Ilfa adalah seorang siswi yang cerdas. Ia bersekolah di SMP 13 Bina Bangsa dan duduk di kelas IX. Kehidupannya bisa dikatakan sempurna. Dia memiliki keluarga yang harmonis, sahabat yang setia, dan tak lupa para penggemarnya yang selalu setia mengirimkan SMS dan surat cinta kepadanya.
Hari itu seperti biasa, Ilfa, Muna, Mona, Via, dan Silva berkumpul di kantin sekolah. Saat mereka asyik mengobrol, datanglah seorang laki-laki bertubuh kurus yang langsung duduk di samping Ilfa. Laki-laki itu adalah Riza, salah satu penggemar Ilfa, dan juga merupakan mantan pacar dari Via.
” Hai semua, hai Ilfa !!! kalian sedang apa ? ” tanya Riza.
” Sedang manjat pohon tuh. Emang kamu enggak bisa lihat kita lagi ngapain ? ” jawab Ilfa sinis.
” Jangan gitu dong, aku kan cuma tanya. Ayolah Fa, kamu jangan sinis begitu,” pinta Riza.
” Iya, iya. Sudah sana pergi ! ” usir Ilfa.
Istirahat telah selesai. Mereka berenam kembali ke kelas masing-masing. Kebetulan Ilfa, Silva, dan Rina sekelas. Sambil berjalan menuju ke kelas, Rina dan Silva mengingatkan agar Ilfa berhati-hati dengan Riza.
” Ingat Fa, Riza adalah mantan pacar Via ! ” kata Silva.
” Aku juga tau. Tapi bukankah aku selalu acuh pada Riza ? kurang apa lagi ? ” tanya Ilfa.
” Iya Fa, tapi kamu jaga-jaga saja supaya tidak terjadi hal buruk,” tambah Rina.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah manis lewat di depan ketiga sahabat itu. Dia adalah Aldi, teman sekelas Ilfa, Silva, dan Rina yang merupakan pujaan hati Ilfa. Tanpa disengaja Aldi menabrak Ilfa, sampai Ilfa terjatuh. Namun, Aldi langsung menolong Ilfa dengan sigap dan meminta maaf pada Ilfa kemudian masuk ke kelas.
” Haduh... Haduh... Pangeran datang menolongku, hahaha, ” canda Ilfa.
” Huuuuu, dasar lebay !! ” ledek Silva.
***
Esoknya seperti biasa, Ilfa mengajak kelima sahabatnya makan di kantin. Akan tetapi hari ini Via agak berbeda. Dia menjadi lebih pendiam dari biasanya. Saat ditanya, dia hanya menjawab dengan singkat.
” Mba Vhivia, kamu kenapa ? jangan diem terus dong ! ” ajak Mona.
” Enggak kenapa-kenapa Mon-mon,” jawab Via.
” Iya kalau gak ada apa-apa ngomong dong ! ” pinta Ilfa.
” Iya-iya Fa. Oiya, aku lupa ngerjain PR Bahasa Jawa. Aku pergi dulu ya,” kata Via sambil berlari meninggalkan sahabatnya.
Setelah Via pergi, Ilfa dan kawan-kawannya melanjutkan pembicaraan mereka.
” Menurutku, Via cemburu sama kamu Fa. Soal Riza, ” kata Silva.
“ Iya sih. Ya sudah aku akan coba lebih menjauh dari Riza, “ jawab Ilfa.
Sebenarnya Via memang cemburu dengan Ilfa. Tapi Via hanya diam saja padahal hatinya sudah dipenuhi dengan api yang membara. Apalagi makin lama Riza semakin mendekati Ilfa. Di mata Via, Ilfa sudah tidak peduli dengan sahabatnya yang masih menyayangi Riza.
Sudah seminggu Via menjauh dari sahabat-sahabatnya. Hari itu hari Senin, Via mengajak sahabat-sahabatnya berkumpul. Semua mengira Via akan meminta maaf atau mengajak berbaikan. Tapi ternyata semua salah. Via hanya ingin memperkenalkan sahabatnya yang baru bernama Idha.
Sejak saat itu, Via sama sekali tak pernah berbicara dengan kelima sahabatnya. Entah mengapa Via lebih percaya dengan Idha daripada sahabat-sahabatnya yang sudah lebih dulu dikenalnya.
***
Di tengah keadaan yang menegangkan tersebut, Ilfa dikejutkan dengan kabar bahwa Aldi menyukai teman sekelasnya. Malam itu juga Ilfa mengirim SMS kepada empat sahabatnya.
” Dia menyukai orang lain,” kata Ilfa.
Tak lama kemudian empat SMS dari sahabatnya pun masuk bergantian.
” O.. ya ? ya sudah sabar saja,” Jawab Silva.
“ Maksudmu Aldi ? biarkan sajalah,” jawab Rina.
“ Apa kamu yakin ? sudahlah jangan percaya dengan perkataan orang lain,” Jawab Mona.
” Ilfa, Ilfa, kamu jangan terlalu memikirkan dia,” jawab Muna.
