Sunday, June 12, 2011

ELECTROLYT AND NON-ELECTROLYT SOLUTION

Purpose :
To test the electrical conductivity of a solution

Tools and Materials :

1. Well water

2. Alcohol / Ethanol

3. Orange water / Citrate acid

4. Air belimbing / Vitamin C Ascorbic acid

5. Detergen solution / Phosphate acid

6. NaCl solution

7. Sugar solution

8. Battery

9. Wire

10. Dioda LED / Small lamp

11. Small box

12. Zinc

13. Lakban

14. Scissors

15. Cutter

Steps of work :

1. Prepare those tools and materials.

2. Arrange the battery, wire, small lamp, zinc, and small box so that it can be used as electrical conduvtivity tester. (Look at the picture below !)


3. Test the solution which has been prepared by putting the end of wire into the solution.

4. Observe what will happened with the end of wire and the lamp.

5. Note your observation results, make the analysis and conclude the observation result.

Data Analysis :

1. Well water - None- lamp is Off- There’s a bubble- Weak electrolyt

2. Alcohol -C2H5OH - lamp is Off -There,s no bubble -Non electrolyt

3. Orange water- C6H8O7 - lamp is On -There’s a bubble -Strong electrolyt

4. Belimbing water -None -lamp is On -There’s a bubble -Strong electrolyt

5. Detergen -H3PO4 -lamp is Off- There’s a bubble -Weak electrolyt

6. Table salt -NaCl -lamp is On -There’s a bubble- Strong electrolyt

7. Sugar- C12H22O11-lamp is Off- There’s no bubble- Non electrolyt

Conclusion :

After we did the observation, we know that orange water, belimbing water, and table salt are strong electrolyt solution because when we put the end of wire into the solution there are many gas bubbles near the end of wire and the lamp could be on. Meanwhile, well water and detergen classified as weak electrolyt solution because when we put the end of wire into the solution, the lamp didn’t turn on, but there are many gas bubbles near the end of wire. While alcohol and sugar solution classified as non-electrolyt solution because when we put the end of wire into the solution the lamp didn’t turn on and there isn’t gas bubbles near the end of wire.

I LOVE INDONESIA (PART 1)

            Hari ini adalah hari pertama Elina  bersekolah di Beverly Hills International School, Jakarta. Elina adalah siswi yang cerdas tapi berkelakuan buruk. Dia sangat fashionable, cantik, dan seksi. Kulitnya putih dan tubuhnya sangat proporsional. Sebelum tinggal di Jakarta, dia tinggal di Singapura. Dia memiliki orang tua yang berbeda kewarganegaraan. Ibunya adalah orang asli Indonesia, sedangkan ayahnya orang asli Singapura.
            Saat Elina berjalan di koridor sekolah, tiba-tiba ada seorang siswi yang tidak sengaja menabraknya. Elina sangat marah karena dia merasa tidak dihargai oleh siswi tersebut. Meskipun siswi tersebut sudah meminta maaf kepadanya, Elina tetap tidak mau memaafkan siswi tersebut. Elina akan selalu mengingat siapa saja orang yang pernah berurusan dengannya. Apalagi siswi yang menabraknya itu memiliki wajah khas yang berbeda dari siswi lainnya. Siswi tersebut adalah siswi keturunan asli Indonesia yang memiliki kulit sawo matang, sama seperti ibunya. Sejak saat itulah, Elina mulai membenci siswa keturunan asli Indonesia.
            “ Shit !!! Where’s your eyes ? ” teriak Elina.
            “ Oh, I’m sorry. I’m very busy. How do you feel ? ”
            “ OMG. You’re stupid !!! very stupid girl. Leave me alone !!! “
            Saat memasuki kelas, Elina sangat senang karena ia merasa semua temannya menyambutnya dengan baik. Hanya saja dia melihat  ada dua siswa Indonesia di kelasnya. Dan, salah satu dari kedua siswa Indonesia itu adalah siswi yang menabrak Elina tadi. Wajah Elina seketika berubah menjadi marah. Meskipun begitu, ia tetap berusaha memperkenalkan diri dengan baik agar tidak dibenci oleh teman-temannya yang lain.
            “ Hey girls, my name’s Elina Woods. You can call me Elina. ”
            “ Dapatkah kamu berbahasa Indonesia ? “ Tanya Annalice.
            “ What ? Pardon ? I don’t know. “
            “ Can you speak Indonesian ? “
            “ No, I can’t. Why must Indonesian ? “
            “ Because we’re in Indonesia. So, we must speak with Indonesian, too. ”
            “ It’s not important for me. “
            Tiba-tiba ibu guru datang menghampiri Elina dan memberikan nasehat kepada Elina.
            “ Miss Woods, I know you’re not Indonesian.But, you’re in Indonesia. So, it’s time for you to learn Indonesia. Next time, you can speak English. But, Monday is time to speak Indonesian. “
            “ I’m sorry Mom, I prefer speaking English to Indonesian. “
            “ But, You MUST do that ! “
            “ Mom, I’m a new student, and I think I musn’t speak Indonesian.”
            “ OK. You musn’t speak Indonesian fluently. But you must try to speak Indonesian. I think your mother can help you Miss Woods.”
            “ OMG, I don’t like this school.”
            “ Miss Woods, please go out, NOW !!!”

