Kata
orang-orang, nyari tempat kost itu sama kaya nyari jodoh. Setiap orang punya
standar kost idamannya masing-masing. Ada yang nyari berdasarkan harga, jarak atau
lokasinya, kebersihannya, penghuninya, tetangganya, sampai pemiliknya. Biasanya
itu aja sih yang jadi patokannya, gausah lah sampe ngeliat rumahnya hadap ke
mana, keramiknya warna apa, berapa jumlah anak tangganya, cat temboknya merk
apa, atau jenis menu masakan warteg di sekitarnya, hmm... bakal lebih ribet
dari nyari jodoh ini sih jadinya.
Sebagai
pendatang baru di Depok tercinta ini, daku akan menceritakan pengalaman mencari
kost di sekitar UI. Cerita ini berawal saat aku membuka pengumuman SIMAK Pascasarjana
UI bulan Desember lalu. Kalo inget perjuangan sampai ke Depok waktu ujian SIMAK
satu bulan sebelumnya, dan inget kejadian-kejadian menyebalkan yang
menyertainya, sejujurnya keputusan untuk berkuliah di tempat ini antara iya dan
tidak.
Ketika memutuskan
untuk berkuliah di tempat ini, banyak kekhawatiran yang tiba-tiba muncul di
benak. Pertanyaan-pertanyaan seperti "yakin nih kampus sana lebih
bagus?" "yakin kuliah jauh?" "hidup di sana mahal loh,
sanggup?" "mau pulang berapa bulan sekali?" "harga tiketnya
mahal ya?" "orang sana galak-galak loh, berani?" "di sana
sering macet ya?" "hati-hati ya di sana banyak penjahat" dan
sebagainya.