Judul :
Jingga untuk Matahari
Penulis :
Esti Kinasih
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Terbit :
Cetakan pertama, Januari 2017
Tebal :
448 hlm, 20 cm
ISBN :
978-602-03-3723-4
Ari dan Tari menjalani hari-hari
penuh pelangi. Tari bahagia karena ternyata Ari cowok lembut dan penuh
perhatian. Sedangkan Ari gembira luar biasa ketika mendengar Ata dan Mama
akhirnya kembali ke Jakarta.
Namun, tanpa Ari ketahui, selama
ini Ata menyimpan kepedihan yang membuatnya bertekad melampiaskannya kepada Ari
dan Papa. Saat itulah Ari menyadari ada “kisah” yang dia tidak tahu di antara
papa dan mamanya.
Sementara itu, Tari mulai bingung
menata hati. Karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari semakin tumbuh, Angga
muncul lagi dan “nembak” langsung. Sebenarnya, apa yang menjadi alasan Angga
begitu dendam pada Ari dan bertekad merebut seseorang yang paling berharga
darinya?
“Kalo lo ngincer cewek yang udah
punya cowok, rebut dia di depan cowoknya. Jangan di belakang,” kalimat Ata itu
terus terngiang di benak Angga.
Finally, enam tahun lebih penantianku berbuah manis. Setelah bertahun-tahun yang lalu selesai membaca novel Jingga dalam Elegi hasil pinjem dari temen yang bahkan aku sampai lupa siapa -hmm agak ga tau diri sih-, akhirnya aku selesai juga baca novel ketiga jingga series ini. Buat nyelesaiin baca novel sekuel yang jarak terbitnya bertahun-tahun itu ga gampang lho, teman-teman. Butuh kekuatan dan energi dalam yang super besar apalagi buat kalian yang sekarang merasa sudah bukan abege lagi.
Khusus untukku, aku membutuhkan waktu sepuluh bulan untuk membabat habis novel JUM. Sepuluh bulan untuk nangkring di rak buku, dan dua hari untuk selesai dibaca. Dengan kata lain sepuluh bulan adalah waktu untuk mengumpulkan niat membaca novel ini, dan sisanya adalah waktu yang kuhabiskan untuk benar-benar menyelesaikan membaca novel ini.
Okay, langsung aja deh. First impression aku tentang novel ini adalah terlalu membosankan dan berbelit-belit. Seperti biasa, mba Esti selalu menjelaskan suatu settingan tempat kejadian atau keadaan dengan sejelas-jelasnya. Sebenernya ini justru nilai positif buat novel mba Esti karena setiap pembaca akan benar-benar bisa membayangkan keadaan dalam cerita tersebut bahkan bisa ikut masuk ke dalam ceritanya. Tapi masalahnya adalah, kalimat yang tertulis dan sebenarnya bisa di-skip jadi terkesan sangat panjang. Padahal mostly pembaca JUM ini pasti sudah lupa dengan alur cerita JDS dan JDE yang terbit sebelumnya. Jadi, untuk bertahan berjam-jam memegang erat novel setebal 448 halaman dengan cerita yang aduhay entah kemana alurnya sangat membutuhkan konsentrasi penuh. Ditambah lagi gaya bahasa mba Esti memang agak sedikit berubah-in my opinion.
Dulu, seingatku mba Esti bisa menyelipkan guyonan-guyonan yang bisa membuat pembaca sedikit lebih rileks ketika membaca. Tapi sekarang, yang aku rasakan novel ini cukup berat dibacanya untuk sekelas teenlit. Gak ada adegan romantis seperti yang banyak terdeskripsikan dalam novel JDS dan JDE sebelumnya. Pokoknya, ini novel bukan cinta-cintaan lagi deh. Ini lebih ke novel misteri, tapi bukan hantu.