***
            Sudah tiga bulan Elina bersekolah di Beverly Hills. Sudah banyak pula kejadian buruk yang menimpanya. Sampai sekarang pun Elina belum memiliki sahabat dekat seperti yang dulu ia kenal di Singapura. Satu-satunya orang yang mau bersahabat dengannya adalah Siska, siswi yang pernah menabraknya dulu. Meskipun begitu, Elina tetap membenci Siska, dan siswi asli Indonesia lainnya. Menurutnya semua siswa Indonesia itu menyebalkan, mereka jorok, malas, tidak gigih, dan selalu bersifat konsumerisme. Guru-guru juga banyak yang membencinya. Dan sedikitnya ia telah mendapat hukuman sebanyak 20 kali.
            Orang tua Elina merasa bahwa anaknya tidak cocok bersekolah di sana. Akhirnya orang tua Elina memutuskan untuk memindahkan Elina ke SMA 13 Jakarta, sebuah sekolah di mana Elina akan menemui beratus-ratus siswa asli Indonesia. Orang tua Elina menginginkan agar anaknya dapat bergaul dengan siswa Indonesia. Kali ini dia hanya bisa pasrah. Hal itu terjadi karena dia sendiri merasa tidak betah bersekolah di Beverly Hills. Elina memang belum lancar berbahasa Indonesia. Tetapi setidaknya lebih baik daripada saat pertama kali ia bersekolah di Indonesia.
            ” Mami, Are you sure ?” tanya Elina.
            “ Yakin apa sayang ?” jawab ibunya.
            “ Aku nggak bisa belajar di SMA 13 itu mami.”
            ” Try Elina. Mami yakin kamu bisa.”
            ” Mom, aku takut semua siswa di SMA itu membenciku.”
            ” Mana anak mami yang katanya pemberani ? Ayolah coba saja dulu.”
            ” OK. I wanna try. But if the situation as same as with Beverly Hills, Aku lebih baik bersekolah di Beverly Hills.”
            Keesokan harinya, Elina berangkat ke SMA 13 Jakarta diantar oleh ayah dan adiknya, Jonathan. Jantung Elina berdetak begitu cepat secepat mobil balap Ferari milik Michael Sumacher. Elina merasa nervous. Dia bingung seperti apakah makhluk-makhluk yang akan dia temui dan bagaimanakah dia menghadapi makhluk-makhluk di sekolah tersebut.
            “ Bu, ini Elina putri saya. Saya harap ibu bisa mengerti keadaan Elina saat ini. Dia belum lancar berbahasa Indonesia, dan dia juga mudah tersinggung.” Kata Sang ayah.
            “ Iya pak. Saya bisa memaklumi hal itu. Ayo Elina, kita ke kelas barumu.” jawab ibu guru.
            “ Lalu, saya harus memanggil anda dengaaannn....” tanya Elina.
            “ Ibu. Kamu harus memanggil guru di sekolah ini dengan bapak dan ibu guru.” Jawab Ibu guru sambil berjalan menuju kelas Elina.
            “ Oh iya bu. Nama Ibu siapa ?” tanya Elina.
            “ Eni. Panggil saja saya Ibu Eni.”
            ” Oh, OK. I see.”
            Setelah sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan ”KELAS X-2”, Bu Eni langsung menggandeng tangan Elina agar dia tidak merasa nervous dengan teman-teman barunya.
