Mbah Dado seorang alim ulama penyebar agama Islam. Beliau mempunyai murid bernama Umara dan Umari. Dalam perjalanannya menyebarkan agama Islam beliau berniat untuk mendirikan sebuah pesantren. Maka ditemukanlah tempat yang tepat untuk membangun pesantren tersebut, yaitu di kaki Gunung Muria.
Pada bulan Ramadhan, tepatnya pada waktu malam Nuzulul Qur'an datang Sunan Muria untuk bersilaturrahmi dan membaca Al Qur'an bersama Mbah Dado, sahabatnya. Dalam perjalanannya, Sunan Muria mendengar orang bekerja di sawah pada malam hari sedang ndaut (mangambil bibit padi). Suna Muria berhenti sejenak dan berkata, "Lho, malam Nuzulul Qur'an kok tidak baca Al Qur'an, malah di sawah berendam air seperti bulus saja?" Akibat perkataan itu Umara dan Umari seketika menjadi bulus (kura-kura air tawar).
Datang Mbah Dado untuk memintakan maaf atas kesalahan santrinya kepada Suna Muria. Akan tetapi, ibarat nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dapat kembali lagi. Akhirnya, Sunan Muria menancapkan tongkatnya ke tanah, keluar mata air atau sumber sehingga diberilah tempat itu nama Desa Sumber dan tongkatnya berubah menjadi pohon yang diberi nama pohon tamba ati.
Datang Mbah Dado untuk memintakan maaf atas kesalahan santrinya kepada Suna Muria. Akan tetapi, ibarat nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dapat kembali lagi. Akhirnya, Sunan Muria menancapkan tongkatnya ke tanah, keluar mata air atau sumber sehingga diberilah tempat itu nama Desa Sumber dan tongkatnya berubah menjadi pohon yang diberi nama pohon tamba ati.
Sambil meninggalkan tempat itu Sunan Muria berkata, "Besok anak cucu kalian akan menghormatimu setiap satu minggu setelah hari raya bulan Syawal tepatnya waktu Bada Kupat. sampai sekarang setiap bada kupat tempat tesebut ramai dikunjungi orang untuk berziarah dan juga melihat bulus. Tradisi ini sekarang masih ada san terkenal dengan nama Bulusan.
wah deket rumahku itu.. ^_^
ReplyDelete