Barulah ketika aku masuk ke halaman 100, aku bisa mulai menikmati membaca novel ini, menikmati setiap rincian kalimat yang ditulis mba Esti, menikmati masuk ke dalam alur cerita, berada dalam SMA Airlangga, berjubelan dengan siswi-siswi SMA lainnya yang penasaran akan hadirnya sosok kembar identik Ari yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Mba Esti juga sukses membuatku membenci sosok Ata yang seingatku di novel-novel sebelumnya sangat dinantikan kehadirannya.
Banyak yang bilang cerita JUM ini berbeda dari bocoran-bocoran yang pernah diceritakan mba Esti bertahun-tahun sebelumnya. Syukurlah mba, aku tidak sempat mengingatnya jadi aku tidak berekspektasi lebih tentang jalan ceritanya. Yang aku inginkan ketika membeli novel ini adalah mengetahui ending ceritanya. Dan rasa rindu membaca novel karya mba Esti. Mungkin karena faktor umur dan waktu terbitnya yang terlalu lama.
Selama sepuluh bulan nangkring di rak, bukan berarti aku tidak sama sekali mencoba membaca novel ini. Justru aku sering mengeluarkannya dari rak buku karena penasaran dengan endingnya.Ya tapi balik lagi, karena dari awal udah lupa sama cerita sebelumnya (Jujur review JDS dan JDE yang dituliskan di lembar awal sama sekali tidak membantuku mengingat alur cerita JDS dan JDE itu sendiri) dan kesan awal yang berbelit-belit itulah yang selalu membuatku mengurungkan niat menyelesaikan membaca novel itu.
Oh iya ada yang penasaran sama sosok Ari gak? Ari masih ganteng kok, aku bisa merasakannya wkwkw. Kembarannya yang digambarkan hampir 100% menyerupai Ari pun sama gantengnya. Ah tidak-tidak, di novel ketiga ini, semua tokoh laki-laki jadi terlihat keren. Even Ridho dan Oji yang menurutku dulu biasa-biasa aja, jadi digambarkan keren oleh mba Esti. Menurutku aja sih, yaelah imajinasi jiwa-jiwa wanita muda tak pernah salah, teman. Walaupun ini sangat tidak pantas untuk dibahas, aku tau pastilah ini juga kabar baik buat kalian, heu >,<
Sayangnya, di bagian akhir cerita, mba Esti membuatku kecewa. Jingga Untuk Matahari bukan merupakan akhir cerita. Padahal pertamanya, mba Esti menyebutkan novel ini hanya trilogi. It means cuma ada 3 novel yang memuat keseluruhan jalan cerita. Masih ada Jingga Untuk Sandyakala yang aku ga tau siapa dia, atau apa bentuknya. Udah kaya nama terompet akhir zaman aja :(
Jadi intinya, novel JUM ini bagus, tapi tetep ada kurangnya dan aku memakluminya. Semoga cerita selanjutnya akan lebih baik dan lebih wow lagi ya mba Esti, dan terbitnya engga lama-lama. Kan ga lucu nanti aku baca teenlit sambil ditemenin anakku. Overall, aku menilai novel JUM ini 80. Sisa 20 nya untuk keterlambatan terbitnya, ketidakhadiran "guyonan" mba Esti dalam setiap kalimatnya, kalimatnya yang kadang berbelit-belit meskipun tujuannya menjelaskan setiap detail settingnya, dan alert untuk mba Esti biar ga kepanjangan buat ceritanya wkwkw. Soalnya kalo kepanjangan nanti jadi kaya sinetron abadi sepanjang masa huft. Udah gitu aja deh. Yaelah serius amat, udah selesai nih reviewnya. Hayooo bingung ya mau komentar apa? wkwkw. Btw, terimakasih sudah membaca, salam cinta dari Ari, Tari, dan Ata :)
***
Dulu waktu jaman kuliah pernah baca juga, karena waktu itu cewekku beli novel ini. Dan seperti pada umumnya, cewekku gak sabar juga nungguin terbitnya JUM.