            ”Anak-anak, hari ini ada berita baik buat kalian. Kalian akan mendapat teman baru yang cantik sekali. Kalian pasti senang.” kata Bu Eni kepada siswa-siswi.
            ”Teman-teman, nama saya Elina Woods. Saya tinggal di Jakarta Pusat. Sebelumnya saya berasal dari Beverly Hills International School.” Kata Elina dengan gayanya yang khas yaitu menggerakkan tangannya layaknya seorang guru.
            ” Oke Elina. Sekarang kamu bisa duduk di sebelah Bella.” Kata Bu Eni.
            Setelah Elina duduk di samping Bella, dan Bu Eni sudah meninggalkan ruang kelas, semua penghuni kelas itu berhamburan menghampiri bangku Bella. Apalagi tujuannya kalau bukan berkenalan dengan Elina. Melihat situasi seperti itu, ada sekelompok siswa yang merasa kepopuleran mereka akan terganti seiring dengan kehadiran Elina. Sekelompok siswa itu kemudian menghampiri Elina dan membentak-bentak Elina.
            ” Hei Kamu !!! Baru lima menit sekolah di sini aja udah berani-beraninya  berlagak sok kecakepan. Maumu apa sih ?” bentak si ketua geng tersebut.
            ” Kamu bisa melihat nggak sih ? Aku itu nggak sok jadi orang. Lagian kamu siapa sih berani-beraninya bentak Elina !” balas Elina.
            ” Gue Aline !! Ketu geng populer si SMA 13 ini. Puas loe ?”
            “ Ini yang aku nggak suka dari orang Indonesia. Nenek moyangnya punya bahasa yang baik, tetapi keturunannya malah malu dengan bahasanya sendiri. Sehingga mereka mengganti kata aku dengan gue, dan kamu dengan loe.  Sudahlah aku nggak mau berurusan sama orang Indonesia nggak penting sepertimu.”
            ” Gila loe !!”  bentak Aline dan kawan-kawannya sambil meninggalkan Elina.
            Ketika suasana kembali tenang seperti sediakala, Bella yang sejak tadi duduk di samping Elina mulai memberanikan diri berbicara dengan Elina.
            ” El, namaku Bella.” Kata Bella dengan ramah.
            ” Sudah tau.” jawab Elina ketus.
            ” Kok jawabanmu ketus sih.”
            ” Kamu diam bisa tidak ? Kamu merasa terganggu dengan kehadiranku ? apa kamu merasa aku sok ? kamu ingin membentakku seperti yang dilakukan Aline tadi ?”
            ” Bukan begitu El. Aku mau berteman baik denganmu.”
            ” Percuma. Aku semakin benci dengan orang Indonesia sepertimu. Apalagi seperti Aline dan kawan-kawannya.”
            ” Baiklah kalau itu maumu.”
            Jawaban Elina yang ketus seperti itu tidak membuat Bella menjadi sakit hati. Bella memang paham dengan maksud Elina. Hal tersebut menurut Bella wajar-wajar saja. Baru lima menit bergaul dengan siswa Indonesia dia sudah disuguhi dengan teriakan Aline yang sangat menjengkelkan tadi.
***

