Pada
era tahun 90-an masakan jepang tergolong masakan berkelas yang hanya dinikmati
oleh kalangan atas saja. Masakan jepang hanya ada di restoran jepang ternama
atau hotel-hotel berbintang, dan harganya pun cukup mahal. Akan tetapi
lama-kelamaan mulai banyak muncul rumah makan atau restoran yang menyajikan
masakan jepang baik di mall, restoran, ataupun yang memiliki gedung sendiri.
Pada saat itu masyarakat mulai meninggalkan makanan cepat saji (junk food) karena
kandungan dari bahan-bahan yang digunakan sangat membahayakan tubuh manusia.
Masakan
jepang yang banyak digemari oleh masyarakat adalah jenis bento, shabu-shabu,
serta yakiniku. Seiring dengan banyaknya restoran atau tempat makan yang
menawarkan masakan jepang, sushi, sashimi, dan ramen kini juga menjadi pilihan
utama penikmat masakan jepang.
Meskipun
sudah banyak tempat makan yang menyajikan masakan jepang, kebanyakan
penikmatnya adalah orang-orang yang sudah berpenghasilan atau dengan kata lain
yang kondisi finansialnya tinggi. Mahasiswa dan pelajar cenderung lebih
menyukai masakan cepat saji karena harganya yang relatif lebih murah. Padahal
masakan jepang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan masakan cepat saji.
Sayuran, daging, dan ikan yang disajikan dengan mengandalkan keaslian rasa dan
kesegaran (freshness) adalah sumber gizi tinggi bagi penikmatnya.
Sayangnya
kebanyakan masakan jepang masih menggunakan bahan-bahan yang tidak halal bagi
umat muslim. Seperti sushi misalnya, terdiri atas beberapa komponen, yaitu
sushi-meshi campuran japanese rice dan rice vinegar, ditambah
gula, garam, terkadang ditambah kombu (sejenis rumput laut) dan sake. Ada juga
tambahan nori, yakni produk olahan rumput laut. Variasi lainnya berupa neta,
yaitu aneka seafood mentah, sayuran, dan daging mentah. Untuk
bumbu-bumbu yang diramu bersama sushi, ada beberapa nama yang digunakan. Di
antaranya, produk fermentasi kedelai (shoyu, soy sauce), wasabi, Japanese
style mayonnaise yang mengandung rice vinegar, serta MSG. Bagian
yang perlu dicermati adalah pemakaian mirin dan sake. Keduanya
adalah minuman beralkohol khas Jepang. Sake dan mirin tergolong minuman keras
(khamar) yang hukumnya jelas diharamkan penggunaannya.
Berdasarkan
permasalahan di atas, ibu Enday Nugroho memanfaatkan peluang tersebut untuk
membuka sebuah warung masakan jepang dengan nama Warung Wasabi (Japanese
fusion food). Warung Wasabi didirikan pada tahun 2013 oleh Ibu
Enday dan suaminya. Wanita asal Solo yang sudah berpengalaman di bidang Public
Relation hotel ini awalnya merasa bosan dengan rutinitasnya sehari-hari.
Keinginannya untuk membuka usaha membuatnya mengambil keputusan untuk keluar
dari pekerjaannya saat itu.
Berawal
dari kecintaan terhadap masakan jepang serta melihat dua fenomena mahalnya
masakan jepang dan mengenai kehalalannya yang diragukan, ibu Enday lantas
mengemas Warung Wasabi agar dapat masuk ke kalangan pelajar dan mahasiswa. Ibu
Enday juga mengganti mirin dan sake dengan bahan-bahan lain yang halal jadi
masakan jepang di Warung Wasabi bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Pada
saat pertama kali didirikan, Warung Wasabi berada di Jalan Hanoman, Krapyak,
Semarang. Namun karena meja yang tersedia hanya empat, jelas tidak mencukupi
untuk melayani semua pelanggan. Kondisi lingkungan sekitar Warung Wasabi
Krapyak pada saat itu tidak memungkinkan untuk memperluas wilayah. Oleh karena
itu Ibu Enday membuka Warung Wasabi baru di daerah Tembalang Semarang sebelum
akhirnya membuka outlet baru di daerah Bulu dekat Tugu Muda.
