 2020)
Tebal buku : 238 halaman
Harga buku : Rp 67.000 (P.
Jawa)
TAHUKAH
ANDA BAHWA BERBICARA ITU ADA SENINYA?
Ketika
Komunikasi menjadi hal yang penting untuk bersaing, pakar komunikasi Oh Su
Hyang mengeluarkan buku yang sangat berarti. Selain berisi tentang pengalaman
pengembangan diri, buku ini juga membahas tentang teknik komunikasi, persuasi,
dan negoisasi.
Lalu
bagaimana cara berbicara yang baik? Apakah berbicara dengan artikulasi yang
jelas? Atau berbicara tanpa mengambil napas? Tidak! Sebuah ucapan yang bisa
disebut baik adalah yang bisa menggetarkan hati. Ucapan seorang juara memiliki
daya tarik tersendiri. Ucapan pemandu acara memiliki kemampuan untuk
menghidupkan suasana. Anda harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri Anda
kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara dengan mahir
akan menjadi lebih maju daripada yang lainnya. Untuk mencapai tujuan
komunikasi, persuasi, dan negoisasi, Anda harus mengetahui metode komunikasi
yang efisien.
Buku
ini dijabarkan agar dapat dimengerti oleh siapa saja. Anda dapat belajar dari
banyak pengalaman orang-orang terkenal dan juga mengenai rahasia inti
komunikasi. Jika Anda membacanya dengan runut, saya yakin rasa percaya diri
Anda untuk berbicara pun akan tumbuh dengan sendirinya.
Setelah
beberapa waktu terakhir hanya berkutat dengan buku-buku kuliah, akhirnya aku
membaca buku dengan topik yang agak jauh berbeda. Tidak ada niat awal untuk
membeli buku ini karena awalnya hanya ingin membeli buku psikotes di Gramedia.
Ketika sedang melihat buku-buku, tiba-tiba terlihat susunan buku di bagian
“Best Seller”, dan salah satu buku yang nampak di rak tersebut adalah buku ini.
Ketertarikan di latar belakangi
oleh kegelisahan yang masih menggelora dari dalam jiwa. Akhir-akhir ini memang
aku banyak introspeksi diri, mengoreksi kesalahan-kesalahan apa yang sudah
kulakukan selama ini. Mempertimbangkan kira-kira mana yang harus diubah mana
yang tidak masalah jika dibiarkan. Bagi kalian yang sudah melalui masa-masa quarter life crisis mungkin akan paham
apa yang ku maksud. Usia 20an menjelang 25 adalah usia-usia rawan galau.
Penyebabnya bisa bermacam-macam. Intinya semua berkaitan dengan tujuan hidup
kita di masa mendatang.
A
long story short, aku merasa aku adalah seorang extrovert yang suka sekali bercerita. Aku senang mengobrol dengan
banyak orang, senang bertemu dan bertukar pikiran bahkan dengan orang yang baru
kukenal. Tidak jarang aku mengobrol dengan abang/ ibu grab yang sedang
kutumpangi. Bercerita tentang pengalaman ibu grab tinggal di Perancis, Itali,
Swiss, belajar bahasa Jerman dan Perancis, serta pengalamannya tinggal di Jawa,
tempat tinggal asalnya yang tak pernah dihuni lagi olehnya.
Aku sering meminta pendapat orang
lain walaupun pada akhirnya aku merasa pendapatku lah yang paling benar. Bisa
dikatakan pula aku sering berdebat dengan keluarga dan teman-temanku.
Sayangnya, meskipun tidak ada maksud buruk apapun, orang-orang sering salah
paham denganku. Kalimat-kalimat yang terlontar dari mulutku sering dianggap
sengaja menyinggung orang lain. Cuma teman-teman dekatku saja yang mengerti bahwa
tidak ada maksud buruk apapun ketika aku berbicara.
Dua tahun terakhir adalah masa-masa
di mana aku merasa ada yang harus kuubah dari cara bicaraku. Banyak kejadian
atau permasalahan yang membuatku berpikir ulang, bahwa meskipun aku masih punya
banyak teman, hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mempertahankan
kebiasaan burukku. Aku banyak mempertimbangkan saran dan pendapat orang-orang
di sekitarku tentang apa yang harus aku lakukan dengan cara bicaraku. Sempat
pula memasuki satu fase di mana aku merasa bahwa aku adalah orang yang jahat,
yang tidak layak memiliki banyak teman, sampai pada tahapan merasa butuh
bercerita pada seorang psikolog.
Tentu saja ide untuk datang ke
psikolog ditolak mentah-mentah oleh teman-temanku. Katanya cara berbicaraku tidak
separah itu. Mereka berkata, mungkin ini efek permasalahan yang sedang
kuhadapi, jadi aku melebih-lebihkan segalanya. Well, memang permasalahanku pada saat itu rasanya cukup berat. Aku tidak
pernah menduga akan mengalaminya meskipun aku berkali-kali melihat orang
mengalami musibah yang sama bahkan tak jarang jauh lebih parah. Saat itu aku
mencoba berdamai dengan keadaan, memperbanyak ibadah dan memperkuat imanku,
hingga aku merasa aku benar-benar baik-baik saja.