SAHABATKU NOMOR SATU !!!

Ilfa adalah seorang siswi yang cerdas. Ia bersekolah di SMP 13 Bina Bangsa dan duduk di kelas IX. Kehidupannya bisa dikatakan sempurna. Dia memiliki keluarga yang harmonis, sahabat yang setia, dan tak lupa para penggemarnya yang selalu setia mengirimkan SMS dan surat cinta kepadanya.
Hari itu seperti biasa, Ilfa, Muna, Mona, Via, dan Silva berkumpul di kantin sekolah. Saat mereka asyik mengobrol, datanglah seorang laki-laki bertubuh kurus yang langsung duduk di samping Ilfa. Laki-laki itu adalah Riza, salah satu penggemar Ilfa, dan juga merupakan mantan pacar dari Via.
” Hai semua, hai Ilfa !!! kalian sedang apa ? ” tanya Riza.
” Sedang manjat pohon tuh. Emang kamu enggak bisa lihat kita lagi ngapain ? ” jawab Ilfa sinis.
” Jangan gitu dong, aku kan cuma tanya. Ayolah Fa, kamu jangan sinis begitu,” pinta Riza.
” Iya, iya. Sudah sana pergi ! ” usir Ilfa.
Istirahat telah selesai. Mereka berenam kembali ke kelas masing-masing. Kebetulan Ilfa, Silva, dan Rina sekelas. Sambil berjalan menuju ke kelas, Rina dan Silva mengingatkan agar Ilfa berhati-hati dengan Riza.
” Ingat Fa, Riza adalah mantan pacar Via ! ” kata Silva.
” Aku juga tau. Tapi bukankah aku selalu acuh pada Riza ? kurang apa lagi ? ” tanya Ilfa.
” Iya Fa, tapi kamu jaga-jaga saja supaya tidak terjadi hal buruk,” tambah Rina.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah manis lewat di depan ketiga sahabat itu. Dia adalah Aldi, teman sekelas Ilfa, Silva, dan Rina yang merupakan pujaan hati Ilfa. Tanpa disengaja Aldi menabrak Ilfa, sampai Ilfa terjatuh. Namun, Aldi langsung menolong Ilfa dengan sigap dan meminta maaf pada Ilfa kemudian masuk ke kelas.
” Haduh... Haduh... Pangeran datang menolongku, hahaha, ” canda Ilfa.
” Huuuuu, dasar lebay !! ” ledek Silva.

***

Esoknya seperti biasa, Ilfa mengajak kelima sahabatnya makan di kantin. Akan tetapi hari ini Via agak berbeda. Dia menjadi lebih pendiam dari biasanya. Saat ditanya, dia hanya menjawab dengan singkat.
” Mba Vhivia, kamu kenapa ? jangan diem terus dong ! ” ajak Mona.
” Enggak kenapa-kenapa Mon-mon,” jawab Via.
” Iya kalau gak ada apa-apa ngomong dong ! ” pinta Ilfa.
” Iya-iya Fa. Oiya, aku lupa ngerjain PR Bahasa Jawa. Aku pergi dulu ya,” kata Via sambil berlari meninggalkan sahabatnya.
Setelah Via pergi, Ilfa dan kawan-kawannya melanjutkan pembicaraan mereka.
” Menurutku, Via cemburu sama kamu Fa. Soal Riza, ” kata Silva.
“ Iya sih. Ya sudah aku akan coba lebih menjauh dari Riza, “ jawab Ilfa.
Sebenarnya Via memang cemburu dengan Ilfa. Tapi Via hanya diam saja padahal hatinya sudah dipenuhi dengan api yang membara. Apalagi makin lama Riza semakin mendekati Ilfa. Di mata Via, Ilfa sudah tidak peduli dengan sahabatnya yang masih menyayangi Riza.
Sudah seminggu Via menjauh dari sahabat-sahabatnya. Hari itu hari Senin, Via mengajak sahabat-sahabatnya berkumpul. Semua mengira Via akan meminta maaf atau mengajak berbaikan. Tapi ternyata semua salah. Via hanya ingin memperkenalkan sahabatnya yang baru bernama Idha.
Sejak saat itu, Via sama sekali tak pernah berbicara dengan kelima sahabatnya. Entah mengapa Via lebih percaya dengan Idha daripada sahabat-sahabatnya yang sudah lebih dulu dikenalnya.

