“Pagi Elina, Sam, dan kau…?” sapa Anderson dengan menunjuk seorang siswi yang duduk di pojok depan.
“Noel, iya, Noel namanya.” Teriak salah satu siswa yang disambut dengan tawa seluruh siswa.
“No… Aku bukan Noel. Uhm, memang benar namaku Cassandra Selenoel. Tapi teman-temanku memanggilku Casseel.”
“Wow… Kau baru di sini?” Tanya Anderson pada Casseel.
“Ya. Dan aku merasa tak diterima oleh semua siswa di sekolah ini.” Jawab Casseel.
“Mungkin hanya perasaanmu saja.”
***
“Apa menurutmu Mrs. Aleciandra membosankan, Case?” Tanya Anderson pada Casseel.
“Casseel.” Kata Casseel membenarkan.
“Oh, ya. Casseel.”
“Tidak. Menurutku Mrs. Aleciandra sangat menarik.”
“Apa yang menarik darinya?”
“Cara mengajarnya. Kurasa dia adalah guru paling ramah. Sepanjang hari ini.”
“Hei, kau salah. Kurasa Mr. Potato dan Mr. Tomato jelas lebih menarik.”
“Well, terserah apa katamu. Aku malas berdebat denganmu.”
Mimpi apa aku semalam? Gerutu Casseel. Casseel merasa sikap Anderson sangat menyebalkan. Maksudnya, mungkin jika Casseel adalah siswa lama di Astamevia hal itu merupakan hal yang biasa. Tapi Casseel baru sehari berada di sekolah itu. Menurutnya, Anderson sok akrab dan aneh.
Sepertinya pendapat Casseel bertolak belakang dengan Anderson. Anderson merasa Casseel adalah gadis yang cantik, baik, dan sopan di Astamevia. Bahkan melebihi Valleri yang notabene adalah mantan kekasihnya.
“Halo, iya benar. Ohh, sebentar ya.” Mrs. Auguste mengangkat telepon dan berbicara dengan anggunnya. “Casseel… ada telepon dari Emmanuel.”
“Iya ma.” Jawab Casseel. “Halo. Hei kau. Bagaimana kabarmu ?”
“Lumayan. Casseel, aku butuh bantuanmu. Bisa kia bertemu sekarang?” pinta Emmanuel.
“OK, baiklah. Di mana kita bisa bertemu?”
“Rose Resto. Menurutmu?”
“Keren. Aku sangat suka makanan di sana.”
“Kutunggu.”
Casseel merasa bingung. Ada apa dengan Emmanuel. Jarang sekali dia membuat janji sangat mendadak. Karena Emmanuel adalah teman baiknya, Casseel tak tega menolak permintaan Emmanuel. Mereka pun bertemu di Rose Resto sesuai dengan perjanjian.
“Ya Tuhan, kau? Emmi?” kata Casseel dengan ekspresi takjub.
“Hei berhenti memanggilku Emmi. Aku pria berusia 17 tahun. Bukan lagi anak berusia 7 tahun.” Protes Emmanuel.
“Uhm… maaf kawan. Kupikir ada yang berbeda dari penampilanmu.”
“Yaa… semakin menawan bukan? Kau harus tau. Banyak orang yang berkata seperti itu. Oh iya, kurasa kau juga cantik hari ini.”
“Oke langsung ke persoalan saja. Mengapa kau memintaku datang kemari?”
“Kau mau ikut denganku? Ke Messiu City?” Tanya Emmanuel.
“Apa? Jauh sekali. Untuk apa kau ke sana?”
“Belajar. Bersekolah. Ayolah Casseel…”
“Apa kau tak tau? Aku baru saja pindah dari Golden. Aku baru satu hari di Astamevia.”
“Apa? Jadi kau sudah pindah? Kenapa kau pindah?”
“Entahlah. Ayahku yang menyuruh aku pindah. Kau sendiri?”
“Hey lady… Messiu City !!! kau lupa? Baiklah aku rasa kita tak bisa sering bertemu lagi.”
“Hey, no problem Em. Kita kan bisa berkirim email, chatting, dan bertelepon. Lagipula bukankah sejak lulus dari Alatas kita sudah beda sekolah. Kau telah terbiasa meneleponku setiap 2 minggu sekali.”
“Aku akan sangat merindukanmu Casseel.”
“Aku juga. Kita telah bersahabat selama 11 tahun. Kau sangat berarti buatku.” Tak sengaja setetes air keluar dari mata Cassel. Melihat sahabatnya menangis, Emmanuel merasa semakin sedih dan dengan lembut ia menghapus air mata Casseel serta memeluknya dengan erat. Semua orang yang melihat mereka berdua pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih. Padahal mereka adalah sepasang sahabat yang selama 11 tahun bersama-sama.
Casseel dan Emmanuel saling mengenal sejak mereka duduk di bangku Kindergarten. Setelah mereka lulus dari bangku Kindergarten, mereka memasuki Elementary School dan Junior High School yang sama. Namun setelah lulus dari JHS, Casseel melanjutkan pendidikannya di Golden High School, sedangkan Emmanuel melanjutkan pendidikannya di Silvester High School. Casseel sangat peduli pada Emmanuel, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu Casseel tak kuasa menahan air matanya saat mengetahui kawannya akan pindah ke Messiu City yang jaraknya berpuluh-puluh mil dari Savera.
***
“Hai Casseel… Bagaimana keadaanmu?” Tanya Anderson.
“Apa aku terlihat sakit?” Jawab Casseel dengan nada sinis.
“Emm… Tidak juga. Baiklah kalau begitu. Senang melihatmu.”
Sepertinya hari Selasa ini tak jauh berbeda dengan hari Senin kemarin. Casseel mendapat sapaan yang menurutnya cukup unik. Dia memang tak begitu nyaman dengan sikap Anderson yang sok kenal. Mengetahui hal tersebut, Samantha yang merupakan penggemar berat Anderson mencoba menegur Casseel atas sikapnya pada Anderson.
“Casseel…” Panggil Sam.
Tetapi Casseel yang dipanggil sama skali tak mendengar ada suara apapun.
“Casseeeeeelll !!!” Sam mencoba memanggil dengan suara lantang.
“Wow… iya… siapa yang memanggilku?”
“Samantha.”
“Samantha? My cousin? Apa kau putri uncle Joe?”
“Siapa kau? Memanggil ayahku dengan sebutan uncle?”
“Aku seupupumu Sam. Apa kau lupa?”
“Casseel? Tungu. Namamu Cassandra?”
“Iya. Dan kau memanggilku Cassava. Ingat?”
“Ya Tuhan… Sudah lama kau tak berkunjung. Karena itulah aku tak mengenalimu.”
“Tak apa Sam. Oh iya, apa yang ingin kau sampaikan tadi?”
“Emm… Ah… Aku lupa dik Cassa.”
“Hahaha. Kau ini aneh Sam.”
Lagi-lagi Casseel menganggap Samantha bertingkah aneh. Sepertinya Casseel akan menganggap semua orang aneh di matanya. Entah apa yang ada di pikiran gadis cantik berambut hitam itu, sehingga semua orang yang mengajaknya berbicara menurutnya adalah orang aneh. Padahal yang pantas dijuluki aneh adalah dirinya sendiri yang telah menganggap semua orang aneh.
***