Kejadian ini terjadi sekitar dua bulan yang lalu. Aku tak akan pernah melupakan kejadian ini seumur hidupku. Waktu itu, Aku sedang iseng main ke rumah temanku, sebut saja Anita. Kami berdua saling curhat tentang masalah kami masing-masing. Karena tujuanku berkunjung ke rumah Anita memang iseng, jadi Aku ingin melakukan sesuatu dengan niat yang sama, yaitu iseng.
Aku pun menyuruh Anita mengirim SMS pada Sena agar ia mau mampir ke rumah Anita. Tak lama kemudian Sena datang. Tapi tak kusangka ia datang bersama Fara, teman sekelasnya. Aku takut bukan kepalang. Mengingat setelah Aku putus dengan Sena, hubunganku dengannya menjadi sangat renggang. Oleh karena itu Aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan Sena dan bersembunyi di kamar Anita.
Aku pun menyuruh Anita mengirim SMS pada Sena agar ia mau mampir ke rumah Anita. Tak lama kemudian Sena datang. Tapi tak kusangka ia datang bersama Fara, teman sekelasnya. Aku takut bukan kepalang. Mengingat setelah Aku putus dengan Sena, hubunganku dengannya menjadi sangat renggang. Oleh karena itu Aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan Sena dan bersembunyi di kamar Anita.
“Hei, kenapa kau sembunyi di sini?” Tanya Anita.“Aku malas menemui Sena. Hubunganku dengannya saat ini sedang tidak karuan. Dan kupikir dia sudah memiliki pengganti diriku.” Jawabku enteng.“Baiklah, kalau kau butuh apa-apa kirim SMS ke Handphoneku saja.”
Setengah jam pun berlalu. Aku merasa bosan sekali. Anita, Fara, dan Sena masih asyik mengobrol di ruang tamu. Akhirnya Aku putuskan untuk mengirim SMS pada Anita.
“Hei, cepat kau ke kamar !” kataku dalam SMS. Tak lama kemudian Anita pun datang menghampiriku.“Gimana nih Fa? Kamu udah tau gimana caranya keluar dari sini?” Tanya Anita padaku.“Aku juga bingung ta. Nanti kalo ibu kamu pulang? Mati deh aku.”“Ulfa, ini masih jam 11. Ibuku biasanya pulang jam 12.”“Yaudah deh semoga aja kamu benar.”“Oke deh. Aku ke ruang tamu dulu ya.”
Belum ada setengah jam, Aku mendengar suara sepeda motor milik orang tua Anita. Matilah Aku. Batinku dalam hati. Aku berharap Anita bisa mencegah ibunya membuka pintu garasi. Karena di sanalah Aku memarkirkan sepeda motor kesayanganku.
Suara sepeda motor telah berhenti. Alhamdulillah. Pekikku dalam hati. Sepertinya Anita berhasil mencegah ibunya membuka pintu garasi. Di tengah kebahagiaan yang sedang kurasakan itu, tiba-tiba HPku bergetar. SMS dari Anita rupanya.
“Tutup aja pintu kamarku.” Pesan Anita dalam SMS . Saat aku berusaha menutup pintu kamar, kudengar suara Ibu Suharti -orang tua Anita- semakin mendekat. Aku pun membalas SMS Anita. “Cepat kau masuk ke dalam kamar ! pintu kamarmu tak kututup.” Kataku.Secepat kilat, Anita menghampiriku dan mencoba menolongku.“Kau mau sembunyi di rumah Nanda? Kalau kau mau, kau bisa keluar lewat jendela kamarku.” Kata Anita.“Baiklah, apa boleh buat.” Jawabku dengan tampang memelas.“Tapi apa jendela itu cukup untuk kau lewati ?”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya menganggukkan kepala sambil menahan tawa. Untungnya, tubuhku tak sebesar yang Anita bayangkan. Akhirnya Aku berhasil keluar dari kamar Anita. Namun setelah itu, Aku baru sadar. Aku memang telah berhasil keluar dari kamar Anita. Tapi Aku belum berhasil keluar dari rumah Anita. Sementara itu ia kembali ke ruang tamu bersama Fara dan Sena.
Tak lama kemudian Anita datang dan membukakan pintu gudang. Pintu itu dapat mengantarkanku ke garasi mobil. Rasa lelah yang sejak tadi menghampiriku pun selalu kuacuhkan. Akhirnya aku sampai di gudang rumah Anita. Aku bingung mencari di mana pintu garasi. Ternyata pintu garasi itu tertutup oleh barang-barang.
Awalnya aku takut keluar dari garasi itu, karena Fara dan Sena pasti bisa melihatku. Aku pun mengirim SMS pada Anita dan menyuruhnya agar ia bisa menarik perhatian Fara dan Sena. Kalau begitu kan Fara dan Sena tak akan melihatku. Pikirku enteng. Setelah mendapat balasan dari Anita, Aku pun memberanikan diri keluar. Aku berusaha berlari secepat mungkin agar Fara dan Sena tak melihatku.
Sesampainya di rumah tetangga sebelah yang notabene adalah rumah Nanda, Aku melihat banyak temanku di sana. Rasa malu di dalam diriku pun kuacuhkan. Aku mendengarkan percakapan teman-temanku sambil sesekali ikut berbicara. Aku bertahan sampai setengah jam, hingga akhirnya Fara dan Sena berpamitan. Aku mendengar suara motor Fara dan Sena keluar dari rumah Anita.
HPku bergetar, ada SMS dari Anita. “Mereka sudah pulang.” Aku pun menghembuskan nafas panjang. Ah leganya, batinku. Aku segera berpamitan pada Nanda dan mengucapkan terimakasih.
“Good job Ulfa. Perjuanganmu sungguh patut diacungi jempol.” Kata Anita.“Ah, kau tau? Aku sangaaaaaaat lelah.” Jawabku.
Aku dan Anita saling pandang sejenak. Dan kemudian kami tertawa bersama-sama. Kami pun tertawa sambil membayangkan bagaimana konyolnya kami tadi.
Itu adalah kenanganku bersama Sena yang tak akan pernah Aku lupakan. Kejadian yang selalu membuatku tertawa jika Aku mengingatnya. Kurasa Aku tak akan pernah mengulangi kejadian itu bersama Reza, kekasihku saat ini. Aku merasa beruntung dapat mengenal Reza. Karena Reza, semua kecaggunganku pada Sena hilang sudah. Dan kini Aku merasa bahagia. Aku merasa hidupku sangat sempurna. Semoga Aku tidak mengulangi kejadian itu lagi. Semoga saja.
No comments:
Post a Comment