***

 Di tengah keadaan yang menegangkan tersebut, Ilfa dikejutkan dengan kabar bahwa Aldi menyukai teman sekelasnya. Malam itu juga Ilfa mengirim SMS kepada empat sahabatnya.
” Dia menyukai orang lain,” kata Ilfa.
Tak lama kemudian empat SMS dari sahabatnya pun masuk bergantian.
” O.. ya ? ya sudah sabar saja,” Jawab Silva.
“ Maksudmu Aldi  ? biarkan sajalah,” jawab Rina.
“ Apa kamu yakin ? sudahlah jangan percaya dengan perkataan orang lain,” Jawab Mona.
” Ilfa, Ilfa, kamu jangan terlalu memikirkan dia,” jawab Muna.
Setelah membaca pesan dari sahabatnya, Ilfa berfikir sejenak,” Semua temanku sama, tak ada yang bisa membantuku,” pikir Ilfa dalam batin. Tapi kemudian Ilfa menarik kembali pikiran buruknya, setelah ia mengingat bagaimana awal persahabatan mereka.
Esoknya, Ilfa melihat Via dan Idha ngobrol bersama. Dari gaya bicaranya Via nampak sedang kesal. Kemudian Ilfa berusaha mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka. Ternyata Via sedang menjelek-jelekkan Ilfa. Karena Ilfa adalah tipe orang yang mudah tersinggung, Ilfa langsung membentak Via.
” kamu gila Vi !!! aku baru tau kalau kamu setega ini. Aku tidak pernah merayu-rayu Riza, ngobrol dengannya pun aku tak mau. Aku tau betul kamu sangat sayang sama Riza. Tapi bukan itu cara yang benar !! ” kata Ilfa.
” Apanya yang tidak merayu ? jelas-jelas kalau di kelas kamu ngomong sama dia. Dasar munafik !!! ” Jawab Via dengan emosi.
” DASAR GILA !!! ” jawab Ilfa sambil pergi meninggalkan Via dan Idha.
Ilfa sadar, jika cinta memang telah menutup mata hati Via. Sampai-sampai Via yang kalem berubah menjadi kejam.
Sementara itu melihat pertengkaran kedua sahabat mereka, Rina, Silva, Muna, dan Mona mengajak Ilfa dan Via bertemu di sebuah cafe. Hari Rabu itu mereka berenam berkumpul. Raut muka mereka semua terlihat tegang, hingga akhirnya Muna memecah ketegangan mereka.
” Hei !!! tujuan kita di sini adalah untuk membuat kalian tidak bermusuhan lagi. Ayolah.... ” pinta Muna.
” Tidak,” sahut Ilfa dan Via bersamaan.
” Kenapa tidak ? Apa sih masalah kalian ? Via, Via... Ilfa, Ilfa... kalian lucu tau nggak. Bikin kita semua heboh. Dhuar !!! Dhuar !!! apa bedanya kalian dengan pengebom ?” kata Rina.
“ Nggak lucu... biasa aja kali ! ” jawab Ilfa.  
” Baiklah kalau kalian tidak ada yang mau mengalah, jangan pernah anggap aku, Muna, Mona, dan Rina sebagai teman kalian !”  bentak Silva.
” Pikirkan itu dan 2 hari lagi kita tunggu jawaban kalian !” tambah Muna.

***

” Mun, kamu gimana sih dulu waktu marakan sama Via ? ” tanya Ilfa.
” Iya, dulu aku sakit hati banget. Tapi lama-lama juga ilang kok. Mungkin kita emang ditakdirkan buat jadi temen terus,” jawab Muna.
” Oh, ya sudah. Thanks.”
Malam itu adalah malam yang menegangkan bagi Ilfa dan Via. Mereka bingung, akankah mereka teguh pada pendirian, ataukah mereka akan baikan.
Tetapi perasaan tegang itu tak lama hilang dari benak Ilfa. Nampaknya Ilfa akan melalui malam dengan senyum bahagia, sebab malam itu Aldi mengirimkan SMS pada Ilfa. Meski hanya bertanya tentang tugas, tetapi Ilfa sudah bisa tersenyum. Sungguh Ilfa memang anak yang pasrah.
Esoknya, keenam ABG yang bersahabat itu berkumpul bersama di kantin sekolah. Via dan Ilfa memutuskan untuk berbaikan.
” Fa, maafin aku ya. Aku nyesel banget udah nyangkut-mautin perasaanku sama kamu padahal bukan kamu yang salah,” kata Via.
” Iya aku juga. Aku seharusnya lebih tau perasaanmu. Maafin aku juga ya,” pinta Ilfa.
” Ihiiyy... gitu dong !! baikan kok lama banget sih ! ” ledek Mona.
” Iya, iya... hahaha,” jawab Ilfa.
Akhirnya Ilfa dan Via menjadi sahabat kembali. Mereka berjanji akan menjadi sahabat yang lebih memahami satu sama lain, sehingga setiap ada masalah bisa diselesaikan bersama-sama.
” Fa, dicari Doni tuh !!! Maybe dia suka sama kamu,” kata Aldi.
” Haa ? Doni ? Doni apa kamu ? ”
” Iya... aku juga sih, hehehe ”
” Hahaha, Aldi... Aldi... Kamu tuh.... ” kata Ilfa sambil menutup mulutnya karena hampir membuka rahasianya sendiri.
” Apaaa ? Kenapa ? kalau malu lewat SMS aja ya !!! ” kata Aldi sambil berlari menjauhi Ilfa.
” Waaah Ilfa, tuh anak gak usah dipikir. Kalau itu jodohmu dia juga gak bakal ke mana-mana kok,” ledek Silva.
” Hush, diem !!! ke mana ya tadi si dia ? hehehe,” canda Ilfa.