Wah aku tidak menyangka kalimatku
sudah panjang sekali hehehe. Ceritanya aku sedang menerapkan konsep storytelling sebelum aku memberikan gambaran
tentang buku dari Oh Su Hyang ini. Oh Su Hyang merupakan dosen dan pakar
komunikasi yang terkenal di Korea Selatan. Dalam buku ini, Oh Su Hyang
menceritakan bahwa storytelling
merupakan cara untuk memperkenalkan diri yang sangat efektif, bukan hanya untuk
wawancara, tapi juga untuk pertemuan bisnis ataupun pribadi.
Mungkin sebagian dari kalian yang
membaca kalimat di atas masih kurang paham dengan tujuan dari penulisan buku
ini. Jika dilihat dari rangkuman yang berada pada bagian belakang buku,
terdapat beberapa paragraf yang dapat diambil 3 kata kuncinya, yaitu “Komunikasi”, “Berbicara”, dan “Kehidupan
Sosial”. Aku yakin kalian semua pasti sudah tau kalau manusia adalah
makhluk sosial yang menjadikan komunikasi sebagai kebutuhan fundamentalnya.
Tanpa komunikasi, tidak akan terbentuk suatu kehidupan bermasyarakat di dunia
ini.
Ketika manusia saling
berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan untuk
menyampaikan ide atau pikirannya pada orang lain. Bicara adalah bahasa lisan yang paling sederhana, efektif dan
sering digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Agar komunikasi dapat
berjalan lancar dan tidak terjadi kesalah pahaman, diperlukan suatu teknik
berbicara yang baik. Dalam prolog telah dituliskan bahwa buku ini ditulis untuk
mereka yang berupaya untuk memperbaiki kemampuan bicaranya dan percaya bahwa kehidupannya
dapat berubah dengan mengubah cara bicara.
Buku ini terdiri dari 5 BAB yang
terdiri atas pembahasan dari mana datangnya kesan pertama, mengungkapkan
diri lewat storytelling, penyebab takut bicara, empat mantra meningkatkan rasa
percaya diri, negoisasi untuk memperoleh keinginan, empat teknik mendengarkan,
sepuluh aturan komunikasi, hingga tiga cara mengolah suara, dibahas tuntas
dalam buku ini. Tak lupa, Oh Su Hyang juga menambahkan cerita dari tokoh-tokoh
penting untuk memberikan contoh yang nyata.
Banyak sekali tips-tips bermanfaat
yang tidak mungkin kutuliskan semuanya di sini. Sepuluh Aturan Komunikasi berikut mungkin bisa jadi catatan untuk
diri kita sendiri.
1.
Jangan bergunjing karena gunjingan sangatlah
buruk.
2.
Sedikit berbicara dan perbanyak mendengar.
3. Jangan menggebu-gebu ketika berbicara, karena
semakin tinggi intonasi suara, makna dari ucapan kita bisa jadi berubah.
4.
Ucapkan kata yang menenangkan hati, bukan hanya
enak didengar.
5.
Ucapkan kata yang ingin didengar lawan bicara
bukan yang ingin kalian bicarakan.
6.
Sering-seringlah memuji dan tutuplah aib orang
lain.
7.
Bicarakan hal-hal yang menyenangkan, bukan yang
menyebalkan.
8.
Jangan hanya bicara dengan lidah namun juga
dengan mata dan ekspresi.
9.
Tiga puluh detik di bibir = tiga puluh tahun di
hati.
10.
Jangan berbicara sembarangan dan bertanggung
jawablah terhadap apa yang telah kalian katakan.
Kelebihan buku ini, jelas sudah kukatakan dari awal. Buku ini mengajak
kita untuk belajar cara berbicara yang baik dan benar, agar komunikasi yang
kita lakukan berjalan dengan baik. Penulis memberikan contoh kisah-kisah tokoh
terkenal agar kita dapat lebih memahami materinya. Semua permasalahan dalam hal
berbicara benar-benar dikupas tuntas. Sementara itu, untuk Kekurangan buku ini, menurutku hampir bisa dikatakan tidak ada. Hanya
saja, ketika aku membaca buku ini, aku kurang bisa membayangkan seperti apa
tokoh yang sedang dideskripsikan oleh penulis, terutama jika tokoh-tokoh yang
disebutkan berasal dari Korea Selatan. Mungkin karena pengetahuan umumku kurang
luas jadi seperti ini. Selain itu, terkadang bahasa yang digunakan agak kurang pas.
Hmm bagaimana menjelaskannya… Menurutku, karena buku ini adalah buku
terjemahan, jadi untuk buku-buku terjemahan memang biasanya ada kalimat-kalimat
yang terdengar kurang pas.
Secara keseluruhan, aku
merekomendasikan kalian untuk membaca buku pengembangan diri ini agar kemampuan
berbicara kalian bertambah. Akan ada banyak keuntungan yang diperoleh jika
setelah membaca, kalian mengaplikasikan teori dan penjelasan dari Oh Su Hyang
ke dalam kehidupan kalian sehari-hari. Buku ini juga masih bisa dijangkau bahkan
untuk mahasiswa yang belum memiliki pekerjaan hehe. Terakhir, selamat membaca!
No comments:
Post a Comment