Warung
Wasabi dibuka oleh ibu Enday dengan uang hasil tabungannya sendiri. Dalam
mempersiapkan usahanya, ibu Enday juga berdiskusi dengan teman-temannya saat
bekerja di hotel. Persiapan pertama yang dilakukan ibu Enday adalah
penentuan segmen pasar Warung Wasabi, cara pemasaran, kemudian pencarian lokasi
yang tepat untuk mendirikan Warung Wasabi, seberapa besar bangunan yang akan
dibangun, sesuaikah dengan jumlah pelanggan yang akan datang setiap harinya.
Untuk dekorasi ruangan, ibu Enday dan suaminya sendiri yang merancangnya.
Sejak
pertama kali dibuka, ibu Enday melakukan promosi melalui media sosial seperti
twitter, kemudian ketika instagram mulai banyak digunakan orang, ibu Enday juga
melakukan promosi melalui instagram. Karyawan yang bekerja di Warung Wasabi
adalah mahasiswa/ mahasiswi yang bekerja part time. Sementara untuk juru
masaknya, Ibu Enday mengambil juru masak biasa kemudian mengajari sendiri cara
memasak masakan jepang.
Untuk
bahan masakan seperti ikan salmon, ibu Enday mengimpornya dari luar negeri.
Namun selain menggunakan bahan-bahan impor, ibu Enday juga menggunakan
bahan-bahan lokal dan ibu Enday memenuhi semua bahan masakan dengan mencari
supplier bahan-bahan yang dibutuhkan.
Selama
menjalankan usaha Warung Wasabi, ibu Enday mendapat banyak kendala mulai dari
sumber daya manusia, bahan-bahan masakan, pasang surut pengunjung, dan
sebagainya. Saat karyawannya keluar misalnya, ibu Enday harus mencari karyawan
baru dan mengajari dari awal lagi baik cara memasak ataupun menyajikan masakan
kepada pelanggan. Padahal untuk ahli membuat masakan jepang butuh waktu yang
tidak sebentar.
Agar
usahanya semakin maju, ibu Enday tak henti-hentinya melakukan promosi baik
melalui media sosial maupun leaflet. Bentuk promosi lainnya dari ibu Enday
adalah kerjasama dengan GO-JEK. Dengan menjadi merchant resmi GO-JEK,
pelanggan Warung Wasabi cukup mengeluarkan uang Rp 5000,- untuk ongkos pesan
antar. Hal ini tentu sangat disukai oleh pelanggan karena tarif normal pesan
antar dengan GO-JEK adalah Rp 15000,-. Dan tak lupa ada free ice tea setiap
hari jum'at.
xoxo Muti xoxo
Instagram : warungwasabismg
Jalan Tirto Agung 77A, Tembalang
Jalan MGR Soegiyopranoto 23, Bulu
Daftar Pustaka
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/119955-T%2025391-Analisis%20kelayakan-Pendahuluan.pdf
http://iraones.blogspot.co.id/2011/01/contoh-proposal-usaha.html
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/01/24/mh3sfu-waspada-sushi-rentan-haram
Whaaa ini di Semarang? Aku sih sbnrnya ga doyan makanan ala ala jepang gitu, selain krn banyak yg mentah dan masalah kehalalannya itu.
ReplyDeleteBtw wasabi ini dijamin halal kah?
Untuk harganya klo bisa dicantumin juga mbak biar bisa nargetin lah budget ke sana hehe
Wah jadi gak perlu jauh-jauh ke Jepang buat nyobain makanan khas Jepang. Ternyata di Semarang ada juga tuh. Wasabi itu makanan seperti apa sih?
ReplyDeleteCara mempromosikan yang dilakukan ibu Enday cukup keren juga, karenna memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan usahanya. Jadi kebanyakan orang mungkin udah tahuu gitu ada makanan khas jepang di Indonesia
Belum pernah makan masakan jepang, seperti sushi yang kebanyakan orang indonesia sudah memakannya, aku pun belum sepersen pun merasakan sensasi sushi. Dikarenakan disini gak ada restoran jepang gitu.
ReplyDeleteKalo di pikir2 lagi memang tuh masakan jepang lebih baik kandungannya daripada makanan junk food, cuman karena murah banyak orang yang lebih suka mengkonsumsi junk food
maknyus nih warung wasabi. restoran jepang kayak gini memang udah lumayan banyak di kotar besar.sushi tei, samudera suki, dan kawan-kawannya biasanya ada di mall. kalau warung wasabi ini sih tempat nongkrong sendiri yak, mantep. orang jepang harus jauh2 ke semarang buat makan lumpia, tapi orang semarang nggak usah jauh2 ke jepang buat makan makanan jepang
ReplyDelete