***

Setelah kejadian itu, persahabatan Ilfa dan kawan-kawannya tak pernah mendapat masalah yang sampai berhari-hari. Ilfa masuk di SMA 1 Kota bersama Silva dan Via,
Rina dan Muna masuk di SMA 1 Bina, sedangkan Mona masuk di SMA Bandung.
Sekarang, ada satu hal lagi yang menambah kesempurnaan hidup Ilfa. Ilfa sekarang menjadi kekasih Aldi. Meskipun Aldi masuk di SMA 1 Bina, mereka tetap merasa dekat. Walaupun begitu, Ilfa tetap Ilfa yang dulu, Ilfa tetap memiliki motto ” Sahabatku Nomer Satu .” Ilfa tetap menyayangi sahabatnya, lebih dari kasih sayangnya kepada Aldi, meskipun di bawah kasih sayangnya dengan orang tua dan keluarganya.

UNFORGETABLE MOMENT

Kejadian ini terjadi sekitar dua bulan yang lalu. Aku tak akan pernah melupakan kejadian ini seumur hidupku. Waktu itu, Aku sedang iseng main ke rumah temanku, sebut saja Anita. Kami berdua saling curhat tentang masalah kami masing-masing. Karena tujuanku berkunjung ke rumah Anita memang iseng, jadi Aku ingin melakukan sesuatu dengan niat yang sama, yaitu iseng.
Aku pun menyuruh Anita mengirim SMS pada Sena agar ia mau mampir ke rumah Anita. Tak lama kemudian Sena datang. Tapi tak kusangka ia datang bersama Fara, teman sekelasnya. Aku takut bukan kepalang. Mengingat setelah Aku putus dengan Sena, hubunganku dengannya menjadi sangat renggang. Oleh karena itu Aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan Sena dan bersembunyi di kamar Anita.
“Hei, kenapa kau sembunyi di sini?” Tanya Anita.
“Aku malas menemui Sena. Hubunganku dengannya saat ini sedang tidak karuan. Dan kupikir dia sudah memiliki pengganti diriku.” Jawabku enteng.
“Baiklah, kalau kau butuh apa-apa kirim SMS ke Handphoneku saja.”
Setengah jam pun berlalu. Aku merasa bosan sekali. Anita, Fara, dan Sena masih asyik mengobrol di ruang tamu. Akhirnya Aku putuskan untuk mengirim SMS pada Anita.
“Hei, cepat kau ke kamar !” kataku dalam SMS. Tak lama kemudian Anita pun datang menghampiriku.
“Gimana nih Fa? Kamu udah tau gimana caranya keluar dari sini?” Tanya Anita padaku.
“Aku juga bingung ta. Nanti kalo ibu kamu pulang? Mati deh aku.”
“Ulfa, ini masih jam 11. Ibuku biasanya pulang jam 12.”
“Yaudah deh semoga aja kamu benar.”
“Oke deh. Aku ke ruang tamu dulu ya.”
Belum ada setengah jam, Aku mendengar suara sepeda motor milik orang tua Anita. Matilah Aku. Batinku dalam hati. Aku berharap Anita bisa mencegah ibunya membuka pintu garasi. Karena di sanalah Aku memarkirkan sepeda motor kesayanganku.
Suara sepeda motor telah berhenti. Alhamdulillah. Pekikku dalam hati. Sepertinya Anita berhasil mencegah ibunya membuka pintu garasi. Di tengah kebahagiaan yang sedang kurasakan itu, tiba-tiba HPku bergetar. SMS dari Anita rupanya.