Setelah membaca pesan dari sahabatnya, Ilfa berfikir sejenak,” Semua temanku sama, tak ada yang bisa membantuku,” pikir Ilfa dalam batin. Tapi kemudian Ilfa menarik kembali pikiran buruknya, setelah ia mengingat bagaimana awal persahabatan mereka.
Esoknya, Ilfa melihat Via dan Idha ngobrol bersama. Dari gaya bicaranya Via nampak sedang kesal. Kemudian Ilfa berusaha mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka. Ternyata Via sedang menjelek-jelekkan Ilfa. Karena Ilfa adalah tipe orang yang mudah tersinggung, Ilfa langsung membentak Via.
” kamu gila Vi !!! aku baru tau kalau kamu setega ini. Aku tidak pernah merayu-rayu Riza, ngobrol dengannya pun aku tak mau. Aku tau betul kamu sangat sayang sama Riza. Tapi bukan itu cara yang benar !! ” kata Ilfa.
” Apanya yang tidak merayu ? jelas-jelas kalau di kelas kamu ngomong sama dia. Dasar munafik !!! ” Jawab Via dengan emosi.
” DASAR GILA !!! ” jawab Ilfa sambil pergi meninggalkan Via dan Idha.
Ilfa sadar, jika cinta memang telah menutup mata hati Via. Sampai-sampai Via yang kalem berubah menjadi kejam.
Sementara itu melihat pertengkaran kedua sahabat mereka, Rina, Silva, Muna, dan Mona mengajak Ilfa dan Via bertemu di sebuah cafe. Hari Rabu itu mereka berenam berkumpul. Raut muka mereka semua terlihat tegang, hingga akhirnya Muna memecah ketegangan mereka.
” Hei !!! tujuan kita di sini adalah untuk membuat kalian tidak bermusuhan lagi. Ayolah.... ” pinta Muna.
” Tidak,” sahut Ilfa dan Via bersamaan.
” Kenapa tidak ? Apa sih masalah kalian ? Via, Via... Ilfa, Ilfa... kalian lucu tau nggak. Bikin kita semua heboh. Dhuar !!! Dhuar !!! apa bedanya kalian dengan pengebom ?” kata Rina.
“ Nggak lucu... biasa aja kali ! ” jawab Ilfa.
” Baiklah kalau kalian tidak ada yang mau mengalah, jangan pernah anggap aku, Muna, Mona, dan Rina sebagai teman kalian !” bentak Silva.
” Pikirkan itu dan 2 hari lagi kita tunggu jawaban kalian !” tambah Muna.
***
” Mun, kamu gimana sih dulu waktu marakan sama Via ? ” tanya Ilfa.
” Iya, dulu aku sakit hati banget. Tapi lama-lama juga ilang kok. Mungkin kita emang ditakdirkan buat jadi temen terus,” jawab Muna.
” Oh, ya sudah. Thanks.”
Malam itu adalah malam yang menegangkan bagi Ilfa dan Via. Mereka bingung, akankah mereka teguh pada pendirian, ataukah mereka akan baikan.
Tetapi perasaan tegang itu tak lama hilang dari benak Ilfa. Nampaknya Ilfa akan melalui malam dengan senyum bahagia, sebab malam itu Aldi mengirimkan SMS pada Ilfa. Meski hanya bertanya tentang tugas, tetapi Ilfa sudah bisa tersenyum. Sungguh Ilfa memang anak yang pasrah.
Esoknya, keenam ABG yang bersahabat itu berkumpul bersama di kantin sekolah. Via dan Ilfa memutuskan untuk berbaikan.
” Fa, maafin aku ya. Aku nyesel banget udah nyangkut-mautin perasaanku sama kamu padahal bukan kamu yang salah,” kata Via.
” Iya aku juga. Aku seharusnya lebih tau perasaanmu. Maafin aku juga ya,” pinta Ilfa.
” Ihiiyy... gitu dong !! baikan kok lama banget sih ! ” ledek Mona.
” Iya, iya... hahaha,” jawab Ilfa.
Akhirnya Ilfa dan Via menjadi sahabat kembali. Mereka berjanji akan menjadi sahabat yang lebih memahami satu sama lain, sehingga setiap ada masalah bisa diselesaikan bersama-sama.
” Fa, dicari Doni tuh !!! Maybe dia suka sama kamu,” kata Aldi.
” Haa ? Doni ? Doni apa kamu ? ”
” Iya... aku juga sih, hehehe ”
” Hahaha, Aldi... Aldi... Kamu tuh.... ” kata Ilfa sambil menutup mulutnya karena hampir membuka rahasianya sendiri.
” Apaaa ? Kenapa ? kalau malu lewat SMS aja ya !!! ” kata Aldi sambil berlari menjauhi Ilfa.
” Waaah Ilfa, tuh anak gak usah dipikir. Kalau itu jodohmu dia juga gak bakal ke mana-mana kok,” ledek Silva.
” Hush, diem !!! ke mana ya tadi si dia ? hehehe,” canda Ilfa.
***
Setelah kejadian itu, persahabatan Ilfa dan kawan-kawannya tak pernah mendapat masalah yang sampai berhari-hari. Ilfa masuk di SMA 1 Kota bersama Silva dan Via,
Rina dan Muna masuk di SMA 1 Bina, sedangkan Mona masuk di SMA Bandung.