Saturday, February 8, 2014

MANUSIA SEBAGAI AGEN PEREDUKSI AIR BERSIH DI BUMI

        Bumi adalah planet yang sebagian besar permukaannya diselimuti oleh air. Jumlah air meliputi 70% permukaan bumi dengan jumlah kira-kira 1,4 miliar kilometer kubik. Air mengalir dari sungai menuju ke laut, menguap menjadi awan, jatuh sebagai hujan, sebagian digunakan oleh makhluk hidup sebagian lagi mengalir dari sungai menuju ke laut dan begitu seterusnya membentuk siklus yang dinamakan siklus air. Karena ada siklus air tersebut, air bisa ditemukan di mana-mana.
Walaupun air meliputi 70% permukaan bumi, namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang dapat benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya, tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.
Dengan 0,003% jumlah air tersebut semua manusia di bumi harus berbagi agar bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari yang bisa dikatakan tidak sedikit. Dulu ketika jumlah penduduk di bumi belum terlalu banyak, ketersediaan air tidak menjadi masalah. Tapi ketika jumlah penduduk di bumi mencapai lebih dari 7 miliar, ketersediaan air mulai menjadi masalah serius dan ramai diperbincangkan.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010, kelangkaan air dunia paling parah terjadi di kawasan Afrika. Sedangkan untuk Asia Tenggara adalah Indonesia, khususnya di Jawa dan sepanjang pantai utara. Jumlah penduduk yang semakin banyak berbanding lurus dengan kebutuhan air dan berbanding terbalik dengan suplai air yang tersedia di alam. Suplai air yang sedikit diperparah dengan pencemaran air oleh bakteri ataupun limbah logam lainnya.
Saat ini banyak sekali ditemui air sungai yang keruh, kotor, dan warnanya bisa berganti-ganti setiap harinya. Menarik tetapi menyedihkan mengingat warna yang ada pada air tersebut menandakan bahwa air tersebut sudah tidak bersih lagi atau dengan kata lain air sungai telah tercemar oleh limbah pabrik. Dari kondisi ini, timbul pertanyaan mengenai siapa sebenarnya agen yang paling berperan dalam proses “reduksi” air bersih di dunia ini.
 Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya lainnya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, jumlah air di bumi mencapai 1,4 miliar kilometer kubik, berarti 0,003%  air yang bisa dimanfaatkan besarnya mencapai 42 ribu kilometer kubik. Sementara itu menurut survey Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta karya, Departemen PU tahun 2006 pemakaian air rata-rata rumah tangga di perkotaan di Indonesia sebesar setiap orang 144 liter atau 0,0144 kilometer kubik perharinya. Pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi sebesar 60 liter perhari perorang atau 45 persen dari total pemakaian air. Berarti dalam setahun setiap orang menghabiskan 52,56 kilometer kubik air. Bayangkan saja kalau jumlah penduduk di bumi mencapai 7 milyar, berapa air yang diperlukan dan bayangkan bila semakin lama jumlah penduduk semakin tak terkendali. Apakah kebutuhan dengan suplai air yang tersedia sudah memadahi? Tentu saja tidak. Keadaan ini diperparah dengan tercemarnya air oleh limbah-limbah pabrik yang tidak bertanggung jawab, yang asal membuang limbahnya tanpa mengolahnya terlebih dahulu, jumlah air bersih akan semakin berkurang.
Alam memang memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah tercemar dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir, bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar kita. Jumlah pencemaran yang sangat masal oleh manusia membuat alam tidak mampu mengembalikan kondisi ke seperti semula. Alam menjadi kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat seperti plastik, DDT, deterjen dan sebagainya yang tidak ramah lingkungan akan semakin memperparah kondisi pengrusakan alam yang kian hari kian bertambah parah.

Dari pembahasan di atas, sudah jelas bahwa manusia adalah agen utama pereduksi air bersih di dunia ini. Seiring dengan kemajuan teknologi, sudah banyak alternatif untuk mengatasi kelangkaan air bersih di dunia. Salah satu contohnya adalah dengan pemurnian air. Tapi teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi kelangkaan air bersih. Kesadaran dari tiap individu juga sangat membantu mengatasi kelangkaan air bersih. Beberapa hal yang bisa dilakukan penduduk bumi adalah memakai air sesuai kebutuhan, mengurangi penggunaan detergen, mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air, tidak membuang sampah di sungai, tidak menebang pohon secara besar-besaran karena pohon bisa menyerap air agar tidak menjadi banjir, dan masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan. Kalau semua penduduk berpartisipasi, kelangkaan air bersih pasti tidak akan terjadi. Save water, because the world is in your hand. J

No comments:

Post a Comment