“Tutup aja pintu kamarku.” Pesan Anita dalam SMS . Saat aku berusaha menutup pintu kamar, kudengar suara Ibu Suharti -orang tua Anita- semakin mendekat. Aku pun membalas SMS Anita. “Cepat kau masuk ke dalam kamar ! pintu kamarmu tak kututup.” Kataku.
Secepat kilat, Anita menghampiriku dan mencoba menolongku.
“Kau mau sembunyi di rumah Nanda? Kalau kau mau, kau bisa keluar lewat jendela kamarku.” Kata Anita.
“Baiklah, apa boleh buat.” Jawabku dengan tampang memelas.
“Tapi apa jendela itu cukup untuk kau lewati ?”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya menganggukkan kepala sambil menahan tawa. Untungnya, tubuhku tak sebesar yang Anita bayangkan. Akhirnya Aku berhasil keluar dari kamar Anita. Namun setelah itu, Aku baru sadar. Aku memang telah berhasil keluar dari kamar Anita. Tapi Aku belum berhasil keluar dari rumah Anita. Sementara itu ia kembali ke ruang tamu bersama Fara dan Sena.
Tak lama kemudian Anita datang dan membukakan pintu gudang. Pintu itu dapat mengantarkanku ke garasi mobil. Rasa lelah yang sejak tadi menghampiriku pun selalu kuacuhkan. Akhirnya aku sampai di gudang rumah Anita. Aku bingung mencari di mana pintu garasi. Ternyata pintu garasi itu tertutup oleh barang-barang.
Awalnya aku takut keluar dari garasi itu, karena Fara dan Sena pasti bisa melihatku. Aku pun mengirim SMS pada Anita dan menyuruhnya agar ia bisa menarik perhatian Fara dan Sena. Kalau begitu kan Fara dan Sena tak akan melihatku. Pikirku enteng. Setelah mendapat balasan dari Anita, Aku pun memberanikan diri keluar. Aku berusaha berlari secepat mungkin agar Fara dan Sena tak melihatku.
Sesampainya di rumah tetangga sebelah yang notabene adalah rumah Nanda, Aku melihat banyak temanku di sana. Rasa malu di dalam diriku pun kuacuhkan. Aku mendengarkan percakapan teman-temanku sambil sesekali ikut berbicara. Aku bertahan sampai setengah jam, hingga akhirnya Fara dan Sena berpamitan. Aku mendengar suara motor Fara dan Sena keluar dari rumah Anita.
HPku bergetar, ada SMS dari Anita. “Mereka sudah pulang.” Aku pun menghembuskan nafas panjang. Ah leganya, batinku. Aku segera berpamitan pada Nanda dan mengucapkan terimakasih.
“Good job Ulfa. Perjuanganmu sungguh patut diacungi jempol.” Kata Anita.
“Ah, kau tau? Aku sangaaaaaaat lelah.” Jawabku.
Aku dan Anita saling pandang sejenak. Dan kemudian kami tertawa bersama-sama. Kami pun tertawa sambil membayangkan bagaimana konyolnya kami tadi.
Itu adalah kenanganku bersama Sena yang tak akan pernah Aku lupakan. Kejadian yang selalu membuatku tertawa jika Aku mengingatnya. Kurasa Aku tak akan pernah mengulangi kejadian itu bersama Reza, kekasihku saat ini. Aku merasa beruntung dapat mengenal Reza. Karena Reza, semua kecaggunganku pada Sena hilang sudah. Dan kini Aku merasa bahagia. Aku merasa hidupku sangat sempurna. Semoga Aku tidak mengulangi kejadian itu lagi. Semoga saja.