ReplyDeleteDulu bahkan sempet ada akun twitter pemeran JDS :D
Nyatanya JUM malah terbit setelah masa2 usia baca teenlit udah nggak pas lagi :D
Reviewnya lebih ke berubah cara penulisannya gtu ya?
ReplyDeleteGue sendiri malah belom pernah baca buku trilogi ini. Dan bru tau trnyata udh lama ya? Asli, gue ga paham awalnya apa itu JDE atau JDS dan juga JUM. Tpi klo d baca lgi trnyata itu nama judul bukunya ya. Kpnjangannya JDE sma JDS aa tuh?
Tpi kyaknya seru nih, krena d buku itu ada karakter Oji, yg nmnya mirip kyak gue.
Wlehehehe
Jadi penasaran sama novel JUM ini, mengingat jarang banget baca teenlit. Apalagi dengan tajuk series kayak gini. Uh~
ReplyDeletePernah mau beli buku ini waktu masih tertarik sama teenlit. Sayangnya nggak jadi dan ketertarikanku sama teenlit udah hilang sama sekali. Akhirnya nggak jadi mencicipi cerita ini. Dan baru tahu kalo ada dua novel sebelum novel ini yang ceritanya nyambung. Kalo dulu udah beli pasti bingung kayaknya ya. Wkwkwkwk.
ReplyDeleteLagi-lagi penasaran sama isinya, kalau baca review terkadang ada saja rasa nggak puasnya..hehe
ReplyDeleteSaat ini belum bisa jajan buku dulu nih, tar kalau dah ada, tinggal ke gramed aja lah.. Nice share ya, bisa dilist ini buku..
Jadi butuh waktu nyampe 10 bulan buat ngumpulin niat, dan akhirnya bisa selesai juga dan bisa nulis reviewnya disini, belakangan juga aku niat membacaku lgi turun, nggk tau bawaanya males banget,malah jadi lbih suka scroll time line instagram haduh haduh
ReplyDeletehonesly, aku termasuk yan ngikutin karya mbak esti dari jaman dia tanpa aku, still, cewek, dia tanpa aku, jingga dan senja hingga jingga untuk matahari.
ReplyDeleteaku bukan tipe fans fanatik yang ngebet banget menantikan sih, tapi begitu tahu kabar keluar novelnya aku langsung beli. dan aku cuma butuh sekali duduk untuk menamatkan ini novel. dan bagi aku pribadi, cukup mengobati kerinduan akan karya beliau.
bahkan sebelum beli aku udah mempersiapkan diri dengan membaca 2 karya sebelumnya dulu untuk mengingatkan detail konflik.
aku gak merasakan kekecewaan apa apa sih, wong aku gak banyak berekspektasi. hanya nikmati.
dab bagi aku karya masterpieceya mbak esti ya fairish, the one and only, aku bemum nemu teenlit lain yang lebih dalem nancep di hatiku selain fairish sampai saat ini.
Wah, sinopsisnya kok kece ya. Pinter editornya bikin sinopsis di belakang. Kalo mau rebut cewek di depan, bukan di belakang :D eh trilogi ya... Wah berati kudu baca 3-3nya ini.
ReplyDeleteBaru tahu ada novel cinta cintaan yg dibikin trilogi wkwk isinya tebel lagi 448 halaman cuy itu novel apa bantal guling wkwk tapi ya kalau suka selalu ada niat buat nyelesaiin overall reviewnya mantap bikin penasaran ditunggu review-review selanjutnya ya :))
ReplyDeleteaku bingung mau komen apa mba, aku sama sekali tidak tahu tentang dunia pernovelan wkwkw, itu ada bahas trilogi artinya apa mba?
ReplyDeletemenurutku sih isi dari nocel JUM ini tentang kisah cinta anak SMA ya, tepatnya SMA Airlangga.
Kayanya aku pernah lihat di gramedia deh... Jadi begitu singkat ceritanya. Next review yaa ditunggu.
ReplyDelete